Untuk sementara pemuda tampan itu memutuskan menunggu dan memantau rumah itu dari kejauhan. Dia hanya berdiri di sana, memandang rumah tersebut dari kejauhan tanpa berbuat apa-apa. Rumah itu masih terlihat sepi. Tidak terlihat seorang pun yang melintas ataupun yang melakukan aktivitas di sana. Mungkin tembok yang tinggi menghalangi pandangan mata untuk melihat aktivitas di rumah yang cukup besar itu.
Tiba-tiba sebuah mobil hitam melintas melewati mobil Arya lalu berhenti tepat di depan pintu gerbang rumah yang sedang dipantau oleh sang pemuda tampan. Dari kejauhan terlihat seseorang mencoba membuka gerbang dan membiarkan mobil tersebut masuk. Setelah mobil misterius itu melewati gerbang tinggi pintu itu kembali tertutup. Dari pantauan pemuda tampan tersebut terlihat jelas bahwa tidak mudah menembus rumah itu.
Arya mengambil ponselnya, dia mencoba menghubungi seseorang. Dia tak bisa kembali begitu saja, harus ada hasil dari setiap langkah yang dilakukannya.
"Aku butuh bantuanmu," ucap Arya kepada Daniel, seorang asisten pribadi yang begitu tangguh dan juga kompeten dibidangnya. Arya menceritakan kebutuhannya, menyampaikan kepada pria itu di mana posisinya dan apa yang dia inginkan. Panggilan telepon ditutup setelah Daniel mengerti semua kata-kata yang diucapkan oleh atasannya.
Pemuda tampan itu kembali melanjutkan bantuannya terhadap rumah tersebut. Dari tempat duduk dia bisa melihat aktivitas rumah besar itu hanyalah mobil yang keluar masuk. Tidak ada yang bisa melihat siapa orang yang berada di dalam mobil itu karena kaca mobil tersebut terus tertutup.
Ponsel nya berdering, segera Arya memeriksa pesan yang masuk ke sana. Dia tersenyum saat memeriksa pesan itu. Pemuda tampan tersebut bergerak menggunakan mobil meninggalkan tempat itu.
***
Zahra memasuki sebuah ruang kelas di mana dia kan mulai menuntut ilmu. Orang-orang yang berada di ruangan itu menatap Zahra dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Zahra memandangnya tubuhnya, hatinya bertanya-tanya mungkinkah ada yang salah dari penampilannya. Mengapa semua orang yang berada di dalam ruangan itu menatapnya dengan begitu tajam.
Setelah memastikan bahwa penampilannya baik-baik saja, Zahra kembali melanjutkan langkah masuk ke dalam ruangan tersebut. Dia duduk di sebuah bangku yang kosong mencoba mengabaikan tatapan orang lain kepada dirinya.
"Pagi!" sebuah suara menyelamatkan Zahra dari tatapan tajam para mahasiswa yang juga berada di ruangan yang sama. Suara itu milik seorang wanita paruh baya yang cantik jelita. Dia adalah dosen di kampus tersebut. Meski usianya sudah memasuki 40 tahun tetapi dia masih belum menikah. Wanita itu bertahan dengan statusnya sebagai single.
"Kamu mahasiswa baru?" sungguh mengejutkan bagi Zahra, karena ketika wanita itu masuk ke dalam ruangan dia langsung mengajukan pertanyaan kepada Zahra.
"Ya, Bu!" jawab Zahra. Sang dosen tampak mendekati wanita tersebut. Dia memperhatikan pakaian kemudian menggantikan pakaian Zahra. Istri dari Arya menjadi gugup karena mendapatkan perhatian dari dosen pertamanya. Dia kembali bertanya di dalam hati apakah ada yang salah.
"Bangun!" pinta sang dosen. Zahra melirik ke kanan dan ke kiri. Ragu, tetapi dia pun berdiri. Dosen itu kembali memperhatikan penampilan Zahra. Gamis berwarna coklat yang dikenakan terlihat sangat sederhana. Dipadu dengan hijab dengan warna senada namun lebih gelap membuat penampilan Zahra terlihat hanya biasa-biasa saja. Penampilan Zahra tentu saja mengundang rasa penasaran dari orang-orang yang ada di sana karena penampilan wanita itu sangat berbeda.
