Salju semakin berturunan dan cuaca sangat dingin sehingga tubuhku menggigil kedinginan.
Pada akhirnya aku kembali berkumpul dengan teman-teman ku dan merencanakan tujuan kami berikutnya.
"Bisakah kami juga ikut denganmu, tujuan ku dan Lyna hanya untuk menemukan tempat tinggal yang layak! itu saja" kata ayah Lyna (nama ayah Lyna adalah tuan Gyra) dia mengatakan itu dengan harapan besar.
"Tentu saja"
Tentu saja tuan Gyra bisa ikut, apalagi dia adalah orang yang menyelamatkan teman-teman ku dan Selain itu ia juga guru ku.
Tuan Gyra akhirnya akan mengikuti kami untuk menemukan tempat yang layak untuk hidup bagi mereka.
"Jadi, kemana kita akan pergi? Tidak mungkin bagi kita untuk beristirahat di tempat yang dingin seperti ini" kata Erina sambil menggigil kedinginan.
"Mau gimana lagi! Lebih baik jika kita melanjutkan perjalanan kita menuju barat. selain itu kita tidak bisa melupakan bahwa para dewa masih akan mencari kita, apalagi Arth membunuh salah satu dari mereka" Siestina mengatakan itu dengan tatapan mengejek padaku.
"Mengapa aku dibawa ke dalam topik?"Kataku sambil menunjukkan ekspresi ketidaksetujuan.
"Bukannya itu benar?"Siestina menjawab dengan percaya diri.
"Aku sangat menyesal menyelamatkanmu!"Aku mengejeknya dan marah dengan mengalihkan mataku.
"Hei-hei, kenapa kau marah? Itu hanya lelucon. Aku serius, itu lelucon" Siestina mengatakan itu sambil merasa bersalah dan tertawa karena Arth terombang-ambing oleh kata-katanya.
"Ayo! daripada kalian berkelahi, mending kita lanjutkan perjalanan kita ke Barat" kata Ginny dan dia mengatakannya seperti orang bijak.
"Aku setuju" kata Adi bersemangat.
Kami melanjutkan perjalanan kami menuju barat dan aku berada di belakang saat berjalan. Siestina terus mengikuti aku dan terus menggoda ku dengan tindakannya sehingga aku benar-benar kesal dengannya.
"Hei, jangan marah oke?"Kata Siestina sambil terus menggelitik tubuhku dari belakang.
"Bisakah kamu diam sebentar?" Aku mengatakan itu tanpa melihatnya.
Kami terus berjalan di jalan yang tertutupi oleh salju dan kami mendaki gunung yang tertutup salju karena itu adalah satu-satunya jalan kami. Aku menjadi lebih jengkel karena Siestina telah menindas ku sampai sekarang.
"Aku mohon padamu, aku memintamu untuk diam, itu saja" aku menjadi pasrah.
"Maaf tidak bisa, sebelum aku mendengar kata bahwa kamu memaafkanku atas apa yang aku lakukan sebelumnya" Siestina terus menggodaku dan terus menarik rambutku.
"Aku memaafkanmu" kataku dengan nada rendah dan mengejek.
"Maaf, aku tidak menerima kata-kata mu, sebaliknya Anda harus mengatakan *Siestina adalah gadis cantik* jika Anda mengatakan itu, aku akan berhenti menggertak mu, aku berjanji" kata Siestina sambil menunjukkan jari kelingkingnya.
Mataku langsung melebar karena terkejut saat mendengarnya dan berkata pada diriku sendiri "ini pertama kalinya aku bertemu Dewi yang seperti ini, kupikir Semua Dewi itu bijak tapi ternyata ada Dewi seperti Siestina" aku benar-benar kesal padanya.
"Aku tidak akan mengatakan itu" kataku dengan nada rendah dan malas.
"Tidak apa - apa, aku akan terus mengerjaimu sampai kamu mengatakan apa yang aku minta" Siestina mengatakan itu dengan penuh semangat dan tersenyum mengerikan.
Aku menjadi pasrah padanya dan terus berjalan mendaki gunung sambil diganggu oleh Siestina. Tiba-tiba Pak Gyra berhenti karena jalannya buntung dan harus memanjat tebing karena terhalang oleh tebing yang tinggi.
