"tangkap!!!!!"
Aku dan Adis langsung menceburkan diri setelah membuka baju. Kami berenang ke tengah-tengah danau itu sambil melihat-lihat ikan besar yang tadi.
"Apa kau melihat ikan itu?"
"Aku yakin, ikan itu di sini" jawab Adis sambil mencari ikan tersebut.
"Kita harus menyelam" kami langsung menyelam mencoba untuk mencari ikan tersebut, namun tidak juga di temukan. Dan pada akhirnya kami muncul kembali ke permukaan air karena kami kehabisan nafas.
"Kenapa sekarang ikan itu tidak ada?"
Tiba-tiba kami mendengar cipratan air di balik sebuah pepohonan. dan itu membuat kami penasaran dan mengira bahwa itu adalah ikan yang tadi.
"Ayo!! Itu pasti cipratan ikan yang tadi" ujar Adis yang langsung berenang menghampiri suara cipratan itu.
"Tunggu!!" Aku langsung berenang menyusulnya.
Aku dan Adis mencoba mengintip dari balik pepohonan, akan tetapi kami tidak bisa melihatnya dengan jelas. selain itu, airnya juga berubah menjadi keruh.
"Apa kau yakin bahwa itu ikan yang tadi?" Ujar ku yang merasa aneh.
"Itu pasti ikan yang tadi!!! Air di sekitar cipratan itu juga berubah menjadi keruh! Aku yakin ini pasti ulah ikan besar tadi" ujar Adis dengan semangat.
"Kalau begitu! Ayo kita tangkap pakai tombak ku" ujar ku sambil merasa yakin bahwa itu adalah ikan.
"Tunggu! Jika kita memburu ikan itu secara tiba-tiba maka ikan itu akan lari. Maka kita harus menggunakan rencana B!" Ujar Adis dengan nada sok pintar.
"Sejak kapan ikan lari?"
"Maksudnya berenang!! Ok, rencana B adalah kita harus menyelam secara diam-diam, setelah itu kita tangkap sekencang mungkin dan itu adalah peluang bagi tuan Arth untuk menusukan tombak mu!" Ujar Adis dengan nada rendah dan raut wajah sok pintar.
"Apa kau yakin dengan rencana mu?" Ujar ku yang tidak begitu yakin.
"Stthh!! Jangan terlalu keras! Takut ikan itu mendengarkan kita" jawab Adis.
"Dan sejak kapan ikan mempunyai telinga?"
Tanpa menjawab pertanyaan dari ku, Adis langsung menyelam dengan dalam dan menghampiri suara cipratan tersebut. Melihat dia, aku juga langsung menyelam mengikutinya karena sulit untuk melihat di dalam air.
Airnya cukup keruh dan aku terus menyelam mengikuti Adis dengan sangat tenang. Tiba-tiba aku bisa merasakan sesuatu yang bergerak di hadapan ku. Sedangkan Adis tiba-tiba memutar balik arah saat ia menyelam.
"Apa Adis takut dengan ikan?" Ujar ku dalam hati.
Aku terus berenang menyelam dan menghampiri sesuatu yang bergerak tersebut. Semakin dekat dan dekat. Pada akhirnya aku langsung muncul ke permukaan air dan langsung menangkapnya.
"Hey Adis, Aku berhasil menangkapnya!!" Ujar ku sambil berteriak dan melihat pada Adis.
"Lari!! Selamatkan dirimu!!" Ujar Adis sambil berenang menjauh dari ku.
"Ada apa dengan Adis? Kenapa ia bertingkah aneh" ujar ku sambil memeluk erat sesuatu yang bergerak itu.
"Tunggu!! Apa yang sudah ku tangkap?" Ujarku tanpa melihatnya.
Aku merasakan kehangatan dari tubuh yang ku tangkap. Selain itu, aku menjadi heran karena tubuhnya sangat lembut dan halus. Pada akhirnya aku memberanikan diri untuk menoleh padanya.
"Eh???????"
Tiba-tiba suasana yang ribut berubah menjadi keheningan.
"Sial!!! Apa yang akan terjadi pada ku" ujarku dengan pasrah.