Para mahasiswa yang ada di dalam ruangan itu berpenampilan modern sesuai dengan fashion di mana jurusan yang mereka ambil. Mengimplementasikan ilmu yang mereka dapatkan dengan pakaian yang mereka kenakan adalah tugas pertama bagi seorang mahasiswa. Karena itulah mereka sedikit terkejut melihat penampilan Zahra. Penampilannya bukan hanya terlihat sederhana namun sesuatu yang menutupi kepalanya menjadikan Zahra semakin tak serupa. Di dalam ruangan itu tak ada yang mengenakan hijab. Masih ada beberapa orang yang beragama muslim tetapi mereka memiliki komitmen berbeda. Begitu juga dengan Zahra yang sudah bertekad mengenakan hijab bahkan sejak kecil.
"Ada apa Bu?" Zahra memberanikan diri untuk mengajukan sebuah pertanyaan kepada dosennya. Dia merasa bahwa sang dosen telah menjadikannya sebagai tontonan banyak orang. Zahra sedikit tidak suka dengan sikap wanita cantik itu.
"Fashion jenis apa yang kamu pakai? Apakah semua ini layak dikatakan sebagai sebuah fashion?" tanya sama dosen kepada mahasiswa barunya.
"Ini? Karena itulah saya memutuskan untuk belajar. Saya ingin membuat fashion yang menarik dan bisa saya kenakan. Jika saya sudah pintar untuk apa saya belajar?" jawab Zahra dengan sangat berani.
"Wah, ternyata kamu juga berani juga. Aku penasaran fashion apa yang akan kamu buat dengan penutup kepala seperti itu. Rambut adalah salah satu bagian dari fashion, dia akan menjadi pendukung kecantikan setiap wanita. Lalu bagaimana dengan kamu?" dosen itu mengakhiri perbincangan nya dengan Zahra. Dia kembali ke tempat duduknya dan memulai kuliahnya.
Beberapa gambar dari fashion tampak diperlihatkan di depan kelas. Tidak ada satupun fashion muslimah yang ada di sana. Itulah motivasi yang tersimpan di dalam hati Zahra. Wanita itu sangat ingin menjadi seorang desainer agar dia bisa menciptakan pakaian muslimah yang modern dan juga berkelas. Selama ini dia sudah mencoba beberapa pakaian yang dijual di pasaran tetapi desainnya begitu kaku dan monoton. Semua ini adalah hobi yang ada dalam pikiran Zafira.
***
Seorang pria dengan menggunakan sepeda motor berwarna merah mendekati pintu gerbang rumah dengan warna hijau. Pria itu menggunakan helm dan mengenakan pakaian yang senada dengan motornya. Dia berhenti tepat di depan gerbang yang tinggi. Dia turun dari dalam motor kemudian mendekati pos satpam yang ada di balik gerbang.
"Selamat siang Pak. Saya datang untuk mengantarkan pesanan dari rumah ini," ucap pria yang mengenakan helm tersebut. Tidak ada yang mengetahui jika pria itu adalah Arya. Pemuda tampan tersebut sedang menyamar menjadi delivery makanan. Dia mendapatkan informasi dari Daniel bahwa penghuni rumah sedang memesan makanan dari luar rumah itu, karena itulah Arya menjadikan hal tersebut sebagai kesempatan untuk bisa masuk ke dalam rumah berwarna hijau itu.
"Baik, sebentar!" setelah satpam mengkonfirmasi bahwa ada seseorang yang membawakan makanan dia pun mendapatkan persetujuan. Dia membuka gerbang tinggi dan membiarkan pengantar makanan untuk masuk ke dalam. Seseorang menyambut kehadiran delivery makanan itu.
"Mas, kok lama banget sih?" suara itu sangat dikenal oleh Arya. Ternyata wanita yang ada di sana adalah Sinta. Arya semakin penasaran, hatinya bertanya-tanya mengapa Sinta ada di rumah itu.
"Maaf nona, tadi saya terjebak macet," jawab Arya sambil membuka helmnya. Wajah arya terlihat tak enak dipandang mata. Kumis tebal, gigi palsu dan juga kacamata lebar membuat penampilannya sangat berbeda.