Randy berlari ke arah langit kembang api itu. Sambil berlari-lari santai dengan melompat-lompat, dia mencoba menyanyi mars sekolahnya.
Dan tentunya, dia melakukan ini karena sedang gemetaran. Dia lagi-lagi hampir mati oleh sihir dari monster itu.
Entah apa yang akan terjadi bila dia terlambat menghentikan itu.
Total situasi Randy berada di ujung tanduk: 2 kali dalam satu malam.
"SMA Gakroh
Sekolah adiwiyata
Menjadi nomor satu adalah tujuan~ku
Maka itu, mari- heh?" Belum selesai menyelesaikan lagunya, Randy dikejutkan oleh pemandangan para gadis dengan zirah penuh terkapar di trotoar sampai tengah jalan.
Para cewek itu mengerang kesatikan sambil tiduran di alas yang keras itu. Hal ini terjadi karena satu orang bodoh itu, dan konyolnya Randy masih belum menyadari itu.
"Kenapa mereka?!" Randy mencoba mengecek keadaan mereka, namun langkahnya terhenti seketika dia mengingat kalau dia tidak boleh menampakkan diri.
"Cih, apa yang harus kulakukan sekarang?!" Otaknya dia putar 100 kali lebih cepat, namun tak ada satupun yang keluar.
BOK BOK BOK!
Sambil memukul-mukul kepalanya ke dinding, dia berharap ide keluar dari pikirannya.
"Tidak sama sekali..." Randy pasrah.
Randy harus bergegas memikirkan sesuatu, karena tempat para J itu terbaring berada di dekat monster tentakel itu berada.
Sambil mengintip dari balik pilar gedung, Randy mencoba menganalisa monster itu dari sana.
"Ternyata monster itu bukan gurita atau cumi-cumi, melainkan bintang laut. Tapi aneh sekali, kenapa monster itu menusuk seperti tentakel?" Ucap Randy dengan matanya yang menyipit.
Tak lama setelah mengomel, bintang laut itu membuka matanya yang berada di tengah.
Jika digambarkan, bintang laut itu seperti Decarabia di sebuah video game. Tapi dengan tentakel yang berlubang-lubang dan bagian belakangnya yang berbulu.
Perlahan bola matanya meliriki ke arah para J yang tepar di trotoar dan jalan itu. Tapi monster itu berakhir mengabaikan mereka, bola mata itu malah mengunci ke suatu tempat di balik pilar di tengah kota itu. Tepat di tempat dimana Randy bersembunyi.
"Ehehehe," tertawa sebelum maut, itulah yang Randy lakukan saat ini.
Tanpa waktu yang panjang, ke lima tentakel bintang laut itu mengarah ke arah pemuda itu.
SRUT! SRUT!
Benda itu melancip dan melesat ke arah pemuda itu.
"Sial! Jangan sampai aku masuk situasi bodoh itu lagi!" Randy berlari sekuat tenaga dari tentakel yang mengejarnya.
"Jika aku cewek mungkin situasi ini akan menjadi adegan di anime berkultur!" Meskipun sedang terengah-engah, dia masih menyempatkan diri untuk bercanda.
DUM! JLAS! DUAR!
Satu persatu tentakel itu melesat ke arah pemuda itu, namun tak ada yang kena.
"Kalau begini terus... Aku bisa kehabisan... nafas! Aku harus melawan!"
Randy melakukan drift dan menatap balik tentakel itu. Sesaat setelah itu, Dia mengeluarkan pedang milik Dalor dan bersiap menebaskan salah satu tentakel yang melesat.
SLASH!
Tentakel itu terbelah menjadi dua. Tentakel yang lepas langsung mengucurkan darah hijau, sedangkan bagian yang masih menyambung ke tubuh utama memendek dan kembali ke tu ukuran aslinya.
"Tadi Hannah sudah memotong tentakel ini, dan hasilnya... Tentakel monster ini masih utuh! Apa yang harus kulakukan untuk mengalahkannya?" Randy saat ini tidak tahu apa-apa.