Yang ku tangkap bukan ikan yang ku maksud. Tapi malah Erina yang telanjang sambil mandi bersama Ginny dan Siestina. Semua akal sehatku tiba-tiba menghilang. Aku melihat wajah Erina yang berubah menjadi agak kemerahan. Setelah itu aku sadar bahwa aku masih memeluk Erina dan langsung melepaskannya. Erina langsung menutupi tubuhnya karena malu dan wajahnya juga mulai memerah.
"Pergi dasar cowok cabul!!" Ujar Ginny yang tiba-tiba menjadi agresif seperti ikan hiu.
"Dar-Dor-Der boom" Tempat itu seketika berubah menjadi sebuah penyiksaan bagi ku. Tubuhku habis di tampar oleh mereka.
"Maafkan aku tuan Arth. Aku terpaksa meninggalkan mu!" Ujar Adis sambil mendengar ku yang terus di tampar.
*********
Sementara itu. Hiuga duduk di bangku tepat di tepi jalan dunia para Dewa. Hiuga memikirkan tentang apa yang sudah ia lakukan. Selain itu, Hiuga juga merasa bersalah karena ia sudah membuat teman-temannya sendiri dalam masalah. Namun itu sudah menjadi takdir bagi Dewa pengintai seperti Hiuga. Hiuga adalah dewa pengintai yang sudah mempunyai derajat tinggi karena kecerdasannya. Berkat kecerdasannya itu, Erina juga tidak mengetahui bahwa Hiuga adalah seorang Dewa.
"Apa jalan yang ku tempuh itu benar?" Ujar Hiuga yang berbicara pada dirinya sendiri.
Itu adalah hal yang berat bagi Hiuga, karena ia harus memilih antara menyelamatkan seorang teman atau seorang ibu. Hiuga terus memikirkan itu tanpa henti. Sampai-sampai ia tidak fokus pada keadaan sekitarnya.
Tiba-tiba Hiuga menemukan jawabannya. Ia berencana untuk menyelamatkan ibunya terlebih dahulu walaupun itu mengorbankan temannya dengan memberitahukan keberadaan mereka pada Orba. Setelah ibunya bebas, Hiuga berencana untuk memihak pada teman-teman.
Namun tiba-tiba ia kepikiran dan termenung. Jika dirinya memihak pada teman-temannya, maka ia juga termasuk ke dalam bangsa yang membangkang bangsa sendiri. Dan Hiuga tidak menginginkan ramalan itu terjadi. Pada akhirnya ia menjadi pasrah dengan kenyataannya.
************
Aku menghampiri Adis yang berada di tengah-tengah danau dengan keadaan babak-belur.
"Lihatlah!! Tuanku babak belur tak berdaya" ujar Adis yang menyesal semu mengejek.
"Ini semua salah mu!" Ujarku kesal padanya.
"Kenapa salah ku?" Tiba-tiba Adis keheranan.
"Ini memang salah mu! Dari awal kan ini memang rencana mu. Dan tadi, jika kamu mengetahui bahwa itu bukan ikan mengapa kau tidak memberitahu ku?" Ujarku dengan marah.
"Kalau rencana memang salah ku. Tapi jika tadi. Aku tidak sempat memberitahu mu karena aku panik" jawab Adis yang menyesal.
Tiba-tiba ikan yang besar tadi melewati kami, tepat di bawah kami.
"Eh! Apa kau melihatnya Adis?" Ujar ku sambil melihat ke bawahku.
"Aku juga melihatnya" jawab Adis.
Suasana tiba-tiba berubah menjadi keheningan.
"Bunuh!!!!"
Aku langsung menusukkan tombak ku pada ikan tersebut dengan sekuat tenaga sampai-sampai sebuah gelombang terjadi di danau itu. Pada akhirnya ikan itu mati dalam keadaan mengambang.
"Eh! Apa aku berlebihan" ujar ku.
Tiba-tiba Adis tidak ada di sampingku dan aku langsung mencarinya dari tempat. Dan ternyata Adis terbawa gelombang tersebut hingga ke permukaan.
"Bagus tuan. Ikan itu mati" ujar Adis yang tergeletak di sisi danau.