Chereads / reincarnation of a demon god (sub Indonesia) / Chapter 50 - penyesalan Hiuga

Chapter 50 - penyesalan Hiuga

Hari semakin larut malam. Arth dan Erina terus mengobrol dengan candaan mereka,. Sampai mereka lupa bahwa hari sudah larut malam. Tiba-tiba Arth menguap sampai matanya berair.

"Eh! Arth, kamu ngantuk?" Ujar Erina sambil melihat Arth menguap.

"Tidak! Ini cuman ngantuk sedikit!" Jawab Arth sambil terus menguap.

"Jika kamu mengantuk dan tidak ingin ke tenda yang mereka buat, kamu boleh kok tidur di paha ku..." Ujar Erina dengan malu-malu.

"Ee.... Bagaimana ya?" Jawab Arth yang kebingungan.

"Jangan berfikiran yang aneh-aneh!" Jawab Erina sambil memaksa Arth untuk tidur di pahanya. Arth di tarik oleh Erina sehingga Arth tidak bisa melakukan apa-apa dan Arth terbaring di atas pahanya Erina.

"Sebenarnya, aku tidak se-ngantuk yang kamu pikirkan" ujar Arth yang kini malu-malu pada Erina.

"Sudahlah! Aku memaksa. Kami tidur saja, aku akan menyanyikan mu sebuah lagu tidur. Lagu ini sering di nyanyikan oleh ibuku waktu aku masih kecil" ujar Erina yang langsung bernyanyi dengan suara merdu dan imutnya. Apalagi, suaranya di barengi oleh cahaya kunang-kunang dan suara-suara serangga, sungguh seperti seorang Dewi yang menari dan menyatu dengan alam.

************

"Ternyata mereka baik-baik saja!" Ujar Hiuga yang memperhatikan mereka dari kejauhan.

Hiuga merasa bersalah pada mereka karena telah membunuh Adis. Pikiran Hiuga benar-benar kacau, karena rasa penyesalan dan kekecewaan bercampur aduk di dalam pikirannya.

Hiuga sempat berfikir jika ia ingin meninggalkan semua perintah dari para dewa dan menjadi teman biasa bagi temannya sendiri. Walaupun Hiuga harus dituding sebagai bangsa yang membangkang bangsanya sendiri. Namun, Hiuga tidak mempedulikan itu, karena hati Hiuga sudah benar-benar sakit setelah mendengar ibunya sudah meninggal dari dulu. Dan ternyata, selama ini Hiuga bekerja keras dengan harapan palsu yang di buat oleh Orba sehingga rasa dendam muncul di lubuk hati Hiuga yang paling dalam.

Hiuga duduk dan bersandar di bebatuan tinggi. Hiuga memikirkan bagaimana caranya ia bisa di terima oleh teman-temannya setelah apa yang ia lakukan kepada teman-temannya. Apakah Hiuga akan di terima dengan lapang dada atau Hiuga akan di bunuh dengan aura iblis Arth? Walaupun Arth membenci Hiuga, akan tetapi jika Hiuga menjelaskan semuanya dan apa yang terjadi pada dirinya bahwa dirinya juga tertipu, mungkin Arth akan menerimanya walaupun berat hati.

"Apa aku menyesali apa yang telah ku perbuat? Ibu... Beritahu aku... Apa yang harus ku lakukan setelah ini? Jika aku kembali ke tanah para dewa, aku akan di penjara layaknya seperti ibu. Jika aku terus melarikan diri seperti ini, sebenarnya ini percuma, aku akan terus di incar oleh mereka! Jika aku bergabung dengan Arth, apakah Arth bisa menerimaku begitu saja? Apa yang harus ku lakukan? Aku benar-benar keliru dengan kehidupan ini!. Ujar Hiuga sambil terus menyesali apa yang telah di perbuatanya.

Di samping itu, dia juga kecewa pada Orba karena telah membuat harapan palsu yang di buat oleh Orba. Rasa dendam dan kebencian tiba-tiba mengalir pada diri Hiuga seakan-akan ia ingin melakukan sesuatu pada Orba. Akan tetapi, Hiuga sadar bahwa ia tidak sekuat yang dibayangkannya.

"Aku akan melakukan sesuatu yang ku mau dan berusaha untuk melindungi mereka serta mencari jalan untuk membalaskan dendam ibuku pada Orba. Itulah kenapa aku hidup disini!!" Ujar Hiuga dengan nada tinggi dan semangat.

Hiuga berencana untuk mengikuti dan mengintai Arth dan yang lainnya dengan tujuan cuman sekedar ingin melindungi mereka.

