Pria yang bekerja sebagai asisten pribadi dari Daniel hanya bisa mengerutkan keningnya. Bukankah pertanyaan itu sedikit tidak wajar. Sebab sebelumnya dia sudah mengatakan maksud kedatangannya ke rumah besar itu. Setelah 30 menit menunggu bukan jawaban yang dia dapatkan namun pertanyaan yang seharusnya tidak disampaikan.
Daniel sedikit kecewa dan emosi dengan pertanyaan yang disampaikan oleh wanita paruh baya itu. Tetapi dia berusaha menahan emosinya. Dia tidak memiliki kemampuan untuk mengutarakan emosi yang ada di dalam dirinya.
"Nyonya, apakah saya bisa bertemu dengan nyonya Arya?" Daniel kembali mengutarakan maksud kedatangannya.
"Untuk apa?" wanita paruh baya itu bertanya. Daniel masih berusaha tersenyum di hadapan wanita paruh baya itu. Hanya bertemu dengan istri atasannya saja begitu sulit.
"Semua ini adalah perintah dari tuan Arya!" jawabnya. Wanita paruh baya itu terlihat tidak suka. Tanpa berkata apapun dia kembali masuk ke dalam rumah meninggalkan Daniel sendirian dalam kebingungan. Dia juga tak bisa kembali ke kantor tanpa membawa hasil karena pasti akan mengundang amarah dari pimpinan nya. Daniel merasa gusar berdiri sendirian di depan rumah besar itu.
Dia mencoba mencari seseorang untuk menanyakan perkembangan tentang maksud kehadirannya di sana. Tetapi sungguh tak siapapun yang dia lihat. Bahkan para pelayan juga kelihatan bersembunyi menjauhi dirinya. Kecurigaan pria yang bekerja sebagai asisten pribadi itu semakin bertambah. Hampir saja Daniel merasa putus asa karena perjuangannya tak juga membuahkan hasil namun saat dia hendak meninggalkan rumah tersebut tiba-tiba pintu rumah itu terbuka. Seorang wanita berhijab melangkahkan kaki keluar dari rumah itu. Daniel merasa lega akhirnya setelah melewati perjuangan yang luar biasa dia pun bisa bertemu dengan nyonya besar atasannya.
Saat itu Zahra sedang berada di dalam kamarnya. Sebenarnya dia bosan menghabiskan waktu sendirian di sana. Tidak ada yang bisa dikerjakan nya. Dia hanya menghabiskan waktu dengan berbaring di atas ranjang. Dan duduk di tepi jendela.
Tok tok tok
Suara pintu diketuk terdengar. Wanita itu bangun dari tidurnya dengan malas. Dia mencurigai bahwa sang ibu mertua yang datang kembali menghampiri dirinya. Namun suara pelayan membuat dirinya terpaksa mendekati pintu.
"Ada apa?" tanya Zahra ketika pintu itu terbuka lebar dan seorang pelayan tampak berdiri di depan pintu tersebut.
"Ada yang mencari anda, Nyonya!" ucap wanita paruh baya itu. Zahra mengerutkan keningnya. Siapakah sebenarnya yang sedang mencari dirinya. Dia tak merasa memiliki janji dengan siapapun. Dia juga tak mengenali orang-orang baru yang ada di sekitarnya.
"Siapa bi?" wanita itu pun bertanya.
"Tuan Daniel," jawab wanita paruh baya.
"Daniel? Siapakah dia?" Zahra kembali mengajukan pertanyaan. Dia merasa tak mengenal seseorang dengan nama Daniel.
"Dia adalah asisten pribadi dari tuan Arya," jelas sang pelayan. Zahra semakin merasa heran. Mengapa asisten pribadi dari suaminya tiba-tiba datang menghampiri dirinya. Apa alasan pria itu ingin bertemu dengan dirinya. Berbagai pertanyaan muncul dalam pikiran Zahra. Tetapi jika dia hanya berdiri di sana saja dia tidak akan menemukan jawabannya. Wanita itu meninggalkan kamar menuju teras rumah di mana tamu yang sedang mencari dirinya berada. Zahra membuka pintu besar rumah mewah tersebut. Seorang pemuda tampan dengan pakaian rapi tampak berdiri di depan rumah dengan gelisah.
