Hujan telah berhenti. Dan waktu telah menunjukkan bahwa hari sudah malam. Erina, Ginny dan Siestina berhasil membuat sebuah tenda dan membuat api di tengah-tengah tenda itu.
"Dimana Arth? Dia tidak kelihatan dari tadi" ujar Siestina sambil melihat ke sana-sini.
"Mungkin dia sedang mencari ketenangan!!" Jawab Ginny.
"Tak ku sangka bahwa Hiuga selama ini telah mengkhianati kita. Pantas saja dia suka m menghilang ketika kita di serang!!" Ujar Ginny dengan kesal. Ginny melihat kepada Erina yang termenung melihat api. "Ada apa Erina?"
"Aku akan pergi sebentar" jawab Erina sambil langsung pergi dari tempat itu.
"Mau kemana Erina?" Ujar Ginny sambil berteriak.
"Aku akan pergi sebentar!! Jangan ikuti aku!!" Jawab Erina sambil berlari menuju hutan.
**************
Jauh di dalam hutan. Arth berdiam diri di sisi tebing sambil bersandar di pohon pinus. Arth terus melamun sambil menikmati pemandangan cahaya bulan yang terang dan cahaya bintang-bintang. Seakan-akan cahaya tersebut bisa menerangi isi hatinya.
Erina terus mencari Arth ke sana-sini sampai akhirnya Erina menemukan Arth yang sedang bersandar di pohon Pinus.
"Apa aku akan kesana?" Ujar Erina yang tidak yakin bisa memberikan motivasi kepada Arth.
Tiba-tiba Erina teringat bahwa Arth juga pernah memberikan motivasi pada dirinya ketika Erina mengalami masalah psikologi yang sama.
"Aku juga akan menghibur Arth dengan semaksimal mungkin" ujar Erina di dalam hatinya dengan yakin.
Erina langsung menghampiri Arth dan menyapanya. "Bolehkah aku duduk di samping mu?"
"Tentu! Tidak ada larangan tentang itu!" Jawab Arth tanpa melihat ke Erina. "Sekarang aku mengerti kenapa kamu begitu sedih ketika kamu kehilangan keluarga mu. Dan sekarang aku juga mengalaminya. Walaupun Adis bukan saudara ku, akan tetapi ia sudah ku anggap sebagai adik ku sendiri"
"Sekarang kamu pasti tahu kenapa aku datang kesini?" Ujar Erina.
"Mungkin kamu akan melakukan apa yang telah ku lakukan pada mu sebelumnya untuk sekedar menghibur" jawab Arth yang memang ia merasa pernah melakukan itu.
"Tepat sekali! Sekarang posisi kita terbalik. Jadi, aku akan menghibur mu" ujar Erina sambil tersenyum manis.
"Apa yang akan kamu lakukan untuk menghibur ku?" Ujar Arth sambil menatap kepada Erina dengan penuh harapan dan perasaan.
Mendengar itu, Erina malah terbengong sendiri karena memang Erina tidak merencanakan apa yang akan ia perbuat. "Aku... Aku... Aku akan melakukan apa yang aku mau!!" Ujar Erina yang langsung melotot kepada Arth.
"Haha... Kamu ingin menghiburku atau menghiburmu sendiri. Kamu datang ke sini untuk melakukan apa yang kamu mau? Yasudah lah" ujar Arth sambil tertawa terkekeh-kekeh.
"Aku tidak peduli mau bagaimana pun caranya! Namun, hal yang terpenting adalah bagaimana caranya agar Arth tertawa!" Ujar Erina di dalam hatinya itu sambil memikirkan lelucon lain.
"Apa kamu suka main teka-teki?" Ujar Erina yang memang ia tahu tentang teka-teki lucu.
"Aku tidak ingin berfikir!" Jawab Arth dengan nada rendah dan meminta maaf.
"Kalau begitu! Apakah kamu ingin mendengar cerita ku?" Ujar Erina. "Agar kamu semakin mengenal ku!"
"Tidak ada salahnya. Dari pada aku termenung tidak jelas, mending aku mendengar sesuatu dari mu!" Jawab Arth sambil melihat pada Erina dengan tatapan dingin.
