Kembali di sawah yang sama seperti saat Charbidys itu muncul. Kedua Justiciar itu melayang di udara dengan saling menatap satu sama lain.
Rena yang memakai zirah penuh sampai kepala langsung menghantamkan tombaknya ke depan.
"Cih! Brutal sekali! Bangunlah Rena!" Farida tidak tahu apa yang ia pikirkan sekarang.
Gadis yang ada di depannya saat ini adalah seorang penghianat. Dia juga adalah penyebab kematian Tania saat pertama kali munculnya Jormungandr di awal minggu dari Time Fracture.
Tapi kenapa, kenapa dia merasa iba pada lawannya itu. Dia seharusnya melawannya tanpa rasa itu! Dia harusnya bisa menusuk lagi tubuhnya.
Farida yang berhasil menghindar mengambil kesempatan ini untuk menangkap tombaknya yang bersarang di tubuh gadis itu.
Slab!
"Dapat!"
Sebuah lubang raksasa membekas di tubu gadis itu. Bila dilihat-lihat, gadis yang ada di depannya itu seperti sundel bolong yang beneran bolong sampai depan.
Meskipun begitu, tak ada tanda-tanda sakit dalam tubuhnya. Dia masih berbalik seperti tidak terjadi apa-apa.
"Dia kenapa?" Farida mencoba menganalisa, tapi karena dia sedang dalam tengah pertempuran dan sedang panik. Pikirannya malah jadi kacau.
Sesuatu yang salah pasti terjadi pada gadis itu. Bila tidak, kenapa dia bisa jadi seperti ini.
"Rena! Bila kau kesakitan, sebaiknya kau cepat katakan!" Dengan sebuah harapan kecil, Farida mencoba memanggil cewek itu.
"A-aku... Gyahhh!"
Mendengar kalimat Rena, Farida terbelalak lebar. Dia paham sekarang. Dia saat ini hanya punya satu pilihan. Yaitu bunuh atau membiarkannya begini terus sampai Time Fracture berakhir.
"Jika aku memilih untuk membiarkannya..." Dia mencoba berpikir logis. "Ini adalah hari kamis. Time Fracture akan berlangsung selama 6 jam, dan sekarang baru berjalan setengah jam saja. Baru sebentar saja Rena sudah membuat kekacauan seperti ini. Bagaimana bisa aku menahannya selama itu?!" Dilema dia hadapi.
Sebagai Pemimpin para Justiciar, membunuh bukanlah tindakan yang benar. Apalagi itu ditujukan pada sesamanya.
"Tapi, bila tidak ada jalan lain! Maka aku akan menerima dosa ini!" Farida memantapkan mentalnya.
Kacamata yang menjadi ciri utamanya dia lepas dan terjatuh di tengah sawah. Dari ketinggian setinggi itu. Tidak mungkin benda itu bisa bertahan.
Tombaknya dia buat menghadap ke atas. Kedua tangannya saling memegang satu sama lain seperti sedang berdoa dengan memegang senjata.
"Atas nama ketua Justiciar, aku meminta bantuanmu! Apate yang agung!"
Sebuah cahaya menyelimuti tombak panjang wanita itu. Bukan hanya itu, sekumpulan rantai juga muncul di sekitaran tubuhnya dan bersiap melesat bila diinginkan.
"GYAH!!!!" Rena yang melihat bahaya langsung membuat dirinya semakin diselimuti oleh kegelapan.
Jika dillihat sekarang, saat ini bagaikan hitam melawan putih. Tombak dan rantai yang digunakan Farida bercahaya dan siap menembus lawannya. Sedangkan di sisi hitam, Rena membuat sebuah perisai dan juga akan menyeruduk dengan itu.
"ZARK BASH(Dark Bash)!"
"Heavnly Thrust!"
Mereka berdua saling mengeluarkan sihir mereka. Tombak yang Farida gunakan dilempar lalu disusul oleh rantai yang berada di dekatnya. Benda bercahaya itu melesat ke arah lawannya.
Di sisi hitam, Rena melesat dengan mengarahkan tombak(lance)-nya dengan satu tangan ke arah Farida. Di tangan sebelahnya, perisai yang ia pakai digunakan untuk menahan segala jenis serangan.
Kedua tombak itu akan saling bertubrukan.
Jika Farida gagal saat ini, maka dia akan kalah. Bukan hanya karena Rena akan langsung menusuk tubuhnya, tapi juga energinya sudah terkuras habis untuk mengeluarkan sihir itu. Sihir yang tersisa hanya bisa dia pakai untu segera mendarat.
BRAK!
Hitam dan putih itu bertabrakan.
Rena menahan semua rantai yang melesat dengan perisainya. Tak ada satupun rantai yang berhasil merusak perisai itu. Meskipun begitu, harapan belumlah hilang. Tombak yang Farida lempar masih melesat.
GUBRAK!
Tombak itu menghantam perisai hitam itu sampai terlempar. Namun Rena yang masih menyeruduk dengan tombaknya belum berhenti.
