Chereads / reincarnation of a demon god (sub Indonesia) / Chapter 38 - kata-kata Arth di masa depan

Chapter 38 - kata-kata Arth di masa depan

Kami di ajak menuju pembangkit listrik di bangunan itu.

"Bagaimana? Kami menciptakan sesuatu yang sangat unik. Kami berhasil menciptakan listrik dari gelombang sihir yang kami kumpulkan dan di tempatkan di satu tempat." Ujar Ribert yang terus memandu kami.

Kami melihat sebuah bola besar yang bersinar dan dikelilingi oleh kabel-kabel hitam. Dan itu pembangkit listrik yang di maksud oleh Ribert.

"Tuan!! Apa yang disebut dengan listrik?" Pak Gyra bertanya pada Ribert dengan sangat penasaran.

"Listrik adalah suatu energi yang sama halnya dengan petir. Ia bisa memancarkan energi ke benda yang kami gunakan. Tokoh terkenal penciptanya adalah Nikola Tesla yang lahir tahun sekitar seribu seratusan." Jawab Ribert.

Pak Gyra cukup puas dengan jawaban dari Ribert. "Apakah tahun kelahirannya termasuk di masa depan pada jaman ini?" Aku bertanya padanya dengan maksud lain.

"Yap! Itu jauh di masa depan. Bahkan melewati satu jaman. Karena sekarang yang kami tahu dunia ini sudah di duduki tiga jaman yaitu jaman sihir, jaman gladiator dan jaman era baru." Jawab Ribert.

"Jika penemu listrik yang kamu maksud belum lahir, berarti yang menemukan listrik bukan dirinya, akan tetapi kamu. Karena kamu membangkitkan listrik di jaman ini." Ujar ku dengan yakin.

"Yap! Semua perkataan mu ada benarnya. Akan tetapi ketika kami di masa depan, kami tidak mengetahui sejarah pembangkit listrik di jaman ini. Mungkin itu terkubur tanpa sejarahnya. Jika kami berada di sini, pasti ada sejarahnya." Jawab Ribert.

"Apa kau mengerti Ginny?" Ujar Erina yang dari tadi sangat kebingungan.

"Sama halnya dengan mu. Aku tidak mengerti" jawab Ginny.

**********

Kami terus melihat sebuah benda-benda yang aneh di tempat itu. Pada akhirnya kami di di ajak ke desa dimana penduduk lokal negara api menghormati para manusia jaman modern. Kami berjalan di tengah-tengah padang pasir yang tandus. Dan pada akhirnya kami melihat sebuah desa yang rumahnya terbuat dari batu dan pasir yang ditumpuk-tumpukan.

"Jadi begini ya! Penduduk negara api"

Kami sangat terkagum-kagum melihat mereka yang terus bekerja keras untuk kepentingannya, walaupun terik matahari sangat panas. Para penduduk negara api juga memakai pakaian yang serba tertutup sehingga mereka dapat melindungi kulit-kulit mereka.

"Bagaimana? Luar biasa bukan! Mereka bekerja keras walaupun di sini sangat panas dan tandus" ujar Ribert.

Kami mulai memasuki kampung itu bersama teman-teman Ribert. "Tuan Annunaki datang!!!!!!" Tiba-tiba ada yang berteriak keras. Seketika semua orang lokal itu berhenti bekerja dan langsung memberikan hormat pada Ribert dan yang lainnya.

"Wow! Kalian sudah seperti Tuhan bagi mereka" aku terkagum-kagum pada Ribert dan timnya.

Ribert dan yang lainnya sangat di hormati di tempat itu, sedangkan kami cuman menonton mereka.

Tiba-tiba ada seorang gadis dari kampung negara api yang menghampiri kami. "Kalian dari kerajaan selatan?" Gadis itu bertanya pada Erina.

"Eh! Kenapa kamu tahu kami dari kerajaan selatan?" Jawab Erina dengan penasaran.

"Itu karena cara kalian berpakaian. Gadis-gadis yang ada di sini berpakaian tertutup, sedangkan yang di selatan katanya cukup terbuka. Jadi aku yakin kalian adalah orang-orang selatan" jawab gadis itu. "Apa kalian ingin menjadi tamu di rumah kami? Kami akan merasa terhormat bisa kedatangan kalian" ujar gadis itu memohon kepada kami.

"Bagaimana menurut kalian? Apakah kita akan mampir?" Erina bertanya kepada kami.

"Tentu tidak ada salahnya."

Kami diajak menuju rumahnya gadis itu. "Perkenalkan nama ku Zulani" ujar gadis itu yang memperkenalkan dirinya.

