Suasananya masih dingin, salju semakin banyak dan disertai dengan sinar matahari yang datang dari timur, matahari terbit seperti roket yang naik ke luar angkasa.
Kami dikejutkan oleh aura luar biasa yang muncul dari gua saat berada di bukit gunung bersalju.
"Aku merasakan kekuatan dewa" Kata Siestina sambil linglung dan melihat sekeliling.
Selain itu, aku juga bisa merasakan aura yang begitu kuat dan aku tidak begitu yakin bahwa itu adalah dewa sebelumnya, karena aura ini diselimuti oleh kebencian dan dendam yang begitu besar.
"Semuanya, kita harus waspada" kata pak Gyra dengan nada tinggi.
Kami terus mendekati tempat itu secara perlahan dan hati-hati. Tiba-tiba datang salju disertai dengan angin besar dan meniupnya pada kami. kemudian datang sosok hitam yang keluar dari bayang-bayang di dalam gua dan itu tampak seperti dia mengenakan baju besi dan pedang.
"Siapa dia?" Aku berkata dengan takjub.
"Kami bukan musuh dan kami tidak datang untuk bertarung" kata pak Gyra meneriaki sosok di dalam gua.
Kami terus mengawasinya dan tiba-tiba pedangnya bersinar dan berubah menjadi tombak yang bersinar.
"Alert"
Kemudian salju datang pada sosok itu dan tombak itu semakin bersinar. Sosok itu mengangkat tombaknya dan tiba-tiba raungan datang dari langit.
"Awas!"
*******
Tiba-tiba sosok itu menembakkan kaskade dengan keras dan tombaknya meleset dengan sekejap. tetapi Arth menangkap tombak itu dengan kekuatan sihirnya.
Sosok itu keluar perlahan dan jelas bahwa dia bukan manusia, Dia mengenakan baju besi yang terbuat dari es dan kristal bercahaya. dia keluar dari gua menuju Arth dan yang lainnya dengan aura besarnya.
Siestina terkejut melihat itu, dia melihatnya dengan tak percaya. "Itu, itu, itu adalah Dewa Silvanus yang hilang dari Sejarah Para Dewa" Siestina mengatakan itu dengan sangat pasrah.
"Wow, Ternyata kamu masih mengenalku, Dewi Siestina. Selain itu, aku kagum bahwa kamu dapat menangkap tombak ku. aku bisa merasakan kekuatan besar mu, bocah!"Dewa Silvanus mengatakan itu kepada Arth.
"Kami bukan musuhmu" kata Arth saat dia Melepaskan tombak Silvanus, dan tiba-tiba tombak itu kembali ke Dewa Silvanus.
"Aku tidak peduli" kata Dewa Silvanus sambil memegang tombaknya dan seketika tombak itu berubah menjadi bilah es yang bersinar.
"Bukankah itu pedang legendaris yang sama denganku" kata Arth kagum padanya.
Tiba - tiba dewa Silvanus menebas pedangnya dan menjadi angin bersalju sehingga tempat itu menjadi kabut bersalju.
"Aku akan membunuhmu, Dewi Siestina" kata Dewa Silvanus, yang tiba-tiba datang ke Siestina.
Silvanus kemudian menebas pedangnya ke arah Siestina. tetapi tiba-tiba kilatan api datang dan menghalangi tebasan dari Dewa Silvanus.
"Arth" Siestina mengatakan itu dengan ketakutan.
"Kamu harus lari darinya" kata Arth sambil memegang dan memegang pedang dewa Silvanus.
Siestina segera membuat akar besar dan menutupi dirinya dan yang lainnya.
"Wow-wow, kamu benar-benar bisa menahan seranganku" kata Dewa Silvanus sambil melemparkan sihir es ke pedangnya.
Arth tiba-tiba membeku karena memegang pedang Silvanus.
"Itulah konsekuensi dari menyentuh pedangku" jawab Silvanus.
Dewa Silvanus mendekati akar pelindung yang dibuat oleh Siestina dan dia menghancurkan akarnya sampai mereka terkejut.
Tiba-tiba sebuah tombak datang meleset dengan sangat cepat dan menyerang Silvanus, tetapi Silvanus memegangnya dengan pedangnya sampai tombak itu terlempar jauh.
Silvanus segera melihat ke belakangnya dan ternyata Arth yang menyerangnya dengan tombak Arth.
"Aku tidak bisa meremehkanmu" kata Silvanus sambil mencengkeram pedangnya erat-erat dan mendekati Arth.
Tiba-tiba Arth datang sebagai petir berapi-api yang menyerang Silvanus dan Arth segera memukulnya tepat di kepala Silvanus sampai dia berdarah.
"Ternyata kamu sangat berani ya!"
Dewa Silvanus segera menyerang Arth secara tiba-tiba sambil melemparkan sihir es melalui pedangnya dan Arth memblokirnya dengan sihir api sehingga tempat itu dihancurkan oleh 2 sihir yang berlawanan dan bertabrakan.
Pertempuran semakin sengit antara Arth dan dewa Silvanus.
Tempat itu tiba-tiba berubah dan ada 2 cahaya putih dan merah yang terus bentrok begitu cepat sehingga sulit dilihat dengan mata.
"Ternyata kamu bisa menjadi anak yang kuat, Siapa namamu" kata Dewa Silvanus.
"Namaku sekarang Arth, itu berbeda dengan saat itu" kata Arth, tertawa dan segera memanggil tombaknya.
"Aaaaaa" mereka berdua berteriak dan saling berlawan.
Dewa Silvanus mengubah pedangnya menjadi tombak dan menembakkannya ke Arth, Arth juga melemparkan tombaknya pada saat yang sama, tetapi tombak Arth kalah dan terlempar sangat jauh dan tombak Silvanus terus terbang sangat cepat dan mengenai Arth sampai "boom" di sekitar Arth meledak.
"Sejarahmu sudah selesai" kata Dewa Silvanus dan segera meninggalkan Arth begitu saja.
Tiba-tiba ada aura api besar dari belakang dewa Silvanus sehingga dia segera melihat ke belakangnya.
"Sebenarnya, siapa kamu?"Kata Dewa Silvanus yang tidak percaya bahwa Arth masih hidup.
"aaaaaaaa"
Tiba-tiba Arth menyerangnya dengan kecepatan kilat dan memukulnya sehingga Dewa Silvanus terlempar terbang sangat jauh menuruni gunung, tidak hanya itu, armornya juga retak oleh serangan Arth.
Arth segera melompat sangat tinggi dan mendekati dewa Silvanus yang berada jauh di bawah gunung.
Dewa Silvanus terbaring di salju dan dia sangat kesakitan sehingga dia hampir tidak bisa bergerak. "Sial, apa yang terjadi" dewa Silvanus segera berdiri dan mengamuk.
Dewa Silvanus melepaskan auranya dan semua kekuatannya sampai tempat itu menjadi pusat energi sihir esnya.
Pada saat yang sama tiba-tiba datang api yang sangat besar dan mendekati Silvanus. Tapi Dewa Silvanus menahannya dengan sihir es sehingga serangan Arth tertahan olehnya.
Arth segera mendekati dewa Silvanus dan berdiri tepat di depannya dengan aura besar Arth sehingga mata Arth berubah menjadi warna kuning yang terus bersinar.