Chereads / Rahasia Pernikahan Zahra / Chapter 8 - Kecurigaan Arya

Chapter 8 - Kecurigaan Arya

Selama ini Arya tidak pernah peduli dengan keadaan rumahnya. Yang dia lakukan hanyalah bekerja di kantor sebagai seorang CEO. Tetapi kali ini pemuda tampan itu menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya. Keadaan Zahra yang semakin hari semakin menyedihkan membuat dirinya merasa terganggu. Seperti pada malam ini, dia bahkan melihat bekas luka yang ada di sudut bibir istrinya.

'Apa sebenarnya yang sedang terjadi? Kenapa wanita itu terlihat berbeda? Mengapa setiap hari dia terus mendapatkan luka yang baru?' pertanyaan itu terus hadir di dalam hati Arya. Meski dia ingin mengabaikan nya namun hatinya menolak keinginan pikirannya. Berulang kali pemuda tampan tersebut mencoba melupakan masalah itu namun tanpa disengaja masalah itu kembali hadir dalam pikirannya. Membuat dirinya semakin penasaran.

'Mungkin aku memang harus mencarikan sekolah untuknya?' batinnya kembali bertanya.

Arya mengambil ponsel di dalam saku nya kemudian menghubungi seseorang.

"Besok bawakan aku informasi semua universitas yang bagus? Dan yang bisa diawasi!" pria tampan itu memberikan perintah kepada Daniel. Setelah itu dia mematikan ponsel dan meletakkannya di atas meja. Dia berlalu untuk membersihkan diri.

***

Pagi selanjutnya mereka kembali dihidangkan dengan masakan yang berbeda. Ternyata Zahra adalah seorang wanita yang sangat kreatif. Dia sangat pintar memadukan menu yang ada di atas meja sehingga seseorang yang menikmatinya tidak merasa bosan karena variasi yang dibuat oleh zahra adalah variasi yang sangat sesuai. Dan terasa lezat saat dinikmati.

Pagi itu Zahra sedang menunggu, menunggu tentang permintaan yang disampaikan nya kepada sang ayah mertua. Dia berharap mendapatkan kabar baik tentang sekolah barunya. Namun semua orang hanya diam berada di atas meja. Tak ada yang bersuara selain menikmati makanan yang tersedia. Tetapi tiba-tiba sang ayah menghentikan gerakan makannya.

"Zahra?" panggil pria paruh baya itu. Zahra merasa sedikit senang dengan panggilan itu. Dia mengira bahwa sang ayah mertua akan menceritakan tentang universitas baru tempat dirinya akan mulai belajar. Tetapi apa yang dipikirkan oleh wanita itu ternyata salah.

"Kenapa wajahmu?" pria paruh baya itu justru bertanya sesuatu yang berbeda. Pertanyaan itu membuat semua orang tercengang termasuk Devi yang menjadi penyebab buka di wajah Zahra.

Sementara zahra hanya diam, jujur dia ingin menceritakan kebenarannya tetapi dia merasa ragu takut akan kebenaran itu akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.

"Kenapa dengan wajahmu?" untuk kedua kalinya sewu ayah mertua bertanya karena pertanyaan pertamanya dihiraukan oleh menantunya. Zahra melirik sang ibu mertua. Terlihat sangat jelas wajah wanita paruh baya itu yang menunjukkan rasa takut luar biasa.

"Pa, aku-" baru saja Zahra ingin menjelaskannya kepada sang ayah mertua tiba-tiba sang ibu mertua memotong pembicaraan itu.

"Dia terjatuh Pa. Aku sudah mengatakan kepadanya agar tidak mengerjakan pekerjaan pekerjaan berat. Tetapi di adalah wanita yang keras kepala. Seperti yang kamu lihat dia suka memasak dan ternyata dia juga suka melakukan pekerjaan dapur lainnya. Dia sering mencuci pakaian dan terjatuh di ruang laundry yang sangat licin. Karena itulah wajahnya terluka." wanita paruh baya itu memberikan alasan. Menguatkan pendapat Zahra bahwa perlakuan dan sikap yang dibuat oleh wanita paruh baya tersebut tidak diketahui oleh suami dan juga putranya.

