Sesudah banyak berbicara pada Orba, Raka langsung menghampiri Hiuga yang sedang duduk di sisi jalan.
"Hiuga! Aku ada urusan dengan mu?" Ujar Raka dengan nada dingin.
"Aku tidak akan memenuhinya" jawab Hiuga dengan lantang.
"Ini berurusan dengan Orba dan orang tuamu" jawab Raka untuk menyakinkan Hiuga.
"Apa urusanmu dengan ku?" Ujar Hiuga dengan penasaran.
"Aku mempunyai rencana dengan mu! Bukankah kamu telah berpura-pura berteman dengan mereka? Jadi, aku ingin kamu berpura-pura untuk menjadikan aku sebagai teman mu dan memperkenalkan ku pada mereka. Apa kau bisa melakukan itu?" Ujar Raka dengan nada tinggi.
"Apa tujuan mu? Sehingga kau ingin berpura-pura berteman dengan mereka?" Ujar Hiuga dengan penasaran.
"Aku ingin mendekati mereka. dengan begitu, aku bisa membunuh Dewi Siestina dengan mudah" jawab Raka dengan lantangnya.
"Apa? Kau ingin membunuh Dewi Siestina?" Ujar Hiuga yang tidak percaya dan kecewa. Hati Hiuga saat ini sudah terpaku pada Siestina.
"Ada apa? Dengan membantuku, kau bisa membebaskan ibumu dengan cepat" jawab Raka yang terus menghasut Hiuga.
"Beri aku waktu untuk menjawab itu" jawab Hiuga yang masih memikirkan itu. Hiuga harus memilih antara Dewi Siestina dan ibunya.
"Tidak ada waktu lagi! Kau harus menjawabnya sekarang juga. Atau kamu sudah menjadi teman-teman mereka? Atau kau ingin menjadi salah satu yang ada dalam ramalan dan menjadi bangsa yang membangkang bangsanya sendiri?" Ujar Raka yang tidak sabar mendengar jawaban dari Hiuga.
"Tidak! Kalau begitu, aku akan memenuhi permintaan mu" jawab Hiuga dengan terpaksa.
"Bagus! Kita pergi sekarang juga" jawab Raka.
Raka dan Hiuga memanggil gerbang menuju negara api, walaupun Hiuga merasa keberatan atas permintaan dari Raka. Namun, Hiuga tidak mempunyai pilihan lain sehingga Hiuga harus menuruti semua permintaan Raka.
***********
"Apa sekarang kamu bisa berjalan?" Ujar ku pada Erina.
"Tentu! Terimakasih kerena sudah menggendong ku" jawab Erina sambil langsung turun dari gendongan ku.
"Lihat! Ada bangunan di sana!" Ujar Adis sambil menunjuk ke tempat yang ia maksud.
Kami langsung bergegas melihat apa yang dilihat oleh Adis dan begitu jelas ada terdapat bangunan aneh yang berbentuk segitiga yang terbuat dari batu pasir.
"Bangunan apa itu?" Ujar Erina yang penasaran.
"Ayo kita ke sana" ujar Siestina yang langsung menghampiri tempat itu.
"Tunggu! Apakah tempat itu tidak berbahaya?" Ujar ku. Namun Siestina tidak mendengarkan ku dan ia malah terus berlari menghampiri tempat itu. "Cuih. Siestina tidak mendengarkan ku"
Kami terpaksa mengikuti Siestina menuju tempat asing itu. Kami mendekatinya dengan berhati-hati.
"Tunggu Siestina! Ku rasa tempat itu bukan tempat yang aman bagi kita!" Ujar ku.
"Tidak ada yang aneh kok! Aku penasaran dengan tempat ini" jawab Siestina yang langsung masuk ke dalam bangunan segitiga tersebut.
"Siestina keras kapala sekali" ujar Ginny yang kesal.
Kami terpaksa masuk ke tempat itu karena Siestina. "Siestina! Dimana kau?" Ujar ku dengan berteriak.
"Aku disini!" Jawab Siestina.
Kami melihat-lihat ruangan itu dan begitu banyak mayat yang di bungkus oleh kain putih.
"Tempat apa ini sebenarnya?"
Tiba-tiba pintu keluar tertutup oleh batu besar sehingga ruangan itu menjadi gelap.
"Apa yang barusan terjadi?" Ujar Erina yang ketakutan.
Tiba-tiba dinding ruangan itu di penuhi dengan api yang berwarna biru sehingga ruangan itu kembali terang.
"Apa itu?"
Tiba-tiba datang sesosok manusia hitam yang muncul dari bayangan gelap.
"Akhirnya kalian terpancing masuk ke dalam sarang ku" ujar seseorang itu.
"Siapa kau? Dan apa mau mu dari kami" jawabku dengan lantang.
"Aku cuman ingin mengambil semua energi sihir kalian dan membungkus kalian sehingga mati dalam keadaan hidup" ujar seseorang tersebut.