*************

Aku merasakan sesuatu yang hangat di bawah dan di atas kepala ku. Rasanya seperti ada yang menindih kepala ku. Apa itu? Mengapa rasanya hangat dan empuk.

Aku membuka mata ku karena tidurku terganggu oleh sesuatu.

"Eh!! Tunggu... tunggu!!" Ujar ku yang terkejut.

Aku teringat bahwa aku tertidur di atas pahanya Erina dan Erina secara tidak sadar tertidur dan menindih ku dengan payudara Erina.

"Apa yang harus ku perbuat?" Ujar ku yang bingung. Rasanya mustahil jika aku yang akan membangunkannya, karena aku tidak ingin lagi dikatain sebagai pria cabul.

Pada akhirnya, aku menepuk-nepuk kaki Erina dan mencoba untuk membangunkannya. "Erina...Erina...bangunlah, ini sudah pagi!" Ujar ku dengan nada rendah supaya tidak terlalu terdengar.

Tiba-tiba Erina bergerak dan ia mulai membuka matanya. Melihat itu, Aku langsung berpura-pura tidur supaya aku tidak dikatai oleh Erina sebagai pria cabul. Walaupun Erina belum pernah mengatakan itu pada ku.

Erina langsung bangun. Dan seperti Erina sedang mengingat apa yang terjadi semalam, kerena Erina keheranan ketika aku tertidur di atas pahanya dan aku berpura-pura tidur dengan polosnya. Erina tersenyum sambil mengelus-elus rambutku. Tiba-tiba wajah Erina mendekati wajah ku dengan bibir yang ditonjolkan.

"Apa yang akan Erina lakukan?" Ujar ku yang terkejut sambil berpura-pura untuk tidur.

Tiba-tiba! Erina mencium ku dengan tak sadar. Merasakan kejadian itu, aku langsung membuka mataku, seketika empat mata saling menatapi. Tiba-tiba Erina terkejut dan langsung berteriak sambil menendang ku.

"Pergi! Dasar pria cabul!!" Ujar Erina setelah menendang ku dengan perasaan malu-malunya.

"Lagi-lagi nasibku begini! Padahal ini baru dini hari" ujar ku yang tergeletak karena di tendang oleh Erina.

Tiba-tiba Erina tersadar dan menyadari apa yang telah ia perbuat pada ku. "Eh!! Arth, aku minta maaf. Aku tidak sengaja" ujar Erina dengan menyesal.

Aku langsung berdiri. "Jadi dari tadi kamu tidak sadar apa yang telah kamu perbuat?" Ujar ku yang memang heran dengan kelakuannya yang aneh.

"Aku tidak menyadarinya. Emang apa yang telah aku perbuat?" Ujar Erina dengan polosnya.

"Seperti itu ya! Berarti, tadi Erina melakukan sesuatu tanpa ia sadari. Untung lah, itu hal yang memalukan" ujar ku dalam hati. "Tidak! Tidak ada yang kamu lakukan kok" ujar ku supaya Erina tidak mengetahuinya.

"Begitu ya! Kalau begitu, ayo kita susul Ginny dan Siestina" ujar Erina dengan senang.

Aku lupa! Bahwa ada Ginny dan Siestina yang masih hidup. Sangking sedihnya, aku malah melupakan mereka. "Emang mereka dimana?"

"Mereka membuat tenda di balik hutan itu" jawab Erina sambil menunjuk ke tempat yang ia maksud.

"Syukurlah kalau begitu. Kalau begitu, ayo kita susul mereka" ujar ku sambil mengajak Erina untuk menyusul mereka.

**************

"Ku rasa jika kita memang ingin melupakan isi hati kita dengan cara apapun, termasuk bunuh diri. Cobalah untuk mengingat siapa orang yang berarti dalam hidup kita. Jika kita merasakan tidak ingin melupakannya, maka secara tidak sadar kita tidak ingin mengosongkan isi hati kita. Terus kenapa banyak orang yang menginginkan untuk membunuh dirinya? Karena mereka cuman sekedar ingin memastikan itu dan ingin merasakan bahwa dirinya diakui oleh semua orang dengan cara itu. Sebenarnya, ada jalan lain agar kita diakui oleh orang lain! Cobalah untuk menyatukan antara kebiasaan, kerja, dan hobi. Itu akan menjawab semuanya dan mendorong mu untuk diakui oleh mereka" aku menulis dialog tersebut kedalam buku ku setelah aku sampai di perkemahan dan bertemu dengan Ginny dan Siestina. Aku di tampar oleh mereka karena aku menghilang begitu saja dan membuat mereka khawatir pada ku.