"Dengarkan ya!! Aku dilahirkan oleh ibuku dan ayahku" tiba-tiba Arth memotong pembicaraan Erina. "Memang benar kamu dilahirkan oleh ibumu dan ayahmu. Masa kamu dilahirkan oleh ayahmu saja!!"
"Tunggu!! Jangan memotong ceritaku!!" Ujar Erina sambil mencubit tangannya Arth.
"Oke. Aku akan diam!!" Jawab Arth sambil menutup mulutnya.
"Seperti yang ku katakan tadi! Aku dilahirkan oleh ibuku dan ayahku" tiba-tiba Arth tertawa lagi. "Diam Arth! Jangan ketawa. Males kalau gini ah" ujar Erina yang marah.
"Iya-iya aku akan diam dan mendengarkan mu" jawab Arth sambil menahan tawanya.
"Aku akan menceritakan langsung ke intinya. Aku terlahir di keluarga bangsawan. Namun, aku tidak mempunyai saudara satupun sehingga aku kesepian setiap saat. Ibuku suka bercerita tentang pahlawan berkekuatan sihir pada waktu aku kecil, sehingga suatu saat nanti, aku ingin menjadi seorang yang ahli dalam sihir" ujar Erina sambil melihat ke langit.
"Terus apalagi?" Ujar Arth yang masih penasaran akan kisah dari Erina.
"Oke... Akan ku lanjutkan. Aku bersekolah di sekolah sihir karena memang ayahku menjadi kepala sekolah di sekolah itu beberapa tahun terakhir. Aku di rekomendasikan oleh ayahku. Dan ternyata, aku memang berbakat" ujar Erina sambil menutup mulutnya karena ia salah berbicara.
"Bukan itu maksudku. Maksudku adalah apa hobi, cita-cita dan impian mu yang paling berharga?" Ujar Arth.
"Aku hobi membaca dan cita-cita ku adalah menjadi pahlawan yang menggunakan senjata sihir" jawab Erina sambil malu-malu kucing. Itu terlihat dari wajahnya yang mulai memerah.
"Terus, apa impian mu?" Ujar Arth yang memang Arth ingin sekali mengetahuinya karena Arth takut kehilangan lagi. Dengan begitu, meskipun Arth kehilangan, setidaknya Arth sudah tahu masing-masing harapan dari mereka dan akan mencoba untuk mengabulkannya.
"Sebenarnya aku juga mempunyai harapan, dan harapan itu lebih berharga dari pada yang lainnya" ujar Erina sambil melihat ke bintang-bintang.
"Apa itu?" Ujar Arth yang penasaran sambil langsung melihat pada Erina.
"Harapan terbesar ku adalah bisa hidup dengan seseorang yang ku sayangi. Aku ingin hidup dengannya yang jauh dari keramaian. Aku ingin membuat rumah dengannya di tengah ladang rumput dan di pinggir sungai. Serta di temani oleh kupu-kupu yang ada di ladang. Bukan hanya itu, aku ingin melihat pegunungan dari jendela rumah yang ku harapkan. Dan momen yang ku harapkan adalah bisa meminum teh di pagi hari sambil melihat matahari terbit ke atas gunung bersama orang yang ku sayangi!!" Ujar Erina yang terus mengharapkannya.
"Ternyata mewujudkan harapan mu sangatlah sulit! Aku harus mencari orang yang kamu maksud itu. Jika boleh, bolehkah aku mengetahui siapa orang yang kamu sayangi itu?" Ujar Arth yang memang tertarik untuk mengabulkannya.
Mendengar itu, Erina malah tersenyum-senyum sendiri sambil melihat kepada Arth. "Ada apa? Apa ada yang salah dengan ku?" Ujar Arth karena merasa tersinggung oleh Erina yang terus melihatnya dengan senyuman Erina.
"Tidak ada yang aneh dengan diri mu. Harapan ku tidak sesulit yang kamu bayangkan jika kamu ingin mengabulkannya. Jika yang ingin mengabulkannya orang lain, maka itu mustahil" ujar Erina.
"Sepertinya ini teka-teki!!" Jawab Arth yang kesal.