Para Valkyrie dam Justiciar sedang kewalahan bertarung melawan Rena. Naura sedang pingsan, Hannah menjadi tameng bagi Naura dan Windy, sedangka Windy-nya sendiri sudah kehabisan energi karena menyembuhkan Naura, kemungkinan efeknya akan hilang saat Time Fracture berakhir.
Sekarang ini, Ira mencoba terbang bersama Celicia. Mereka mencoba beberapa serangan gabungan. Hal ini bukan hanya dilakukan mereka berdua saja, Farida, Dian, dan semua yang bisa bertarung harus bisa melakukannya.
"Ira, saat aku mengayunkan pedangku. Kau lemparkan sihir apimu padanya!" Celicia memberi perintah.
"Baik!" (Ira)
Dengan segera, Celicia mengangkat kedua tangannya. Dia biasanya membuat pedang dengan mana yang sedikit, namun kali ini berbeda. Dia akan membuat pedangnya dengan keadaan sempurna. Itu artinya mananya akan terserap habis.
"Ultimate Thrust!"
Celicia melesat dengan mengarahkan pedangnya ke Rena. Dia melesat dengan kecepatan jet. Dengan kecepatan segitu, semua yang tertusuk akan langsung hancur berkeping-keping.
"FIRE ENCHANT!" Ira membakar pedang yang dipegang Celicia.
Kini pedang itu terbakar hebat dan terlihat seperti matahari di langit merah yang gelap. Dunia yang tadinya gelap langsung menjadi pagi karena api yang berasal dari pedan itu.
Celicia terus melesat dan menerjang para pasukan salib. Pasukan salib yang tadi terlihat menakutkan sekarang cuman bagaikan dummy. Satu persatu pasukan itu ditebas oleh Celicia hingga menjadi 2. Sungguh kekuatan yang mengerikan, bahkan bisa menembus zirah baja dari mereka.
"Gyah!"
"Huwa!"
"Humanity is in Peril!"
Mereka terus mengucapkan kata-kata kemanusiaan di akhir hayat mereka. Tak ada yang paham maksud dari itu. Tapi sepertinya ada yang salah menduga dan berakhir menjadi boneka.
Saat semua pasukan sudah dikalahkan, kepala Celicia langsung menatap ke gadis yang menjadi satu-satunya yang terakhir berdiri di sana.
"KAU... TIDAK AKAN BISA MENGHENTIKANKU!!!" Suara kesal terdengar dibalik helm itu saat dia melihat tsunami rantai itu.
Tombaknya dia ayunkan kesamping. Sebuah gelombang hitam yang berbentuk seperti air bewarna hitam muncul dari ayunan itu.
Namun Celicia tidak mau buang-buang waktu lebih banyak. Dia tanpa pikir panjang langsung terbang ke arah Rena dengan niat untuk menebasnya dengan pedang api itu.
DUAR!
Gelombang air hitam itu bertabrakan dengan tebasan pedang Celicia. Tak ada yang menang dan kalah. Kedua serangan itu berhenti setelah bertabrakan.
Celicia yang melihati pedangnya padam langsung terbang mundur untuk menyerahkan sisanya pada yang lainnya.
Tak lama setelah puas, seperti tanpa memberi jeda sedikitpun pada Rena. Farida dan Dian sudah terbang tepat di belakang gadis itu.
"Dian, sekarang! Kalian berdua juga!" Farida memimpin regunya dan pembelot itu.
"Siap, Ayunda!" Kedua Justiciar itu mengangguk dengan suara nyaring.
"Sword Dance!" Puluhan pedang muncul dan bersiap melesat.
Dian akan menjadi pembuka serangan ini. Rencana yang akan mereka lakukan kurang lebih sama. Tapi kini dengan bumbu serangan khas Justiciar.
"Sekarang!" Farida berteriak ke arah dua anak buahnya.
"Baik, Ayunda!" Kedua Justiciar itu mengangkat kedua tangannya dan membuat sebuah lingkaran sihir. "Looper!" Beberapa lingkaran sihir muncul di bawah Dian dan di atas Rena.
"Sekarang, Dian!" (Farida)
Puluhan pedang tadi melesat ke bawah dan mengarah ke lingkaran sihir yang ada di sana.
Tak lama setelah masuk ke sana, pedang-perang yang melesat itu berteleport ke atas lawan mereka dan membuat sebuah hujan pedang.
"Pindahkan lingkaran sihirnya!" (Farida)
Lingkaran sihir yang ada di bawah Dian berpindah ke bawah Rena yang masih menatap diam.
Jika penyimpang itu tidak segera pindah, maka dia akan mendapatkan puluhan atau ratusan luka sobek.