Pemenang sudah dipastikan, Farida sudah kalah. Dia menutup matanya untuk bersiap menerima kenyataan pahit ini.
"Jadi ini akhirnya?" Dia sudah tidak kuat lagi.
Sebentar lagi benda itu akan menembus perutnya dan membunuhnya.
'Setidaknya semua hidupku sudah indah. Bertemu dengan teman-temanku. Menjadi ketua Justiciar, dan mengingat nama adikku. Selagi tiga itu selalu kuingat sampai mati. Aku akan damai...' Semedi hati di sebuah lautan pikiran.
Tapi dia merasa aneh. Tusukan itu tak kunjung selesai. Apa maksudnya ini?
Farida mencoba membuka matanya perlahan.
"Gyah!" Dia terkejut dengan apa yang ada di depannya saat ini.
Rena membeku tepat di depannya. Bola matanya hilang. Asap hitam keluar dari setiap lubang di kepalanya.
"A-A-APA YANG TERJADI?!" Dia ketakutan bukan main.
Farida bahkan langsung mendarat dan melihati benda mematung itu dari bawah. Bagaikan kebaran rumah, Rena terus mengeluarkan asap dari lubang di kepalanya.
---
Di sisi lain, di tempat pertarungan sebelumnya.
Para Valkyrie dan Justiciar yang pingsan kembali siuman dan menatapi bingung sekitarnya. Hannah yang berada di dalam ruangan juga sudah keluar dari tempat itu.
"Apa yang terjadi? Eh-?!" Celicia mencoba berdiri, namun ada tubuh berat yang menahannya. "Naura? Kenapa kau pingsan di sini?"
"Apa yang baru saja terjadi?!" Ira yang tertimpa Dian mencoba melihati kondisi sekitarnya. Tapi dari apa yang dilihat dari muka mereka. Sepertinya mereka juga sama tidak tahu jawabannya.
GEDEBUG!
Ira menyingkirkan tubuh Dian tanpa rasa kasihan.
"Aduh... Kejam sekali." (Dian)
Saat membuka matanya, Dian juga melakukan apa yang Ira lakukan dan hasilnya sama.
"Hey kalian berdua, apa kalian baik-baik saja?!" Hannah mencoba membangunkan dua Justiciar yang pingsan itu.
Di tengah-tengah reruntuhan, Windy yang terbangun mencoba kekuatan kuat untuk lepas dari tindihan reruntuhan bangunan itu.
"Sial, dia kuat sekali!" (Windy)
Tak lama setelah semua siuman, mereka mencoba berkumpul menjadi satu meskipun berbeda faksi. Tidak ada yang bisa menyalahkan apa yang terjadi sekarang. Sungguh sesuatu yang diluar dugaan tiba-tiba muncul begitu saja di depan mereka.
"Menurut kalian, apa yang Deviant Justiciar itu rencanakan?" Celicia mencoba bertanya pada tiga justiciar itu.
"Tidak, kami tidak tahu sama sekali alasan dibalik penghianatannya." Hannah menatap tanah.
"Mungkin Dian bisa menjawab..." Windy dengan aura yang masih bermusuhan mencoba membuat cewek itu tersudut.
"Kalau Valkyrie, 'kan jalannya jelas. Mereka mau menggunkana berkas itu untuk sendiri. Tapi kalau Justiciar?" Dian hanya mengulang kalimatnya.
"Sepertinya diskusi ini tidak membuahkan hasil. Kita harus mencari Farida secepatnya!" (Celicia)
"Biarkan kami mencarinya dengan peta!" Hannah menepuk dadanya sendiri.
"Silahkan!"
"Map!"
Sebuah peta terbentuk, dan dari titik yang terlihat. Farida berada di tengah sawah yang saat itu.
"Kenapa dia bisa ada di sana?" Tanya Ira dengan bingung.
"Entahlah, tapi kita harus segera kesana!"
Dengan begitu, para J dan V itu pergi ke tempat Farida bersama tanpa pandang faksi.
---
"Sepertinya mereka benar-benar bisa diajak kompromi" Randy menatap ke udara ke tempat di mana para gadis melayang.
"Boss, elu mesti gercep!" Perintah Dalor.
"Ya, aku tahu..." suara malas.
Mereka sudah membicarakan ini saat bersembunyi tadi.
Awalnya mereka berdiskusi, dan mencoba menduga-duga. Tapi sepertinya diskusi mereka sampai pada sebuah titik dimana mereka menemukan titik cerah.
"Rena menyadari nama Apate, dan karena tak ada yang bisa dia ajak membantu. Dia harus melakukan ini. Malangnya, sihir gadis itu malah dibuat meledak oleh Apate dan membuatnya jadi termakan kegelapan sihirnya sendiri..."
Cepat atau lambat, mereka harus segera menyegel kalung itu. Bila tidak, sesuatu yang buruk akan datang.