"huh!" Aku menjadi sangat jengkel saat melihat Erina yang terus bertengkar dengan Ginny, dan mereka tidak bisa di pisahkan dengan mudah.
"Sekarang apa?" Kata Siestina sambil duduk dengan perasaan bosan dan jengkel karena pertengkaran Erina dan Ginny.
"Gimana kalau kita melanjutkan perjalanan kita ke barat?" Saran pak Gyra.
"Aku setuju! Tapi bagaimana dengan mu? Silvanus" aku tidak terlalu yakin pada Silvanus.
"Aku akan tetap di sini. Namun aku akan menghantarkan kalian menuju perbatasan negara api" jawab Silvanus dengan nada rendah.
Semua pada setuju untuk melanjutkan perjalanan menuju barat. Begitu pun dengan Erina dan Ginny, mereka setuju sambil terus bertengkar.
************
Suasananya tidak terlalu dingin, karena saljunya berhenti turun. Kami berada di luar gua dan akan melanjutkan perjalanan kami.
"Apa kau yakin, tidak akan ikut kami?" Aku bertanya padanya.
"Ya. Tapi jika kau membutuhkan ku, kau tinggal panggil saja aku" jawab nya.
Kami melanjutkan perjalanan kami dan mulai menuruni gunung itu. Saat turun, terlihat negara api yang sangat kering dan tandus. Karena negara api terdiri dari Padang pasir yang panas.
***********
Kami tiba di perbatasan tempat itu. Kedua negara itu di batasi dengan sungai yang memisahkan nya. Cuacanya begitu ekstrim, karena kedua tempat dengan cuaca yang berlawanan. Kemungkinan akan sakit jika orang biasa yang ada di sana.
"Aku sudah menghantarkan kalian! Sekarang aku akan kembali ke gua ku dan akan menggambarkan kisah ini di gua ku" ujar Silvanus yang berbalik arah.
"Apa kau yakin tidak akan ikut dengan kami? Bagaimana jika ada dewa lain yang datang lagi?" Ujar ku padanya dengan harapan ia juga ikut dengan kami.
"Itu masalah ku. Aku tidak ingin membawa masalah ku pada kalian. Kalian juga punya masalah yang lain" jawab Silvanus dengan nada rendah dan melihat ke arah bawahnya.
"Suatu masalah akan selesai, jika di lakukan dengan bersama-sama" ujar Siestina dengan harapan yang sama dengan ku.
"Ingat! Masalah kita berbeda dan itu tidak ada kaitannya dengan kalian. Aku ingin menyusul kekasihku di alam sana. Aku bisa saja bunuh diri, namun tubuh ini akan menolaknya" jawab Silvanus dengan penuh perasaan.
"Apa maksudmu?" Aku menjadi penasaran dengan nya.
"Kau tahu? Jika kita mencoba untuk bunuh diri di dalam laut, otomatis kita akan berusaha untuk naik ke atas agar bisa bernafas. Karena jiwa kita tidak ingin mati, namun kita ingin menghilangkan yang ada di dalamnya sehingga ada rasa ingin bunuh diri" jawab Silvanus sambil meninggalkan kami begitu saja.
Aku langsung melihat ke Siestina "apa kau mengerti?"
"Tidak" jawab Siestina dengan linglung.
*************
Kami semua melewati sungai itu. Kami menginjakan kaki kami di negara api dan begitu terasa perbedaan cuaca nya.
Cuacanya begitu panas hingga tiba-tiba kami berkeringat.
Kami mulai menyusuri negara api dan di sana cuman ada pasir kering dan batu yang panas.
"Panas!!! Disini cuman ada gurun pasir" kata Erina yang kepanasan.
"Hati-hati!! Kita mungkin akan terkena oleh fatamorgana! Dan itu akan membuat kita tergila-gila akan sesuatu yang kita bayangkan"
Tiba-tiba ada sebuah benda yang terbang melintasi kami.
itu membuat kami keheranan karena ada sebuah benda dengan sayap empat dan api di ekor benda itu.
"Apa itu?"
Kami penasaran dengan itu hingga akhirnya kami mengikuti kemana benda itu pergi. Kami berlari dengan sekencang-kencangnya karena ingin mengejar nya. Namun, benda itu tidak bisa di kejar, karena kecepatannya sangat luar biasa.
Kami terus mengikuti benda itu walaupun ketinggalan sangat jauh. Pada akhirnya kami melihat sebuah bangunan aneh dengan lampu-lampu yang banyak dan bercahaya. Selain itu ada begitu banyak sekali asap yang keluar dari bangunan itu.
