Chereads / reincarnation of a demon god (sub Indonesia) / Chapter 6 - melawan tujuh raksasa dan pedang sihir

Chapter 6 - melawan tujuh raksasa dan pedang sihir

Sore yang panas itu kami ingin tahu tentang suara yang ada sebelumnya.

"kamu mendengarnya?"katanya.

Aku menganggukkan kepalaku.

Kemudian Erina mendatangiku. "Apakah Kamu penasaran dengan suara itu?"kata Erina sambil memegangi dagunya karena bingung.

Aku tidak sempat untuk berbicara. Erina langsung meminta ku untuk melihatnya sehingga rasa ingin tahunya menghilang.

"Ayo" katanya sambil memegang tanganku.

Kami benar-benar pergi ke hutan mencari asal suara itu. kami melewati pohon pinus yang begitu besar sehingga penglihatan kami terhalang oleh pepohonan.

"brruuugg" suara itu terdengar sangat jelas agak jauh di depan kami. kami mendekati suara itu dan bersembunyi di semak-semak mencoba mengintip dan mencerna apa yang terjadi.

Di semak-semak kami melihat dua raksasa bertanduk berjuang untuk sesuatu. raksasa itu tingginya sekitar 7 kaki dengan otot yang sangat besar. Aku menatap Erina dia tampak sangat bingung.

"mengapa?" Aku bilang.

"Sejauh yang ku tahu raksasa hidup berkelompok dan suka hidup berkelompok, tapi kali ini hanya ada dua" jawabnya bingung sambil memegang dagunya.

Aku melihat bahwa dia menyadari sesuatu dari ekspresi di wajahnya.

"Sekarang kita harus pergi" katanya dengan ekspresi panik.

kemudian kami berjalan mundur perlahan agar tidak terdengar sedikit pun suara kami.

"Trekkk" suara ranting yang diinjak Erina.

kami langsung terdiam." graaaa " suara raksasa lain yang dekat di belakang kami. tanpa berpikir panjang kami langsung berlari dengan sekuat tenaga mencoba menjauh dari raksasa itu.

Kami terus berlari sampai napas kami begitu cepat karena kelelahan, tetapi raksasa itu terus mengejar kami.

"Kamu lari dulu dan cari tempat yang aman, aku akan mengikuti mu nanti" kata Erina sambil mengeluarkan panah sihirnya.

tapi aku tidak bisa meninggalkan Erina apalagi dia perempuan, aku juga berhenti dan mendekatinya sambil menyiapkan sikap kuda-kuda ku.

"Apakah kamu yakin?"katanya sambil tersenyum.

"Ayo lakukan" jawabku.

Raksasa itu keluar dari balik pohon pinus dengan air liur yang bercucuran, lalu raksasa itu tahu posisi kami dan langsung menyerang kami. tapi Erina mengeluarkan panahnya dan menembaknya sehingga panah itu mengenai dadanya karena Erina tahu bahwa kelemahan Raksasa bertanduk itu ada di dadanya.

tiba-tiba raksasa itu merasakan kesakitan, itu terlihat dari ekspresi wajah dan gerakannya, tetapi raksasa itu masih menyerang dan berlari ke arah kami tanpa henti. tidak ku sadari bahwa raksasa itu sudah ada di depan Erina dan diikuti oleh tinjunya yang kuat.

tetapi dengan keahliannya , Erina melompat melewati pukulan raksasa itu dengan elegan dan disusul dengan tembakan panah besar milik nya sehingga raksasa itu terdorong menuju depanku.

"Ini adalah kesempatan yang baik bagi ku" kataku sambil menggunakan kuda-kuda dan langsung memukulnya.

"Rasakan ini lagi" kata Erina sambil menembakkan panahnya ke kaki raksasa itu. akibatnya raksasa itu terjatuh di depanku dan saat itulah aku memukul dadanya dengan sekuat tenaga sampai dia memuntahkan darah melalui mulutnya.

lalu dia berteriak dengan suara nyaring anehnya, seolah-olah memanggil kelompoknya tapi aku memukulnya sekali lagi, dan akhirnya dia meninggal dengan darah menetes dari mulut dan dadanya.

"Yaaahhh" kataku kesal karena tangan dan pakaianku berlumuran darah dari raksasa tadi.

"hihihi, kamu mandi darah?"jawab Erina sambil tertawa.

kami tertawa. rasanya seperti sesuatu pengalaman tegang berubah menjadi pengalaman baru.