"Apakah itu benar?" sang ayah pun kembali bertanya. Tidak ada yang tahu alasan dari pertanyaan itu apakah karena sang ayah ragu dengan jawaban yang diberikan oleh istrinya atau ada alasan lain yang tersembunyi di sana. Zahra masih menatap wajah ibu mertuanya. Dia juga merasa ragu bahasa apa yang harus disampaikan di atas pertanyaan yang diajukan oleh sang ayah kepada dirinya. Haruskah dia berkata jujur tentang semua yang dia dapatkan ataukah dia harus menyembunyikan cerita itu dari semua orang.

Namun akhirnya wanita itu hanya mengangguk. Dia sudah mengetahui kartu kuning ibu mertuanya. Zahra berjanji akan menggunakan kartu kuning itu di waktu dan saat yang tepat.

Tetapi tatapan Arya tampak berbeda. Pria tampan itu tidak percaya jika luka yang ada di wajah istrinya diakibatkan oleh terjatuh di lantai. Buka itu seperti akibat dari sebuah tamparan di wajahnya. Tamparan yang bukan hanya sekali namun berkali-kali sehingga wajahnya begitu terlihat lebam. Arya melirik istrinya sesaat namun kembali dia mengalihkan pandangan dan fokus pada makanan yang ada di hadapannya.

Setelah sang ayah mertua dan sang suami meninggalkan rumah, wanita paruh baya itu kembali menyiksa menantunya. Devi menarik jilbab sekaligus dengan rambut Zahra, membuat wanita itu tersungkur jatuh ke lantai dan menahan rasa sakit luar biasa.

"Apa, apa yang ingin kamu katakan kepada mereka? Apakah kamu ingin mengatakan bahwa aku yang menyiksa kamu? Apakah kamu ingin mengatakan bahwa aku menampar mu?" ucap wanita paruh baya itu. Tetapi Zahra justru tersenyum. Dia berdiri dan membalas tatapan dari sang ibu mertua.

"Kenapa Nyonya? Apakah anda takut? Baiklah jika seperti itu. Aku akan menceritakan segalanya kepada mereka. Aku tidak akan menyembunyikannya lagi," ucap Zahra

Puar...

Namun ucapan itu memancing amarah dari Devi yang tanpa ragu mengangkat tangan lalu memberikan tamparan tepat di wajah wanita itu. Darah segar kembali muncul membasahi wajahnya yang sudah sangat lemah.

"Masih berani anda menyiksaku Nyonya? Anda akan tahu akibatnya!" ucap wanita tersebut. Zahra dengan berani meninggalkan wanita paruh baya itu. Dia akan melupakan semua pekerjaan yang selama ini menyiksa dirinya. Semua itu bukanlah tugasnya. Dia berjalan menaiki tangga untuk kembali ke dalam kamar.

Tetapi saat Zahra hendak melangkahkan kaki wanita paruh baya itu tiba-tiba berdiri di depan Zahra. Dia menarik tangan Zahra kemudian meletakkannya di wajahnya lalu wanita paruh baya itu menjatuhkan dirinya sendiri di lantai. Zahra berasa bingung melihat sikap dan perlakuan wanita paruh baya itu. Apa sebenarnya yang ingin dilakukannya.

"Ada apa ini?" sebuah suara mengagetkan Zahra. Arya tiba-tiba kembali ke rumah, ada berkas penting yang ketinggalan karena itu dia kembali sendirian. Tetapi Devi melihat kehadiran putranya yang kembali karena itulah dia membuat sandiwara seolah-olah dia lah yang menjadi korban di sana.

"Nak, lihatlah ulah nya. Dia telah mencoba menyakiti Mama!" wanita paruh baya itu mengadu sembarangan. Dia telah memutar balikkan fakta. Arya menatap wajah istrinya kemudian bergantian dia menatap wajah ibunya. Dari dilihat aja bahwa wajah Zahra penuh dengan luka dan darah sementara wajah ibunya penuh dengan make up. Dari perbedaan wajah keduanya saja pemuda tampan itu bisa menilai siapa yang menjadi korban dan siapa pelakunya. Namun dia tak ingin ungkapnya sekarang sebelum mengetahui kebenaran yang nyata.

"Apa yang kamu lakukan kepada ibuku?" tanya Arya kepada Zahra.

"Aku?" wanita itu kembali bertanya.