Chereads / Jadi Pengacau Dunia Gadis Penyihir / Chapter 41 - Bab 2. Kekosongan

Chapter 41 - Bab 2. Kekosongan

Di malam saat bulan berada di atas rumahnya. Suara jalan di depan rumahnya menjadi sunyi karena tak ada kendaraan yang melintas. Angin malam yang katanya tidak sehat sedang menabraki tubuh laki-laki itu.

Randy berjalan ke ruang tengah. Di sana dia duduk sambil menatapi televisi yang tidak menyala. Dia memikirkan apapun yang bisa dia pikirkan.

Sekarang ini rasanya hampa.

"Seperti tidak ada orang lain di sini..." Randy menatapi langit-langit rumahnya dengan malas.

Dia harus melakukan sesuatu untuk mengisi waktu saat ini. Dia tidak bisa tidur lebih lama. Jika dia tadi melewatkan Time Fracture hari ini, berarti Randy telah tidur lebih dari 7 jam. Lalu bila ditambahkan waktunya pingsan saat dia pingsan di sore hari. Maka total, dia tertidur lebih dari 9 jam.

"Cukup lama juga aku tidur..."

Berjalan bosan ke pintu utama rumah, dia mau keluar untuk cari angin. Itu satu-satunya yang bisa dia lakukan. Membuka ponsel saat ini terlihat memuakkan. Isinya cuman drama kelas.

Setidaknya di luar dia bisa menyusuri jalan pedesaan tanpa arah. Rumah-rumah tetangga sudah terkunci dan terlihat gelap dari depan. Biasanya kalau sudaj seperti itu, artinya mereka sudah tidur kalau tidak ya pesta. 'Aku tidak bisa bilang pesta apa, otakku sudah tahu dengan jelas.'

Sampai ke perbatasan desa. Dia sampai di gapura yang menjadi penanda perbatasan antar desa.

"Tak kusangka aku bisa berjalan sampai sini," ucap Randy sambil menyendenkan punggungnya ke gapura itu.

Dia kembali melihati rembulan malam itu. Kini posisi bulan sudah berada semakin turun. Malam yang larut telah dia lewati, dan sekarang dia akan melewati dini hari ini.

Ini sudah beberapa jam setelah dia berjalan dari rumah sampai gapura ini. Namun tidak ada satupun kendaraan yang terlihat melintas di jalan. Biasanya, walaupun malam hari sekalipun. Setidaknya satu atau dua mobil terkadang melintas.

"Ini aneh sekali... Dunia ini, seperti hanya ada aku seorang."

Kesunyian tanpa orang lain....

Kesunyian tanpa teman untuk diajak ngobrol...

Malam adalah waktu yang mengerikan rupanya!

"Dalor, kenapa kau dari tadi diam saja? Biasanya kalau sudah begini, kau yang paling suka ngoceh." Randy mencoba memecah kesunyian.

Namun....

Tik...

Tok...

Tik...

Tok...

Tak ada jawaban darinya, dia bahkan tidak menghina laki-laki itu yang dari tadi berjalan di malam hari seperti maling.

"Heh?! Dalor! Dalor!" Randy mencoba memanggil nama itu, namun tak ada jawaban darinya.

"Apakah aku bisa masuk?!" Randy mencoba masuk kedalam alam bawah sadar.

Di sana adalah tempat dia dan Dalor biasanya berbicara dengan hanya ditemani oleh lilin abadi.

...

Namun sekarang dia semakin dibuat ketakutan.

"Tidak bisa?! Apakah Dalor terpisah dariku?!" Mulai dari keringat yang membasahinya, bulu kuduk yang berdiri, kakinya gemetaran.

Randy mulai melihati ngeri sekitarnya. Jika apa yang dia takutkan benar, maka tempat dimana dia berdiri memang bukanlah dunianya. Karena meskipun malam sekalipun, desa ini tidak pernah sekosong ini.

"Dunia apa ini?" Randy mencoba menatapi bulan yang masih berada di tempat.

Bulannya bergerak, namun tidak ada tanda-tanda kalau bulan itu akan mengembalikan mereka yang lenyap.

"Hahaha, akhirnya kau menyadarinya!" Sebuah suara misterius terdengar dari belakangnya.

Randy yang sekarang dalam kondisi ketakutan sontak melompat mundur. Dia langsung mencoba mengeluarkan sihirnya. Anehnya sihir Dalor masih bisa dia pakai.

"Siapa kau?!" Ucap Randy pada bayangan hitam itu.

Bayangan itu hanya tersenyum pada pengecut itu. Tangan kanan bayangan itu diangkat sejajar dengan bahu. Dia membuat seakan dirinya siap menembak laki-laki itu dengan jemarinya.

"Kenapa kau tidak menyadariku? Padahal..." Bayangan itu mendekat. Perlahan dia melewati batas kegelapan dan membiarkan tubuhnya disinari cahaya bulan.

Bayangan itu sekarang bisa dikenali.

Sebuah wajah yang bahkan tidak terpikirkan terpampang jelas di depannya.

"... Padahal aku adalah kau, dan kau adalah aku. Kenapa kau tidak bisa menyadarinya?" Ucap bayangan itu.

