Chereads / Rahasia Pernikahan Zahra / Chapter 28 - Naik Eskalator

Chapter 28 - Naik Eskalator

Yang lebih mengejutkan hati pria tampan tersebut adalah pengakuan Zahra tentang siksaan yang dia terima dari ibunya. Dia tak percaya jika ibu yang sudah mengandung dan melahirkan yang ke dunia bisa berbuat kejam seperti itu. Bagaimana ibunya bisa menyiksa Zahra hingga membuat tubuh istrinya terluka. Arya semakin yakin bahwa yang ada di rumah itu bukanlah ibu kandungnya karena ibu kandungnya adalah wanita yang lembut dan takkan pernah bisa berbuat kasar kepada orang lain. Misteri ini harus segera dipecahkan oleh pria itu sebelum ada korban lainnya.

Di dalam mobil itu Zahra masih tetap menangis. Hatinya begitu sakit dengan semua kata-kata yang disampaikan oleh Arya kepada dirinya. Hatinya begitu terluka saat mendapatkan penghinaan dari suaminya. Selama ini Zahra mencoba bertahan atau semua siksaan dan penghinaan yang dia dapatkan saat menjadi menantu keluarga itu. Dia bahkan tak pernah menceritakan semua penderitaan itu kepada siapapun.

Tetapi kali ini kesabaran nya sudah selesai. Dia sudah tak mampu menahan semua rahasia itu hingga meski tidak disadari nya dia mengungkapkannya kepada Arya. Dia tak tahu apakah yang akan terjadi selanjutnya. Bagaimana nasib dan kehidupannya akan berlangsung saat Arya sudah mengetahui segalanya.

Wanita itu masih terus menangis sementara pemuda tampan tersebut membiarkan istrinya menumpahkan semua air matanya tanpa bisa berbuat apa-apa. Sesungguhnya Arya merasa kasihan melihat wanita itu. Dia menggerakkan tangannya ingin menyentuh pundak wanita tersebut untuk memberikan kekuatan pada istrinya. Tetapi gerakannya terhenti. Dia tak memiliki keberanian untuk melakukan hal itu. Pemuda tampan tersebut kembali menyembunyikan tangannya dan membiarkan istrinya menangis sendirian.

Setelah beberapa saat berlalu tangisan itu mulai mereda. Zahra mencoba menghapus air mata yang tersisa di wajahnya. Dia menarik napas panjang dan dalam kemudian menghembuskan nya perlahan mencoba menenangkan dirinya dan menghadapi kehidupannya. Arya terus memperhatikan perlakuan dan sikap istrinya. Dia merasa tenang saat wanita itu mulai menghentikan tangisan nya.

"Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Arya. Zahra mengangguk menjawab pertanyaan pria itu.

"Bolehkah kita berangkat sekarang?" pertanyaan kedua kembali dilontarkan oleh pemuda tampan tersebut. Untuk kedua kalinya zahra menjawab pertanyaan itu dengan mengangguk.

Mobil mulai melaju meninggalkan pinggir jalan, jalan yang menjadi seksi di mana Zahra menumpahkan semua kesedihannya di dalam mobil sementara suaminya menerima semua kesedihan itu. Mobil terus pergi meninggalkan tempat tersebut. Di dalam perjalanan Zahra tak mampu bersuara. Dia juga tak tahu apa yang harus dia sampaikan kepada suaminya. Dia juga tak tahu apakah bahasa yang disampaikan kepada suaminya akan membuat ibunya celaka. Zahra bahkan tidak tahu apakah ibunya masih hidup atau tidak.

Kesedihan yang dirasakan oleh wanita itu begitu besar. Namun selama ini dia mampu menahan semua kesedihan tersebut. Tetapi hari ini dia menyerah, dia mungkin mampu menahan semua kesedihan selama ini tetapi dia tidak mampu menahan kata-kata sakit yang diucapkan oleh suaminya.

"Ayo kita turun!" suara Arya mengejutkan Zahra yang masih hanyut dalam lamunan nya. Zahra memandang sekeliling, wanita itu merasa heran mendapati dirinya berada di tempat yang berbeda. Mengapa mereka tidak kembali pulang ke rumah. Kemanakah Arya membawa dirinya pergi. Wajah Zahra menunjukkan rasa penasaran nya.