"Tunjukan sosok mu!" Ujar ku sambil berteriak.
Mendengar itu. Sesosok itu langsung menunjukan dirinya dan alangkah terkejutnya kami ketika melihatnya.
"Sebenarnya kamu ini makhluk apa?" Ujar Siestina yang terkejut.
Kami melihat sesosok manusia yang berkepala anjing. Dia memakai baju besi dan juga memegang tongkat yang di atasnya terdapat banyak sekali cincin-cincin besar yang berwarna emas.
"Tunggu! Aku mengenal sosok itu" ujar ku sambil mengingat sosok itu. " Aku tahu! Kau pasti makhluk anubis" ujar ku yang teringat ketika aku melihat salah satu patung di desanya Zulani.
"Ternyata kamu tahu aku. Dan sekarang pengetahuan kalian akan lenyap dan kalian akan mati disini sebagai energi bagi mu" jawab anubis.
"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi pada teman-teman ku" jawabku dengan lantang.
Tiba-tiba Siestina menyerang anubis tersebut dengan sihir akarnya. Namun, tiba-tiba sihir Siestina di serap oleh tongkat anubis sehingga akar tersebut menghilang begitu saja.
"Percuma saja kalian menyerang ku dengan sihir. Karena aku akan menyerap sihir kalian dengan tongkat milik ku" jawab anubis sambil terkekeh-kekeh.
"Kalau begitu mari kita bertarung tanpa menggunakan sihir" jawab ku sambil menghampirinya dan memegang tombak ku.
"Kemari lah! Meskipun kau tidak menggunakan sihir, aku akan tetap menggunakan sihir disini untuk melawan mu" jawab anubis tersebut sambil terus terkekeh-kekeh.
"Sial! Dimana sosok jantan mu?" Aku mencoba untuk meningkatkan emosinya.
Tiba-tiba anubis itu menyerang kami dengan sihir hitamnya. Sihir hitam itu di sebarkan ke seluruh ruangan sehingga ruangan itu tertutup oleh sihir dari anubis.
"Apa ini?" Ujar Siestina.
"Aku ngantuk!" Ujar Erina dan Ginny. Mereka berdua langsung tertidur setelah menghirup sihir tersebut.
"Sial! Aku juga terkena sihir itu" ujar Siestina yang juga langsung tertidur.
"Ternyata kau bisa bertahan ya!" Ujar anubis tersebut ketika melihatku yang masih berdiri.
"Aku tidak bernapas. Tidak seperti mereka" jawab ku.
"Kalau begitu! Kau pasti seorang iblis bukan? Biasanya seorang iblis memiliki aura sihir yang sangat besar" ujar anubis tersebut dengan terkekeh-kekeh.
************
Mendengar itu, Arth langsung melemparkan tombaknya pada anubis. Namun, ia menahannya dengan sihir hitam sehingga tombak itu dapat di pantul kan.
Arth tidak tinggal diam. Ia langsung memegang tombaknya kembali dan menyerang anubis itu secara langsung. Arth langsung menyerangnya dengan serius karena terbawa oleh emosi iblisnya.
"Kemari lah! Wahai sihir ku" ujar anubis tersebut sambil membuka tangannya.
Arth menyerangnya dengan ceroboh sehingga ia langsung menyerang ke hadapannya dan tidak tahu akan resiko dari itu.
"Mati kau" ujar Arth dengan marah.
Arth menyerangnya. Namun, tiba-tiba Arth merasa kejang-kejang dan tidak bisa bergerak sama sekali.
"Ada apa dengan ku?" Ujar Arth sambil kesakitan.
"Itu adalah sihir santet milik ku. Aku akan menyerap semua sihirmu dengan cepat. Tenang saja ini tidak akan sakit!" Ujar anubis tersebut sambil terus terkekeh-kekeh.
Anubis tersebut menyerap sihir Arth dengan seluruh kemampuannya. Namun, tiba-tiba anubis tersebut terkejut karena ia tidak bisa menghabiskan sihir yang ada di dalam tubuh Arth.
"Ternyata kau memiliki sihir yang tidak terbatas" ujar anubis tersebut dengan gembira.
Tiba-tiba sihir anubis terputus akibat tidak bisa menahan sihir yang keluar dari tubuh Arth sehingga Arth terlempar dan lepas dari sihirnya.
"Akhh! Ujar Arth yang kesakitan.
"Jika kau memiliki sihir sebanyak itu. Maka aku tidak perlu repot-repot mencari sihir lagi!" Ujar anubis.
"Kalau begitu! Ambil sihir ku" ujar Arth ya g mulai marah. Arth langsung mengeluarkan semua energi sihirnya dan mengeluarkan mata energi kuningnya.
"Haha! Keluarkan semua sihir mu supaya aku bisa menyerapnya" ujar anubis tersebut dengan tertawa terbahak-bahak.