"Nama ku Erina! Dan ini temanku Ginny, itu pak Gyra, Lyna, Siestina, Adis. Dan yang terakhir Arth" ujar Erina dengan senang.

"Arth yang mana?" Ujar Zulani.

"Dia yang ada jauh di belakang. Yang berambut putih!" Jawab Erina.

"Arth!!!!! Kamu sedang apa? Cepat kesini!" Erina berteriak begitu keras sehingga aku langsung menghampirinya.

"Apa?"

"Kau sedang apa di belakang?" Erina bertanya pada ku.

"Tidak! Aku cuman aneh saat melihat patung besar itu" ujar ku yang menunjuk ke patung tersebut. Patung itu cukup aneh karena badannya manusia namun kepalanya menjadi anjing.

"Ouh! Itu dewa anubis. Itu menjadi simbol kampung ini" ujar Zulani yang menjelaskannya. "Kalau begitu, mending kita ke rumah ku! Rumah ku sudah berada di hadapan kita" saran Zulani kepada kami dan kami menyetujuinya.

Kami memasuki rumah Zulani. Dan tiba-tiba kami di sambut bahagia oleh ibunya Zulani. "Wah-wah! Ternyata ada tamu. Silahkan masuk" ujar ibunya Zulani dengan sambutan hangat.

Kami di hidangkan makanan negara pasir oleh keluarga Zulani. Ketika sedang makan, aku melihat pak Gyra dan Lyna saling menganggukkan kepala mereka. "Ada apa?" Aku bertanya kepada keduanya.

"Kami memutuskan untuk tinggal disini. Untuk sebelumnya aku berterimakasih kepada mu Arth! Yang telah banyak membantu kami" ujar Lyna.

"Apa kalian yakin tidak akan ikut dengan kami ke pulau kura-kura?" Ujar Erina yang merasa sedih saat mendengar itu. Karena Erina tidak ingin berpisah dengan Lyna.

"Ya! Seperti yang di katakan sebelumnya. Kami mengikuti kalian untuk mendapatkan tempat yang layak. Dan menurut ku dan ayahku, disini lah tempat yang layak bagi kami" jawab Lyna.

"Kalau begitu! Aku bisa membantu kalian untuk membuat rumah di sini" ujar Zulani.

"Jika begitu. Kami akan pergi ke barat dengan segera. Ingat! Ini bukan perpisahan."

"Eh! Kalian disini cuman sebentar?" Ujar Zulani yang mengharapkan kami tinggal lebih lama.

"Kami harus pergi! Sebelum terjadi sesuatu dan itu akan melibatkan kalian" ujar Siestina, namun ia tidak menjelaskan kepadanya tentang kami yang sedang menjadi buronan bagi para dewa.

**************

Kami mulai meninggalkan tempat itu. Tiba-tiba Ribert datang menghampiri aku dengan tergesa-gesa. "Tunggu! Aku ingin bicara dengan mu" ujar Ribert kepada ku.

"Ada apa?"

"Kita bicara di tempat lain saja. Ini rahasia besar tentang dirimu. Aku ingin memperingatkan apa yang kau katakan di masa depan" ujar Ribert yang langsung mengajak ku ke tempat yang agak jauh dari yang lainnya.

**********

Aku dan Ribert tiba di tempat yang jauh dari yang lainnya.

"Sekarang apa yang ingin kamu bicarakan?" Aku penasaran.

"Aku cuman akan memperingatkan apa yang kamu katakan di masa depan, yaitu kamu tidak harus melakukannya karena itu salah paham" Ujar Ribert. aku malah kebingungan saat mendengar itu.

"Jangan bingung. Di masa depan kau bercerita tentang dirimu kepada ku. Pada awalnya di masa depan aku tidak mengenal mu akan tetapi kau mengenal ku dan kau bilang aku pernah datang ke masa lalu. Sekarang giliran aku yang mengenal mu dan kamu yang tidak mengenalku. Aku tidak tahu persis apa yang terjadi pada ku setelah ini. Karena saat aku dimasa depan bertemu dengan mu, kau menunjukan raut sedih saat melihat ku, seperti ada yang sudah terjadi pada ku" Ribert menjelaskannya dengan sangat rinci.

"Terus Aku yang ada di masa depan mengatakan apa lagi?"

"Kau yang di masa depan pernah bilang bahwa kau pernah menghilangkan miliyaran harapan orang-orang sehingga zaman berubah menjadi gladiator" ujar Ribert yang juga tidak tahu apa artinya dan ia langsung meninggalkan ku begitu saja.