"Sudah, ayo ikut denganku!" tetapi pemuda tampan itu tak berniat menjawab pertanyaan yang terlihat di wajah istrinya. Wanita itu juga tak memiliki keberanian untuk bertanya. Zahra turun dari dalam mobil kemudian mengikuti langkah suaminya meninggalkan tempat tersebut. Mereka sini berada di parkiran yang sangat luas. Zahra tidak tahu di mana itu berada karena selama ini dia tak pernah keluar dari rumah.

Zahra terus mengikuti langkah suaminya. Perlahan-lahan dia berjalan memasuki sebuah gedung yang sangat besar. Zahra menatap gedung itu dengan rasa penasaran dan takjub luar biasa. Seumur hidup dia tidak pernah melihat gedung sebesar itu. Mulutnya terbuka menatap pemandangan yang ada di hadapannya.

"Ayo!" arya kembali mengejutkan istrinya. Pria itu gini menarik lengan istrinya dan menganggap erat tangan wanita itu. Zahra menatap tubuh suaminya yang tinggi karena tak percaya dengan sikap dan perlakuan yang ditunjukkan oleh pria itu kepada dirinya bagaimana di hadapan semua orang yang ramai dia menggenggam tangan Zahra. Wanita itu mencoba melepaskan genggaman tangan yang dilakukan oleh suaminya. Tapi tentu dia tak mampu melakukan apa-apa karena Arya menggenggam nya dengan begitu erat.

Tibalah mereka berdiri di depan eskalator, tetapi Zahra tidak pernah menaiki tangga jalan itu. Dia tidak tahu bagaimana cara melakukannya. Jantungnya mulai berdegup kencang karena rasa takut dan malu. Banyak sekali orang yang ada di dalam tempat tersebut. Karena rasa takutnya akhirnya Zahra memberanikan diri untuk menarik tubuh suaminya. Arya sedikit membungkuk agar bisa mendengarkan apa yang ingin disampaikan oleh istrinya. Zahra mulai berbisik di telinga suaminya.

"Aku tidak berani naik ini. Aku tak pernah melakukannya," ucap wanita itu sambil berbisik. Tawa Arya hampir saja terlepas begitu saja karena mendengar penuturan jujur dari istrinya. Dia tidak tahu ternyata istrinya begitu polos dan lugu bahkan dia tak pernah menginjakkan kaki di mall. Wajar saja jika wanita itu terlihat gugup saat dirinya berada di tempat yang berbeda. Tetapi dengan cepat pemuda tampan itu mencoba menguasai tawanya dan menguasai dirinya sendiri. Dia kembali membungkuk kan badan untuk berbisik di telinga istrinya.

"Kamu tenang saja. Aku akan memberikan aba-aba!" ucap Arya.

Tubuh Arya dan juga tubuh Zahra memiliki perbedaan dan perbandingan yang luar biasa. Hari adalah pria yang sangat tampan dan juga bertubuh tinggi. Sementara Zahra memiliki tubuh pendek dan kecil. Sehingga ketika mereka berjalan bersama terlihat pemandangan yang sedikit berbeda. Seperti janji yang diucapkan oleh pemuda tampan itu bahwa dia akan memberikan aba-aba saat menaiki tangga jalan tersebut. Karena rasa takut zahra mencoba menggenggam tangan suaminya dengan begitu erat. Arya kembali berbisik di telinga Zahra.

"Satu, dua tiga," ucapnya kemudian mereka berdua melangkahkan kaki bersama. Zahra terlihat begitu ketakutan. Dia tak memiliki keberanian untuk membuka mata itu. Dia terus memeluk tubuh suaminya dengan sangat erat. Tetapi Arya justru melakukan yang berbeda. Pemuda tampan tersebut menatap wajah istrinya yang ketakutan. Pesona Zahra tiba-tiba muncul begitu saja. Pesona untuk pertama kalinya yang membuat jantung Arya berdetak lebih kencang daripada biasanya.

Mereka hampir tiba. Tetapi Zahra masih tak membuka kedua mata. Seketika pemuda tampan itu menggendong tubuh istrinya dan menuruni tangga jalan tersebut. Zahra membuka kedua mata karena terkejut mendapatkan perlakuan yang berbeda dari pria itu. Semua orang yang berada di dalam mall tersebut memandang pasangan suami istri itu. Beberapa dari mereka terlihat iri karena melihat keromantisan yang tampak dihadapan mereka.