Tiba-tiba kami mendengar suara langkah kaki yang begitu besar. kemudian kami melihat ke arah suara itu. ternyata ada tujuh raksasa yang tampak sangat marah ketika mereka melihat jenis mereka mati di depan kami.

"Ini mengerikan! kita harus pergi" kata Erina sambil menarik tanganku.

kami berlari keluar dari hutan dan menuju ke padang rumput. kami keluar dari hutan dan melihat ke belakang, tetapi raksasa itu masih mengejar kami keluar dari hutan.

"Ini buruk! Kemana kuda kita pergi?" kataku bingung.

"Tidak ada pilihan lain selain terus berlari atau bertarung" kata Erina yang terdengar sangat yakin dengan kata-katanya.

Raksasa itu berlari ke arah kami dengan sangat marah.

***************

Sore itu kami tidak punya pilihan lain dan kami memilih untuk menyerangnya.

"Bisakah kamu menyerangnya?"Kata Erina dengan lelah karena berlari cukup jauh.

Dengan memberi harapannya padaku, sekarang Akulah yang menyerang salah satu raksasa itu dengan pukulanku.

Aku langsung berlari ke depan sendirian, aku memukul dadanya dengan keras dari kelemahan Raksasa itu sampai darah menetes di tanganku. Tapi aku ceroboh aku bahkan menyerangnya sendirian meskipun ada tujuh raksasa. Pada akhirnya aku terlempar oleh raksasa lain yang ada di belakangku sampai aku terlempar agak jauh.

Lalu aku mencoba untuk berdiri.

"Awas di belakangmu Erina" kataku melihat Erina akan diserang dari belakangnya.

kemudian Erina melarikan diri darinya tetapi raksasa itu masih mengejarnya.

tiba-tiba sesuatu yang berbeda terasa dari tanganku. "Apa ini?" Aku berkata dengan takjub.

Aku melihat darah di tangan ku diserap oleh tangan ku sendiri, selain itu penglihatan ku berubah menjadi kuning.

Aku melihat Erina tetapi apa yang ku lihat sangat berbeda karena mereka bergerak sangat lambat.

"Mengapa mereka bergerak secara perlahan, atau aku yang cepat?" kataku kaget. Aku juga merasakan aura panas dan dingin di tangan ku sampai akhirnya aku mencoba mengikuti aura tersebut.

Aku terus mengikuti aura itu sampai darah di tanganku berubah menjadi cahaya aura yang sangat terang. lalu aku memegang cahaya itu dan ada perubahan energi aura sihir, menjadi pedang merah yang terus menyala.

"Apakah ini senjata sihirku?" Aku mengatakan itu heran dan juga kagum.

kemudian aku melihat Erina yang ku pikir mereka bergerak sangat lambat.

Erina lari dari raksasa yang mengejarnya tapi raksasa itu lebih cepat darinya sampai dia tersusul oleh nya. aku berlari secepat kilat, memang benar aku yang cepat bukan yang lambat.

Raksasa itu menyerang Erina dengan pukulannya, tapi aku sudah berada di depan raksasa itu dan siap menebasnya. betapa terkejutnya raksasa itu sekilas dari matanya yang terlihat sangat terkejut. dia mencoba menghindari seranganku, tapi kecepatannya tidak sebanding dengan kecepatan ku.

Aku menebasnya dengan satu serangan, tetapi dampaknya adalah pembakaran yang hebat di sekitar area itu sehingga raksasa itu mati dalam waktu singkat. untuk beberapa alasan aku punya perasaan untuk membunuh semua raksasa di sana, sampai akhirnya aku menuruti perasaan itu dengan gembira meskipun aku juga punya perasaan tidak mau.

Aku tidak bisa mengendalikan diriku dan membunuh mereka semua dengan kecepatan dan seranganku, akibatnya area di sana menjadi terbakar oleh seranganku.

Erina sangat terkejut melihat raksasa itu tiba-tiba mati dan disusul oleh pembakaran besar di sekitar tempat itu.

"apa yang terjadi?" Kata Erina sambil terkejut karena di depannya terjadi pembakaran yang hebat.

Suasananya sangat panas karena nyalanya api yang terus membumbung tinggi.

pada akhirnya terjadilah hujan karena awan dan uap dari api. pada saat itu aku tidak ingat apa-apa yang terjadi pada ku dan akhirnya aku melihat Erina mendekati ku dan banyak orang yang ada di sekitar yang berdatangan. Aku tidak bisa melihat apa yang terjadi sampai akhirnya aku pingsan. "Aku rasa ada yang mengendalikan ku"