Ini pertama kalinya dia melakukan ini sendirian tanpa Dalor, bahkan saat ini Ira dan Hannah absen dalam ekspedisi penangkapan ini.
Tangannya yang memegang pedang bergemetar dan tak bisa memegang pedang dengan benar, keringatnya mulai membasahi tubuhnya, pandangannya mulai menghitam dan akan senyap lalu pingsan.
Randy masih belum sanggup untuk bertarung sendiri, dia masihlah pecundang yang hanya mengandalkan kekuatan orang lain. Bahkan saat inipun dia masih bisa selamat karena bantuan orang lain.
"Bangunlah bodoh! Masa iye elu pingsan cuman gara-gara lawan makhluk begituan?!" Sebuah suara entah dari mana mengembalikan kesadarannya yang mulai hilang.
"Siapa dimana?!" Randy melihat sekitaran tapi tidak ada siapapun selain J yang tepar.
"Elu ini amnesia ato apa? Masa sama gue aja lupa?!" Dari cara bicaranya, Randy langsung menyadari suara itu.
"Dalor?! Kau bilang kau akan tertidur selama satu bulan! Tapi kenapa kau malah sekarang bangun?!"
"Yah, mau begimana lagi. Kan dulu gue pernah bilang kalau gue pernah kesegel selama 2000 tahun. Gara-gara itu gue lupa cara ngitung hari."
"Hah?!"
Alasan mengelak yang bodoh untuk diucapkan oleh seorang raja iblis yang agung. Ya, lagipula dia sudah tidak agung bahkan malah ke arah sangar dan gaul setelah masuk ke tubuh pemuda itu.
"Lupakan ae, elu gue tinggal sebentar dah hampir mati 2 kali. Eh sekarang malah mau pingsan habis nebas itu monster."
"Diamlah, aku tidak suka bila itu muncul dari mulutmu."
"Ahahaha, dasar ngenes."
"Dalor, apakah kita bisa kembali ke topik?" Randy terlihat cemas.
"Ya, tapi gue ingetin lu. Kalau make sihir itu jangan lupa di-undo!" Dalor memaki keras sampai Randy menutup kupingnya meskipun suara itu berasal dari dalam jiwanya.
"Heh?! Apa maksudmu?!" Randy yang bodoh itu masih belum menyadarinya.
"Bangkek lah masih belum nyadar, elu habis make Magic Seal, 'kan?!"
"Hmm(mengannguk)..."
"Apa udah lumatiin itu sihir?!"
"Belum..." Randy menggelengkan kepalanya seperti idiot.
"Hah..." Suara Dalor yang melepas napas terdengar jelas dari dalam dirinya.
Dalor tidak tahu bagaimana cara menyampaikan dengan benar kepada anak bodoh ini. Yang dia tahu sekarang dia harus melepas sihir yang Randy lepas saat ini.
"Dasar goblok, sihir Magic Seal yang elu keluarkan itu mengenai seisi kota! Dan sekarang gak ada satupun J atau V yang bisa menggunakan sihir mereka!"
Medengar penjelasan itu, Randy yang dari tadi tidak merasa bersalah langsung membuat matanya terbuka penuh.
"Ja-jaraknya satu kota ini?! Tunggu berarti para J yang pingsan di tengah-tengah jalan dan trotoar ini pingsan karena jatuh saat terbang?!" Ucapnya sambil melihati para J yang pingsan di sekitarnya.
"Dahlah, kita fokus tujuan aja! Tangkap monster itu dan misi selesai! Gue yakin gak bakal ada V atau J yang berani berkeliaran saat sihir mereka kesegel!"
"Okelah, aku akan coba!" Randy mengatakan itu sambil memegang erat gagang pedangnya yang tadi bergetar. Rambutnya disisir menggunakan tangannya, matanya menatap sok keren ke arah monster itu. Randy saat ini berpose layaknya tokoh pahlawan super yang tertiup angin.
