"Siapa kamu?" pria yang berusaha mendekati Zahra mengajukan sebuah pertanyaan. Pertanyaan itu semakin membuat Arya dikuasai oleh kemarahan dan emosi. Bukankah seharusnya dia yang bertanya.
"Hei anak muda. Apakah kamu ingin dikeluarkan dari kampus ini? Atau kamu sudah bosan hidup?" pertanyaan yang diajukan oleh Arya membuat mahasiswa itu bergidik. Aura yang ditunjukkan oleh Arya sangat berbeda. Aura yang mengubah atmosfir yang ada disekitarnya.
"Dia adalah istriku. Apa yang kamu lakukan kepada istriku?" pemuda tampan itu kembali mengajukan pertanyaan.
"Maafkan saya Pak. Sekali lagi saya minta maaf," ucap mahasiswa tersebut kemudian bergerak meninggalkan tempat itu. Zahra yang bersembunyi di belakang tubuh suaminya merasa senang saat kehadiran Arya yang tiba-tiba dan menolong dirinya. Kebahagiaan yang ada di dalam hatinya begitu luar biasa hingga dia lupa bahwa suaminya adalah pria yang kejam. Meski mahasiswa itu sudah pergi meninggalkan mereka tetap di Zahra masih tak ingin bergerak dari tempatnya. Dia masih berdiri di belakang tubuh Arya yang gagah dan juga wangi. Saat dia berdiri di sana wangi tubuh itu begitu terasa. Wanginya sangat menyegarkan dan menenangkan sehingga Zahra enggan untuk meninggalkan tempat tersebut.
"Apa yang kamu lakukan di sana? Ayo ikuti aku!" disaat Zahra sedang menikmati masa-masa itu tiba-tiba dia mendengar suara tegas dari suaminya. Dia baru menyadari bahwa pria itu adalah pria yang sejam dan pemarah. Wajahnya seketika berubah saat mendengar bentakan dari Arya. Bibirnya manyun karena cemberut. Wajah itu sudah terbiasa terlihat oleh Arya, tetapi dia tak mampu menyembunyikan tawanya saat melihat wajah istrinya yang tiba-tiba berubah.
"Dasar tukang marah!" gumamnya pelan.
"Apa katamu?" tanya pria itu yang mendengar suara kurang jelas dari istrinya.
"Tidak! Bukan apa-apa," jawab Zahra.
"Apakah kamu adalah wanita murahan?" sebuah pertanyaan diajukan oleh Arya ketika mereka berada di dalam mobil. Zahra mengerutkan kening tak mengerti arti dari pertanyaan yang diajukan oleh suaminya. Apa maksud suaminya bertanya seperti itu. Kesalahan besar apa yang sudah dia lakukan hingga suaminya merendahkan ya dengan begitu hina.
"Apakah kamu tidak pernah belajar sopan santun. Apakah kamu tidak punya harga diri. Dengan mudahnya kamu berbincang dan berdekatan dengan pria lain sementara kamu sudah menikah. Aku tahu pernikahan kita adalah paksaan dan pernikahan kita hanyalah di atas kertas aja. Tetapi apakah kamu tidak malu saat statusmu adalah istri dari orang lain tetapi kamu masih mendekati pria lain?"
Tuduhan yang disampaikan oleh sang suami benar-benar menyakiti hati istrinya. Zahra tak mampu berkata-kata karena dia tak tahu di mana letak kesalahannya. Wanita itu juga tak ingin pendekatan dengan mahasiswa itu buktinya dia sudah berusaha menghindari pria tersebut tetapi apa yang bisa dilakukan. Tadinya dia berfikir bahwa Arya datang karena ingin menyelamatkan nya. Tetapi ternyata apa yang anda dalam pikirannya salah, pria itu justru menganggap dirinya sangat hina.
"Jika kamu sudah selesai belajar kenapa kamu tidak pulang saja?" tanya Arya.
Zahra semakin tak percaya. Bukankah pria itu yang memintanya untuk menunggu. Kenapa kini justru kata-kata dari pria tersebut berbalik arah. Mengapa Arya sangat tidak konsisten dengan ucapannya. Zahra masih ter mangu menatap wajah suaminya.