Tidak sampai dengan hujan pedang yang tanpa batas itu saja. Farida yang daritadi hanya memerintah kini juga akan bersiap menyerang.
Tangannya menunjuk ke arah lawannya. Di wajah Farida, dia perlahan menggerakkan bibirnya dan berkata secara lirih: "Chain Storm..."
Ratusan rantai turun dari lingkaran sihir yang ada dibuat anak buahnya itu. Rantai-rantai itu terjun dan mencoba mengikat pembelot itu.
Kurang lebih, serangan ini adalah serangan yang sama seperti saat Farida melihat Rena menusukkan tombaknya ke Tania.
Amarah yang dia keluarkan dan saat ini masih sama. Dia tidak bisa memaafkan apa yang Rena lakukan. Apapun tujuannya saat ini, baik atau buruk. Tapi jika dia mengorbankan temannya hanya untuk itu, maka tak ada kata maaf buatnya.
Bila dilihat-lihat, mustahil untuk Rena selamat. Dia terlihat seperti sedang menari saat menghindari pedang dan rantai yang berjatuhan itu. Tapi itu percuma, seberapa cepat dia bisa melihat itu. Tetap saja, dia tidak bisa menghindari itu semua.
"Ini sudah 1 menit sejak hujan pedang dan rantai dikeluarkan, tapi dia masih bisa terus seperti itu." Dian menatapi bingung lawannya.
"Kenapa ini bisa terjadi? Apakah dia bisa melihat setiap pattern dari hujan itu?" Farida juga hilang dalam tanda tanya.
Sepertinya serangan mereka tidak berhasil juga.
"Tunggu?! Dimana Rena?!" Dian menatapi tempat hujan pedang dan rantai itu, tapi tidak ada siapapun di sana.
Baru saja sekali melepas mata dari gadis itu, namun dia bisa dengan sekejab hilang.
Farida seketika berkeringat hebat, tubuhnya bergemetaran dan tak kuat memegang pedangnya. Dia seperti sudah di ambang batas kewarasan.
"Dia tidak mungkin sekuat itu?!" Farida berteriak kencang karena pasrah.
"Ada apa, Farida?" (Dian)
"Kita tamat..." Kalimat singkat Farida membuat orang yang ada di sekitarnya ketakutan bukan main.
Mereka tahu maksudnya hanya dengan itu. Tak ada satupun dari mereka yang bisa mengalahkan. Bagi Rena, mereka semua yang ada di sini hanyalah semut yang berkerumun.
Tepat setelah mengatakan itu, Rena sudah ada di atas mereka berempat dengan mengarahkan tombaknya ke kumpulan itu.
Sebuah sihir es yang kental dan gelap mengelilingi tombaknya. Dia akan melesatkan final blow nya pada mereka.
....
Tapi tepat sebelum semua itu terjadi.
CKLAK!
Sebuah anak panah menembus tubuh gadis itu dan menancap tepat ke kalungnya.
Anak panah itu seperti menyerap kalungnya dan membuat kalung yang baru buat gadis itu.
Kalung hitam yang sama seperti Ira, Hannah, dan Dian. Namun tidak ada yang bisa melihatnya selain 4 orang itu.
"Apa yang terjadi?!" Farida bertanya-tanya.
Dia tidak bisa melihat kalung Rema yang berubah menjadi hitam. Yang dilihatnya hanyalah kalung yang tertembus oleh anak panah.
Tapi di sampingnya, Dian yang sudah bebas bisa melihatnya. Dia melihat kalung itu menghitam dan berubah bentuk. Tanpa perlu tanya siapa yang melakukan ini, dia sudah tahu siapa orangnya.
"Kau berhasil, Randy..." ucap Dian dengan lirih.
Tak lama setelah kejadian itu, Celicia dan Ira mendekat dan melihati tak percaya apa yang terjadi.
"Sebuah anak panah? Apakah itu ulah kalian?" Celicia dibuat bingung.
Ira yang ada di belakangnya hanya bisa berakting. Dia tidak bisa melihat ini sebagai hal yang baru. Ini adalah hal normal yang sudah biasa ia lihat.
Setelah pembebas berakhir, tubuh Rena terjun bebas ke tanah. Dia bagaikan orang yang sudah tak berjiwa.
"Rena!" Tapi dengan cepat, Farida menangkap tubuh penghianat itu.
Sebuah perasaan yang benci tapi juga aneh di saat bersamaan. Dia benci pada gadis ini dan ingin mengakhiri hidupnya, tapi di sisi lain. Dia ingin mengetahui sesuatu yang lebih dalam. Kenapa dia berhianat?