"Gue gak mau ganggu pose kerenlu, tapi sebaiknya kita pake Jormungandr dan masalah langsung selesai."
"Sebaiknya jangan, aku setidaknya mau sekali bertarung pake fisik!"
"Serah deh..."
Kekerenan pemuda pengecut itu hilang bagaikan rongsokan besi di pinggir jalan.
----
TAK TAK TAK TAK
Saat ini Randy berjalan pelan ke arah monster bintang laut itu.
Tentakelnya yang putus sudah kembali pulih. Matanya yang menatap diam langit itu kembali melirik ke arah pemuda itu.
Di antara para J yang tepar itu, mereka saling menatap dan menunggu adanya pergerakan dari lawannya.
SRAT!
Belum sempat bertindak, sebuah tentakel langsung melesat ke arah pemuda itu.
"Randy, ataslu!" Dalor memberi peringatan.
Dengan bantuan navigasi iblis itu, Randy langsung melompat ke belakang dan menghindar dari tusukan benda basah itu.
"Hampir aja gue jadi sate untuk kedua kalinya!"
"Jangan banyak nganggur, langsung maju!"
Randy berlari cepat dan menaiki tentakel yang masih menghantam di trotoar.
Langkahnya yang cepat saat melintasi kulit basah tentakel itu membuat suara 'Cak!' di setiap hentakannya.
Tanpa perlu lama, Randy sudah sampai dan berhasil menempatkan kaki tepat di sebelah mata bintang laut itu.
Tangan kanannya mengangkat ke atas dan melebur pedangnya lalu diganti dengan sebuah tombak.
"Dalor sisanya kuserahkan padamu!"
"Baik!"
Tombak yang bocah itu pegang langsung diselimuti oleh batang-batang tumbuhan yang berduri seperti yang ada di patung-patung manusia saat terjadinya Time Fracture.
Randy menarik mundur tombak itu dan bersiap untuk melemparkannya.
Tak Tak Tak!
Sambil berjalan layaknya orang yang mau melempar di olahraga lempar lembing, Randy mengucapkan: "Prickly Prick!"
Mata bintang laut itu tertusuk dan membuat tubuh
Bintang laut itu terhempas ke bawah. Jalanan yang dia injak retak karena tak kuat menahan dorongan dari atas.
Tombak yang menancap mata bintang laut itu terus ditekan sampai monster itu hancur berkeping-keping.
Setelah hancur, tubuh bintang laut itu mencipatkan sebuah kunci yang berbentuk seperti dirinya di bagian gagangnya.
Randy yang sudah bermandikan darah sedang berdiri di tengah-tengah jalanan yang retak itu. Di depannya sekarang terdapat kunci yang dia cari.
"Akhirnya dapat juga," ucapnya sesaat mengambil kunci yang melayang itu. Sebuah nama yang tidak lain tidak bukan dari monster itu tertulis diingatannya. "Sarkofagos Asterias!"
"Aku akan memastikan untuk menggunakanmu di waktu yang tepat," senyuman lebar dilukis di mukanya.
Dia tidak pernah merasakan pertarungan se-intens itu selain sesaat bertarung melawan charbydis saat itu.
Angin bertiup kencang di tempat itu, hanya dalam kedipan mata. Anak yang habis melawan monster itu amblas dari sana.
------
Beberapa menit setelahnya
------
"Akhirnya sampai juga!"
"Ayunda, sebaiknya jangan pernah pake rencana ini lagi!"
Mereka berdua baru sampai di tempat itu. Tubuh mereka yang berpakaian zirah penuh harus bermandikan air keringat hanya untuk sampai ke tujuan.
Tapi usaha mereka menghinati hasilnya.
"Kemana monsternya?" (Farida)
Tak ada tanda-tanda monster itu, yang ada hanyalah para Justiciar yang tepar dan jalan yang ambruk karena tekanan yang kuat.
"Apakah para Valkyrie mencurinya?!"