Para Justiciar dan Valkyrie berada di satu tempat. Biasanya bila sudah begini, mereka akan bertarung dan memperebutkan monster. Namun saat ini berbeda.
Alasan mereka ke sini karena mendapatkan panggilan. Panggilan yang membuat mereka merasa tidak nyaman. Panggilan itu berasalan dari teriakan dan gelombang hitam yang mengancar ke udara.
"Justiciar, ya?!" Celicia menatapi cewek yang berteriak kesakitan itu.
Dia menatap kecewa gadis itu.
"Apapun itu, Celicia. Kita harus mengalahkannya!" Ira yang berdiri di atas tanah bersama Dian menoleh ke arah Celicia dengan wajah yang penuh percaya diri.
"Kenapa kita harus menyelamatkannya? Dia adalah seorang Justiciar, jadi biarkan para Justiciar saja yang melakukannya!"
Celicia mengatakan hal yang tak terpatahkan. Para Valkyrie tidak seharus membantu Justiciar, begitu juga sebaliknya. Permusuhan mereka di dunia ini adalah sebuah kenyataan.
Di dunia ini, semua orang bersifat berbeda dari yang biasanya. Dunia ini bagaikan personality kedua mereka.
"Lagipula, kita tidak mungkin bisa bertarung bahkan dengan adanya Dian di sini..." Windy menatap tajam orang yang ada di samping Ira itu.
Dian tidak membalas kalimat Windy. Dia tahu, bila dia membuka mulutnya lagi. Nanti bakal ada dua sumber kebencian di sini.
Maka, langkah yang akan dipilih Dian adalah...
"Tenanglah, aku di sini dengan damai..." sambil melambai-lambaikan tangannya seperti tidak punya dosa.
Melihat wajah tak berdosa cewek itu, Windy langsung menatap marah. Pedangnya ia panggil dan...
SLASH!
Dia mengayunkan pedangnya ke bawah.
Namun sebelum itu bisa terjadi...
CPANG!
Rena sudah selesai, dia sudah masuk tahap menyerang siapapun di sekitarnya.
Windy yang mengamuk akan menjadi sasaran empuknya.
"Apa?!" (Windy)
Dengan kekuatan yang kasar, Rena mem-parry serangan Windy sehingga menyebabkan pedangnya terhempas.
Melihat Windy yang terbuka, Rena menendang gadis itu sampai terhempas jauh dan menatap sebuah dinding kelas.
GRAK!
Dinding itu hancur, bahkan membuat seisi kelas rubuh karena terkena hempasan tubuh Windy.
"Windy!" Para Valkyrie melihati tidak percaya Windy yang terhempas dengan sangat mudah itu.
Setelah memperlihatkan itu, Dian menatap kembali Celicia dan memasang wajah licik. "Jadi, apakah kau tidak mau bekerja sama dengan mereka(Justiciar)?"
Melihat ejekan Dian, Celicia langsung mencoba terbang mendekat ke arah Farida yang melihat ketakutan apa yang baru saja terjadi.
"Farida!" Celicia memanggilnya dengan keras.
Merasa dipanggil, Farida terbangun dan melihat Celicia dengan berkeringat. "Kenapa kau?! Apa kai di sini untuk menyerangku?" Dia menyiapkan tombaknya.
"Buka matamu lebar-lebar, bodoh! Kita sedang di tengah pertarungan yang tidak bisa kita menangkan!"
"Lalu?"
"Ayo bekerja sama, hanya kali ini saja!" Celicia membuka jabat tangan.
Mendengar kalimat itu, Farida terbawa emosi dan suasana. Dia dengan segera mencoba menjawab jabat tangan itu.
Namun...
CRAT!
Tubuh Celicia terhempas dan terlempar ke lantai-lantai teras sekolah.
"Celicia!" Farida menyebut nama Valkyrie itu, namun sepertinya dia tidak menjawab.
Orang yang mencoba berjabat tangan tadi kini sedang terluka parah.
"Mbak Celicia!" Naura yang melihat kondisi ketuanya langsung berlari ke arahnya dan langsung mengecek kondisinya.
Beberapa sihir penyembuh dia coba gunakan, namun Naura bukanlah seorang ahli di bidang ini. Penyembuhannya tidak akan secepat berjalan seperti yang Windy punya.
"Blossom Heart! Blossom Heart!" Naura terus menyebut nama sihirnya.
Sihirnya terus terkuras sampai semua luka di tubuh ketuanya tertambal.
Tapi akibat dari melakukan itu, Naura terpaksa harus kehabisan daya mana-nya karena dipakai terus untuk menyembuhkan ketuanya.
"Cih, baru saja pertarungan dimulai, dan kita sudah kehilangan 3 regu dari para Valkyrie!" Farida menatapi ampas ketiga Valkyrie yang tumbang dan tak bersihir itu.
"Ingatlah Farida, Hannah juga tumbang di sini!" Ira yang kesal dengan ejekan Justiciar itu langsung membalas.
Mendengar kata Hannah, Farida langsung menoleh ke arah Ira dengan muka penuh tanya.
"Di mana dia?!"
