Hari dimulai lebih awal. Burung-burung mulai berterbangan karena mencari makanan mereka, cahaya matahari begitu bersinar menunjukkan bahwa hari akan sangat cerah.
Kami meninggalkan tenda kami dan memanjat pohon yang telah ditumbuhkan oleh Siestina.
"Apakah kalian siap"
Kami semua memanjat pohon, dan tiba-tiba pohon itu semakin kecil dan semakin pendek. kami dibawa menuruni tebing karena pohon itu memendek. Pada akhirnya kami menginjakkan kaki di tanah di bawah tebing.
"Sekarang Siestina akan menunjukkan jalannya" kataku.
"Haruskah kita percaya pada Dewi setelah apa yang para dewa dan Dewi lakukan terhadap kerajaan kita" kata Erina.
Erina belum bisa bergaul dengannya, jadi dia sangat sensitif terhadap Siestina.
"Jangan khawatir, Siestina adalah dewi yang baik, mungkin!!" jawabku.
"Apa maksudmu mungkin? Yah aku akan menunjukkan jalannya" jawabnya dengan kesal.
Kami berjalan melewati hutan dan melewati tempat akar melawan Monster akar, tetapi Ginny dan yang lainnya tidak tahu bahwa aku telah melawan Monster akar.
"Apa yang terjadi di sini?"Kata Adis, dia sangat bingung.
Kami terus menyusuri hutan itu sampai akhirnya kami tiba di tengah hutan dengan banyak pepohonan dan perbukitan.
"Tunggu sebentar! Aku merasakan sesuatu" mereka segera berhenti ketika mereka mendengar apa yang ku katakan.
"Apa itu?"
Tiba-tiba petir menyambar dari langit ke tengah-tengah kami sampai kami terlempar. Kami semua jatuh dan bangkit kembali dengan kesakitan.
Erina seketika langsung mengeluarkan panahnya, Ginny mengeluarkan tongkat penyembuhannya, Adis mengeluarkan pedangnya dan aku segera memegang tombakku.
Tiba-tiba dewa datang menggunakan Pegasus nya dari langit dan ternyata dialah yang menyerang kami.
"Kamu tidak bisa melarikan diri, dan kamu seharusnya mati ketika kerajaanmu dihancurkan" kata Dewa itu.
Mendengar itu, Erina langsung menembakkan panahnya ke arah dewa, namun dewa tersebut melakukan serangan balik dengan sihir angin sehingga serangan Erina berbalik ke arah yang berlawanan karena terbawa angin yang dikeluarkan oleh dewa.
**********
"Hati-hati Erina!!!!!!" Arth langsung melompat dan menyelamatkan Erina, meskipun Arth berhasil menyelamatkan Erina, Erina masih mempunyai luka pada dirinya.
"Ginny, kamu sembuhkan Erina, dan kamu Adis! Lindungi mereka berdua"
"Jadi, apa yang harus aku lakukan?"Kata Siestina.
"Sama dengan Adis" jawab Arth.
Kemudian Arth memancarkan sihirnya ke tombaknya. Dan Arth langsung melompat ke udara untuk menyerang dewa yang sedang mengendarai Pegasus. Arth langsung melemparkan tombaknya ke dewa, tetapi dewa itu menangkap tombaknya.
"Bagus, sekarang meledak"
Seketika tombak yang dipegangnya meledak begitu keras sehingga dewa itu jatuh dengan Pegasus-nya. Tiba-tiba ada panah yang tersangkut di punggung Arth.
"Akhhh Apa ini" Arth sangat kesakitan.
Arth segera melihat ke belakangnya, ternyata ada dewa lain yang menyerang Arth dari belakang. Arth langsung memanggil tombaknya menggunakan sihir aktuasi objek.
Arth langsung melemparkan tombaknya, tetapi tombak itu meleset dan melewati dewa yang menyerangnya.
"Haha, tombakmu terlalu lambat sehingga aku bisa menghindarinya dengan mudah" kata Dewa sambil membual.
Tapi Arth tersenyum pada nya. Arth langsung menggunakan sihir aktuasi objek, seketika tombak itu berbalik dan mengenai Dewa itu sehingga tombaknya tersangkut di punggung dewa.
"Bagus, sekarang punggungmu akan hancur" Arth menjadi marah.
Tiba-tiba tombak itu menguras sihir Arth dan "meledak lah" tombak itu meledak di punggung dewa itu sampai dia dihancurkan.
Sementara itu Hiuga, yang telah menyaksikan pertempuran mereka dari atas bukit, Dan terus mengawasi mereka.
"Sepertinya aku akan mengikuti mereka, dan menyelidiki siapa Arth sebenarnya"
Hiuga tiba-tiba terkejut ketika melihat Siestina. "Mengapa Dewi Siestina bisa bersama dengan mereka?" Hiuga begitu heran melihat itu.
Arth segera mendekati dewa lain, tetapi dewa itu memanggil portal ke dunia dewa. Dewa itu langsung masuk ke portal dan menghilang begitu saja.