"Bangunan apa itu? Bentuknya sangat aneh sekali" ujar Adis yang merasa aneh melihat itu.
"Ayo! Kita ke sana" ujar Siestina yang tiba-tiba berlari menghampiri bangunan itu.
Kami melihat ke salah satu bangunan itu. Dan tiba-tiba pintu besinya terbuka secara lebar sambil disertai dengan asap yang keluar dari celah-celah pintu. Tiba-tiba benda terbang tadi datang dan masuk ke dalam bangunan itu.
"Sebenarnya ini tempat apa" ujar kami yang tiba di tempat itu.
"Hai!! Kalian para manusia gladiator" tiba-tiba datang seseorang yang mengenakan jas dan jins serta memakai kacamata. Pakaian begitu sangat rapih.
Kami terkejut saat melihat nya. Karena pakaian nya begitu sangat aneh.
"Kalian pasti terkejut melihat ku. Perkenalkan nama ku Ribert. Aku adalah seorang arkeolog dari masa depan" ujar seseorang yang mengenakan jas itu.
"Masa apa? Apa itu arkeolog" aku sangat keheranan.
************
"Tidak mungkin!!!" Ujar Ribert yang tidak percaya apa yang ia lihat.
"Apa?" Ujar Arth yang tersinggung, karena Ribert dari tadi terus memandang Arth.
"Jadi ini kamu yang di masa lalu. Berarti jaman yang ku cari memang tepat" jawabnya dan itu membuat semuanya kebingungan.
"Arth! Kamu terkenal dengan tindakan mu dan sejarah mu di masa depan. Namun kau menghilang dengan cerita-cerita yang kau tinggalkan. Aku sangat senang sekali bisa bertemu dengan mu. Berarti jaman ini memang tepat. Dan berarti kepunahan sihir akan terungkap" jawab Ribert dengan bahagia.
"Kapan aku membuat cerita?" Arth semakin terbawa suasana.
"Tidak! Kau sangat terkenal di jaman yang akan datang karena kau berbeda dari bangsa kami" jawab nya yang terkagum-kagum pada Arth.
"Jika kau datang dari masa depan. Terus apa tujuan mu untuk datang ke zaman ini" Arth semakin penasaran.
"Kami ingin mengungkapkan tentang punahnya sihir. karena di jaman kami tidak ada sihir, cuman adanya alat-alat modern yang bisa kami buat" jawabnya.
"Modern?"
"Yap modern. Contohnya benda terbang barusan. Itu namanya pesawat dan bisa menumpang manusia"
**************
Kami di ajak untuk memasuki tempat yang disebut modern itu dan begitu banyak sekali lampu-lampu yang bercahaya dan tali hitam aneh yang mengikat lampu lampu itu.
"Ngomong-ngomong! Aku ingin tahu Erina" ujar Ribert yang bertanya kepada Arth.
"Kenapa anda bisa mengenali ku?" Ujar Erina yang langsung bicara begitu saja dari belakang.
Ribert langsung melihat ke belakang karena ia tidak tahu bahwa perempuan yang berambut kuning adalah Erina. "Jadi ini Erina. Hai Manis! Kau juga terkenal di masa depan, walaupun kami belum pernah melihat mu akan tetapi kau terkenal akibat Arth yang terus mencari dan menunggu mu di masa depan" ujar Ribert yang langsung terpukau karena itu juga pencapaian bagi para arkeolog. Ribert menemukan orang yang di maksud oleh Arth yang ada di masa depan.
"Benarkah?" Ujar Erina yang terkagum-kagum.
"Apa maksud mu" Arth menjadi kesal dan semakin linglung.
Kami di ajak jalan-jalan di bangunan modern itu dan begitu banyak orang-orang yang memakai kacamata dan pakaian modern sehingga Arth dan yang lainya merasa heran karena pertemuan penampilan jaman gladiator dan penampilan jaman modern.
"Kami di sini sudah agak lama dan kami banyak belajar dari jaman ini. Kami juga bertemu dengan warga lokal, akan tetapi mereka malah menganggap kami sebagai tuhan. Karena kami membawa pesawat kami, dan itu membuat mereka (penduduk gurun) menjadi terkagum-kagum pada kami. Kami juga manusia sama seperti kalian tapi mereka malah menyebut kami sebagai tuhan Annunaki. Aku tidak tahu maksudnya, akan tetapi kami memberikan permohonan mereka, seperti memberikan makanan. Bukan alasan besar juga, namun kami memang memiliki banyak persediaan makanan modern. Jadi kami membagikannya" ujar Ribert dan itu membuat Arth dan yang lainnya malah kebingungan.