Identitas bayangan itu adalah Randy dari masa lalu. Randy yang sama saat masih kesulitan berbicara.

"Heh?!" (Randy asli)

----

Di tempat lain, bertempatan di kamar Randy.

"Randy masih tidur? Apakah luka tadi benar-benar membuatmu kesakitan?" Ibu Randy bertanya pada Randy yang terbaring lemah.

Namun tubuh tidur itu tak menjawab. Dia hanya diam bagaikan pasien koma di rumah sakit.

Ibunya hanya mengelus pelan tangan tak bernyawa itu. Dia takut kalau hal itu akan terjadi lagi. Saat itu dia syok mendengar kabar kalau Randy mati. Sampai sekarangpun dia masih belum sembuh.

Setiap malam, ibu itu selalu memeriksa anaknya yang tertidur. Kecemasan selalu menghantui orang itu setiap saat.

BRAK!

Tapi ini dirasa cukup, ibunya meninggalkan Randy beristirahat. Dia tidak mau saat bangun dia ditangkap oleh anaknya sedang duduk di depannya.

Randy yang terbaring lemas kini kembali sendiri. Sedangkan itu, Dalor yang berada di dalam tubuhnya mencoba banyak cara. Namun tidak ada yang berhasil.

"Randy! Randy! Woy, bangun! Mau sampe kapan elu tidur terus?!" Iblis itu terus memanggil berharap laki-laki itu terbangun.

Tapi hasil menghianati usaha, laki-laki itu tidak bangun sama sekali.

"Kenapa dia?!" Dalor merasa bingung.

Dia harus melakukan sesuatu, bila tidak. Tuannya akan terperangkap ditidur tanpa ujung.

"Apakah ini ada hubungannya dengan Time Fracture?"

Kata Time Fracture adalah satu-satunya yang terlintas dipikiran iblis itu. Monster yang berkeliaran di sana bisa menyerang siapa saja yang tidak terjaga. Itu artinya, Randy yang tertidur jugalah sasaran empuk itu.

Baik Dalor maupun Randy telah melewatkan Time Fracture itu. Mereka tidak tahu monster apa yang menyerang atau apa yang dilakukan dua kubu itu saat ini.

"Berpikirlah Dalor!" Iblis itu mencoba memaksa untuk tahu.

Ratusan daftar sihirnya dia buka untuk mencari cara. Ada banyak nama-nama sihir dan deskripsinya yang terlintas di daftar itu. Namun kebanyakan dari mereka hanyalah sihir penghancur dan manipulasi. Bukan sihir yang membantu sama sekali.

Dia terus menjelajah perpustakaan sihir setinggi 8 lantai itu. Iblis itu terus mencari, jika tidak dia dan tuannya akan terperangkap.

"Mana sihirnya?!" Dia terus membaca satu-persatu sihir-sihir tidak berguna itu.

Hasilnya nihil, lantai satu diisi dengan sampah penghancur. Dia merasa menyerah soal ini. Namun dia terpaksa terus maju untuk membebaskan tuannya.

Baik Dalor maupun Randy tidak ingin terus berada di penjara ini. Dalor yang terpenjara karena tubuh Randy, sedangkan Randy yang terpenjara oleh dunia yang sunyi.

Dia terus mencari sampai lantai 8 dan...

"Ketemu!" Nafasnya sudah hampir habis.

Dia tidak kuat lagi melangkah, namun semua jurih payahnya terbayar.

Yang dia lihat saat ini bukanlah sebuah sihir, melainkan sebuah benda yang berbentuk jam tangan.

Dikatakan oleh buku itu, kalau jarum jam itu diubah paksa ke angka 6 saat pagi hari. Maka akan membuat waktu yang seharusnya tidak ada menjadi ada. Dari apa yang dimaksud, mungkin adalah Time Fracture.

"Jam tangan?" Dia yang mengingat sesuatu.

"Jangan-jangan?!" Dia mengingatnya, jam tangan itu adalah jam yang dimiliki Randy. Motif wayang yang ada di jam itu teringat jelas di kepala iblis itu.

"Jadi, jika saja aku bisa bergerak dan menggerakkan jarum jam ke angka 6. Maka aku bisa kembali ke Time Fracture. Ini agak gegabah, tapi aku harus minta bantuan!" Dia sadar, Randy yang tertidur tidak bisa ditolong hanya dengan menunggu.

Kemungkinan besar dia ada di sebuah mimpi yang memakan mentalnya. Jika tidak cepat-cepat, mungkin laki-laki itu akan berakhir menjadi mayat hidup.

"Kekuatan penuh! Telekinesis!" Dari dalam, dia mencoba menggerakkan jam tangan yang masih ada di lengan anak itu.

Karena objek yang dia gerakkan berada diluar jangkauan. Daya pemakaian sihir yang dikeluarkan iblis itu menjadi lebih besar dari seharusnya, namun itu tidak masalah.

Asalkan berhasil dan tuannya selamat.

Jarum jam yang sudah menunjukkan angka 2 pagi, dibuat menunjuk ke arah angka 6.

DING!

Langit kembali merah di saat yang bukan seharusnya.