"Apakah anda istri dari tuan Arya?" tanya Daniel. Sebenarnya pria itu sudah mengenal is wanita tersebut. Dia bertanya hanya sekedar basa-basi untuk memulai pembicaraan diantara keduanya. Zahra pun mengangguk kan kepala.
"Maaf jika saya mengganggu waktu Anda. Ada sesuatu yang sangat penting yang harus saya tanyakan," ucap Daniel langsung pada inti masalah. Zahra hanya dia menunggu apakah sebenarnya alasan yang membuat pria itu menemui dirinya.
"Jurusan apakah sebenarnya yang ingin anda ambil?" pertanyaan itu membuat Zahra tercengang sekaligus merasa bahagia. Hatinya bertanya-tanya apakah itu artinya bahwa dia akan segera melanjutkan studinya. Semua kesedihannya seakan menghilang setelah dia mendapatkan pertanyaan tersebut.
"Jurusan desain busana," jawab Zahra penuh keyakinan.
"Terimakasih!" Daniel merasa bahwa pertemuan nya dengan nyonya besar dari atasannya telah selesai. Setelah mengucapkan terima kasih diapun pergi begitu saja. Hanya untuk jawaban tersebut pria tampan itu melewati berbagai cobaan dan rintangan. Demi jawaban yang hanya sebaris membuat dirinya terpaksa melakukan perjuangan.
Pria itu bertanya di dalam hatinya mengapa atasannya tidak membelikan ponsel untuk istrinya sehingga akan mudah bagi dirinya untuk berkomunikasi dengan wanita itu. Daniel hanya bisa menggeleng kepala melihat tindakan yang tidak masuk akal yang dilakukan oleh majikannya yang terkenal dengan kecerdasan dan juga kepintarannya.
Pria itu tidak memperpanjang waktunya di rumah tersebut. Dia bergegas meninggalkan rumah itu untuk kembali ke perusahaan. Bukan hanya memberikan jawaban itu kepada Arya yang menjadi alasannya. Tetapi pekerjaan yang menumpuk yang harus segera dilakukannya adalah alasan lain dirinya harus segera tiba di sana.
Daniel melirik jam yang ada di tangannya. 30 menit lagi rapat penting akan segera dilaksanakan. Pria itu harus menyiapkan segalanya. Sang assistant pribadi merutuki diri karena dia harus menghabiskan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah yang seharusnya bisa dilakukan dalam waktu singkat. Dia merasa telah membuang-buang waktu nya hanya untuk urusan pribadi dari atasannya.
Dengan senyuman penuh kemenangan Zahra kembali masuk ke dalam rumah. Senyuman itu memancing kemarahan dari sang ibu mertua. Wanita paruh baya itu mulai mendekati menantunya. Dia menghadang jalan Zahra yang hendak kembali ke dalam kamar.
"Apa yang membuat kamu tersenyum? Apakah kamu berpikir bahwa kamu sudah menang?" wanita itu berkata dengan lantang. Dia ingin mempertegas kedudukannya di rumah itu. Namun Zahra tidak merasa gentar. Hanya satu hal yang ingin diketahuinya dari wanita yang merupakan ibu mertuanya tersebut. Apakah yang disembunyikan oleh wanita paruh baya itu tentang kebakaran yang terjadi di rumahnya. Jika apa yang didengar oleh Zahra merupakan sebuah kebenaran maka wanita itu tidak akan pernah memaafkan orang yang telah berbuat zalim kepada diri dan juga keluarganya. Jika kebakaran itu benar-benar disengaja dia pasti akan membuat orang itu bertepuk lutut dan meminta maaf atas kesalahan yang telah mereka berbuat. Zahra berharap bahwa semua itu hanyalah pendengaran yang sepihak saja. Wanita itu berharap bahwa dia salah dengar dengan semua pembicaraan yang ada di dalam ruang beberapa hari yang lalu. Karena jika semua itu benar maka kebencian dan amarah yang ada di dalam hati wanita tersebut akan meledak. Zahra tidak ingin menjadi wanita yang harus membalas dendam atas kejadian yang menimpa kedua orang tuanya. Dia tidak ingin mengotori hati dan tangannya dengan perbuatan yang dibenci oleh Tuhannya. Zahra hanya ingin menjalani hidup dengan baik dan dijalan yang benar.