"Kenapa kamu tidak menghubungi ku. Seharusnya kamu bisa menghubungi kue tart aku bisa datang lebih cepat. Ternyata kamu menikmati kebersamaan mau dengan pria itu. Bukankah begitu? Dasar wanita miskin yang tidak punya pendirian dan tidak punya pendidikan . Aku tidak tahu apa saja yang dilakukan oleh orang tuamu!"
Kata-kata yang diucapkan oleh pemuda tampan itu sini sudah melewati batas. Bagaimana seorang pria seperti dia bisa menghina istrinya dengan demikian kejam. Zahra mencoba bersabar karena dia tak ingin ada pertengkaran yang akan membuat kepalanya juga sakit. Tapi kata-kata pemuda itu sudah tak bisa di toleransi.
"Hentikan!" teriak Zahra. Arya sangat terkejut saat mendengar suara Zahra yang tiba-tiba berteriak di dalam mobil. Seketika dia menginjak rem dan menghentikan laju mobil tersebut. Arya marah dengan sikap Zahra yang tiba-tiba. Dia menatap wajah Zahra dengan tatapan yang sangat tajam.
"Siapa kamu? Siapa kamu yang berani berbicara kasar kepadaku? Siapa kamu yang berani menghina aku udah menghina kedua orang tuaku. Siapa kamu yang berani menginjak injak harga diriku. Siapa kamu? Bukankah kamu yang meminta aku untuk menunggu sampai kamu kembali datang menjemputku. Aku hanya mendengarkan semua kata-katamu. Bagaimana aku bisa menghubungi mu sementara aku tak punya ponsel. Kenapa kamu nyusul menyerahkan kesalahan kepadaku."
Untuk pertama kalinya Arya melihat Zahra begitu marah. Mata wanita itu berkaca-kaca dan memerah karena menahan amarah yang ada di dalam hatinya. Dia tidak terima dengan semua sikap dan perlakuan yang ditunjukkan oleh Arya kepada dirinya. Dia tidak bisa membiarkan satria itu menginjak injak harga dirinya begitu saja.
"Selama ini aku berusaha mengerti kamu. Aku berusaha menghargai kamu mesti kamu tak pernah menghargai aku. Selama ini aku berusaha menerima pernikahan ini masuk ke aku tidak tahu apa rahasia dibalik pernikahanku. Apakah kamu pernah membayangkan bagaimana perasaan ku? Aku baru saja kehilangan kedua orang tuaku karena kebakaran tetapi keesokan harinya aku berada di tempat yang berbeda dan dipaksa menikah dengan kamu. Bukankah ini mengerikan. Tetapi apa yang kamu pikirkan tentang aku? Apakah kamu masih punya hati nurani? Ataukah kamu hanyalah iblis yang tinggal di tubuh manusia? Apakah kamu tahu bagaimana penderitaanku? Apakah kamu tahu bagaimana ibumu setiap hari menyiksaku? Apakah kamu tahu dari mana aku mendapatkan luka-luka di dalam tubuhku? Semua itu adalah siksaan dari ibumu. Apakah kamu tahu jika setiap hari dia menyiksaku dan meminta ke untuk tidak meneruskan sekolahku. Apakah kamu tahu. Bahwa dia mengancam ku karena dia mengatakan bahwa ibuku masih hidup. Jika aku tidak menuruti nya maka dia akan membunuh ibuku. Dan kamu, kamu juga berani menghina aku. Di mana kesalahanku?"
Zahra mulai menangis. Sementara Arya sangat terkejut dengan pengakuan yang diucapkan oleh istrinya. Selama ini dia mencoba bertanya tentang semua luka-luka yang ada di tubuh wanita itu tetapi Zahra terus berusaha menyembunyikannya. Namun sekarang semuanya sudah terbongkar. Dalam emosi yang tidak bisa dikendalikan wanita itu menceritakan segalanya. Zahra menutup wajah dengan kedua tangannya dan terus menangis di sana. Dia membiarkan semua kesedihannya tumpah melalui air mata di depan suaminya.
Arya memperhatikan wanita itu. Ada rasa bersalah yang tiba-tiba masuk ke dalam hatinya. Rasa bersalah karena dia telah membuat wanita itu menangis. Meski dia tidak mengetahui mengapa dia tiba-tiba memiliki perasaan seperti itu. Dia tak pernah memikirkan perasaan orang lain tetapi Zahra berbeda.