"Serahkan masalah ini padaku" kata Siestina sambil melemparkan sihirnya, dia segera memanggil akar yang membentuk tangga dan terus tumbuh ke atas tebing sehingga tebing itu bisa dilewati oleh kami dengan mudah.
Mereka langsung menggunakan jalan yang dibuat oleh Siestina kecuali aku, aku masih marah pada Siestina terutama harus menggunakan jalan yang dibuat oleh Siestina.
"Arth! Kenapa kamu diam" Erina berteriak dari jalan yang dibuat oleh Siestina.
Tapi aku tidak menjawab apa-apa dan mengalihkan pandangan ku ke arah yang berlawanan.
Erina tiba-tiba menjadi marah dan membentak Siestina "lihat, apa yang telah kamu lakukan" Erina mengatakan itu dengan nada yang sangat tinggi.
"Aku hanya bermain dengan Arth" jawab Siestina sambil mengejek Erina.
Erina tidak tahan mendengar itu dan terus mengejeknya. Pada akhirnya mereka terus mengejek satu sama lain.
Aku menjadi lebih stres melihat itu dan pada akhirnya aku berjalan di jalan yang dibuat oleh Siestina karena itu satu-satunya cara meskipun aku bisa melompat tinggi untuk mencapai puncak tebing. tetapi aku menghargai tindakan Siestina karena dia adalah orang yang banyak membantu, terutama karena dia adalah satu-satunya orang yang tahu keberadaan Pulau kura-kura.
"Berhenti!!" aku berkata. Ketika aku memisahkan mereka dan mereka langsung menjauh satu sama lain.
"Sudah kubilang Arth, jangan undang dia! Lihatlah perilakunya" kata Erina dengan marah kepada Siestina.
"Tentu. meskipun begitu, kita membutuhkannya terutama dia satu-satunya yang tahu jalan ke Pulau kura-kura" aku terus menenangkan Erina.
"Di sisi mana kamu berpihak?"Erina menjadi marah padaku.
"Tentu saja ada di sisi mu, tetapi emang dia tidak dapat membantu"
Melihat itu, Siestina langsung tertawa terbahak-bahak.
Kami melanjutkan perjalanan menuju barat dan menemukan bahwa puncaknya sangat dekat sehingga kami mencapai puncak dengan sangat cepat.
Puncaknya begitu aneh karena terbentuk seperti arena yang tertutup salju. selain itu, tempat itu dikelilingi oleh reruntuhan dinding yang pecah dan ada huruf-huruf kuno di dinding.
Kami terus menyusuri tempat itu sampai akhirnya kami melihat gua es di depan kami.
"Tempat apa itu? Haruskah kita periksa?"Kata Mr. Gyra sambil mengambil pedangnya.
Lyna mendekatiku dan berkata. " Arth, bisakah aku mengambil pedangmu? Karena aku tidak punya senjata untuk membela diri, Selain itu kamu membawa tombak untuk mempersenjatai mu" kata Siestina memohon padaku.
"Tentu saja"
Tentu saja aku memberikannya kepadanya, apalagi ini adalah pedang yang diberikan oleh ayahnya Lyna selain itu aku juga memiliki pedang legendaris. Aku langsung memberikan kepadanya.
"Terima Kasih Arth"
Tiba-tiba ada sihir dari dalam gua es dan itu membuat kami semakin penasaran dan mendekati tempat itu. selain itu, aku merasakan sihir yang hampir setara dengan kekuatanku saat ini karena sihirku tersebar ketika aku mati sejak lama.
"Apa itu? Dan apa yang ada di dalam gua itu sehingga bisa memancarkan sihir yang begitu besar" aku sangat terkejut dan terus mendekati tempat itu secara perlahan dan penuh dengan rasa ingin tahu. apakah ada orang di dalam gua itu sehingga ada pancaran sihir yang besar? dan kenapa orang itu berada di tempat seperti ini. aku terus mendekati tempat itu sambil memegang tombak ku dan yang lainnya juga bersedia dengan kekuatan sihir dan sikap kuda-kuda mereka. kami mendekati tempat itu dan tiba-tiba ada sebuah sihir yang keluar dengan aura besarnya.