Ira menunjuk ke arah kelas yang menjaid tempat ujian kelasnya Farida.
"Ngomong-ngomong aku juga kehabisan mana, jadi aku tidak bisa bertarung lagi..." Dian yang berada di samping Ira kembali mengangkat tangannya dengan kemayu.
Dian kehabisan mana-nya karena tadi dipakai oleh Randy untuk memanggil Jormungandr. Sayangnya semua itu terlihat sia-sia karena makhluk itu hanya keluar sebentar dan tak mengenai apa-apa.
"Bahkan Dian pun juga?!" Ira menatap tidak percaya.
Sekarang yang bisa bertarung hanyalah Farida dan beberapa bawahannya yang berjumlah 2 orang. Sedangkak di sisi Valkyrie, hanya ada Ira yang menjadi satu-satunya yang siap tempur.
Celicia tidak memanggil bala bantuan, jadinya dia hanya datang dengan grupnya.
"Kalian semua, buatlah formasi-"
"Dark Wind!"
Lagi-lagi, sebelum Farida memberi perintah. Rena menghalau segala jenis strategi yang akan dibuat.
Dengan brutal, semua bawahan Farida yang melayang di belakangnya terjatuh ke tanah dan pingsan di sana.
"Sial!" (Farida)
Tanpa menunggu lebih lama, Rena langsung melesat ke arah Farida dan melakukan charge attack ke menggunkan tombaknya.
"Datang, ya?" Sambil menatapi tajam serangan yang akan datang. Mata Farida sedikit melirik ke arah Ira yang berada di bawah.
Dia memberikan semacam kode pada gadis itu.
"Kenapa dia?" Dian tak paham.
"Pemalas sepertimu sebaiknya melihat bagaimana orang lain melakukannya!" Ira dengan tegas dan fokus mengambil ancang-ancang.
"Wind Blast!" Ira menghempaskan angin yang kencang.
Sebab dari sihir itu, arah tusukan tombak yang di tujukan ke pada Farida malah berbelok dan melewatinya.
Melihat serangan Rena yang melesat, Farida tersenyum bulan sabit dan memanggil tombaknya lalu ditusukkan ke punggung gadis itu.
"Rasakan ini!"
THRUST!
Tombak itu menusuk punggung Rena.
Namun...
Rena membalikkan badannya dan menatap lebar Farida. Tombak yang masih menancap dan tembus diperutnya terlihat tidak memberikan rasa sakit sedikitpun.
"Eh?!" Senyum kecut menjadi satu-satunya yang bisa dia lakukan.
Melihat tombak masih menancap dan tak memberikan efek sedikitpun pada Rena membuat mereka berdua kehilangan kepercayaannya.
"Gila! Bagaimana dia masih bisa bergerak dengan benda itu yang masih bersarang?!" Dian menatapi ngeri cewek itu.
'Apa yang sebenarnya terjadi? Rena itu manusia, 'kan? Lalu bagimana dia bisa tidak kesakitan sama sekali?' Ira mencoba memeras otaknya, tapi tidak ada satupun lampu yang muncul dan menyala.
SLASH!
Rena kini mengganti sasarannya menjadi ke arah Ira.
Ira yang masih dalam lautan pikiran tidak bisa bertindak cepat. Dia tertebas oleh tombak yang diayunkan ke atas itu.
"Ira!" Dian yang ada di sampingnya bahkan tidak sempat membantunya.
Setelah ditusuk, Rena yang ada di depannya kini seperti ratu kecepatan dalam kegelapan. Gerakannya bergerak hanya dalam hitungan kedipan mata.
SLASH!
Belum juga membantu, Dian yang mencoba mengecek kondisi Ira langsung ditebas oleh Rena.
GEDEBUK!
Tubuh Dian terjatuh dan menimpa tubuh Ira.
Kini dua orang sudah tumbang hanya dengan serangan kilat gadis itu.
Farida dan Rena, kini menjadi satu-satunya yang tersisa.
Sekali lagi, mereka akan berhadapan. Kali ini ada sedikit penghalang. Tubuh-tubuh tepar para Justiciar dan Valkyrie menjadi halangan yang dimaksud.
Berkeringat, gemetaran, dan takut. Itulah hal-hal yang kini Farida rasakan. Masalahnya dengan temannya baru saja selesai, tapi kini dia malah disuruh menghadapi masalah baru.
'Lagian siapa yang bisa bikin Rena sampai begini?!' Farida mengutuk siapapun yang punya lidah silet itu.
----
CRAK CKRAK CKRAK!
Sebuah lingkaran sihir muncul di antara mereka berdua.
"Eh? Apa ini?!" Farida menatp bingung lingkaran yang muncul di kakinya.
Lingkaran sihir itu berputar dan membuat ukirannya seperti kunci yang terbuka.
WUSH!
Tepat setelah itu, mereka berdua berpindah tempat.
Kini mereka ada di tempat yang luas dan tanpa ada mobil maupun orang yang membatu.
"Tunggu, inikan?.Di tengah sawah!" Tempat yang menjadi wilayah mereka bertarung adalah tengah sawah.