Chereads / Rahasia Pernikahan Zahra / Chapter 11 - Rahasia Sang Ibu

Chapter 11 - Rahasia Sang Ibu

Namun perbincangan antara ibu mertuanya dengan pria yang tidak dikenal terus saja hadir di telinganya. Wanita itu merasa bahwa dirinya harus bertanggung jawab sepenuhnya atas kejadian yang menimpa kedua orang tuanya. Setidaknya dia bertanggung jawab untuk mengetahui kebenaran yang ada dan kebenaran yang disembunyikan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

Sama ibu mertua sepertinya tidak senang dengan sikap dan perlakuan Zahra yang tidak takut kepada dirinya. Wanita itu terus berusaha menyiksa zahra. Setelah Zahra jatuh tersungkur di lantai wanita paruh baya itu mendekatinya dan mendorong kepalanya. Siksaan demi siksaan terus dirasakan oleh Zahra. Tetapi wanita itu masih berusaha bertahan untuk semampunya.

Dia tak ingin melakukan pembalasan karena dia takut semua itu akan menjadi bumerang bagi dirinya. Yang bisa dilakukan oleh Zahra saat ini adalah berusaha menghindar azhar dia tidak selalu mendapatkan hukuman yang membuat tubuhnya menjadi merasa sakit.

Wanita itu mencoba berdiri dengan segenap kekuatan yang tersisa yang dimilikinya. Dia bangkit dari lantai dan menghindari wanita paruh baya yang merupakan ibu mertuanya.

"Hei, mau kemana kamu?" tanya wanita paruh baya itu ketika melihat Zahra beranjak. Tetapi Zahra tidak peduli, dia terus berlari masuk ke dalam kamarnya dan bersembunyi. Dia mengunci pintu dari dalam, dia sudah tidak sanggup menghadapi siksaan yang diberikan oleh ibu mertuanya.

Seseorang datang mengetuk pintu kamar itu tetapi dia tidak akan mau membukanya. Zahra tetap bersembunyi di dalam kamar itu.

***

Daniel baru saja tiba di kantor, dia segera turun dari dalam mobil kemudian bergegas menemui atasannya. Di dalam ruangan itu seorang pemuda tampan sedang menunggu kehadiran Daniel. Tidak ada yang mengerti mengapa jawaban dari Zahra begitu penting bagi pemuda tampan itu.

"Bagaimana? Apakah kamu mendapatkan jawabannya?" sebuah pertanyaan segera menyerang Daniel, begitu aja tampangnya muncul di balik pintu. Daniel bersandiwara dengan menundukkan kepala seolah-olah dia gagal melakukan tugasnya. Arya mendekati Daniel, pria tampan itu bersiap untuk memberikan hukuman kepada asisten pribadinya. Pria tampan itu siap menumpahkan semua kekesalan kepada pemuda yang kini berdiri di hadapannya.

"Desain busana!" sebelum Arya menumpahkan semua kemarahan nya tiba-tiba Daniel memberikan jawaban hasil dari perjuangannya kepada sang atasan. Karya berhenti, dia tidak melanjutkan kata-katanya, sebuah kata-kata yang akan menunjukkan kemarahan yang ada di dalam dirinya. Biarpun mulai menghentikan langkah dan kembali duduk di kursinya. Daniel tersenyum melihat tingkah Arya. Untuk pertama kali sang asisten pribadi itu melihat ada seseorang yang mengganggu pikirannya. Selama ini Arya selalu bertindak realistis. Dia tidak pernah mencampur aduk perasaan di dalam pekerjaan yang dilakukannya. Dia juga tidak pernah membawa masalah kehidupannya di dalam perusahaan.

Tetapi untuk pertama kalinya, pria itu melihat Arya melakukan sesuatu yang berbeda. Untuk pertama kalinya CEO dari perusahaan itu terpengaruh terhadap jawaban seseorang. Dia pun tersenyum menggoda atasannya.

"Apakah dia begitu penting?" tiba-tiba Daniel mengajukan sebuah pertanyaan kepada majikannya sambil merapikan berkas-berkas yang akan mandi bawahnya menghadiri rapat. Arya mengangkat wajah mencoba memahami maksud dari kata-kata yang disampaikan oleh sang asisten pribadi itu.

"Apa maksud kamu?" tanya Arya sedikit kesal.

"Kenapa jawabannya begitu penting. Bukankah semua itu bisa menunggu besok hari. Kenapa bapak tidak menanyakannya langsung? Apakah kalian sedang bertengkar?" pertanyaan-pertanyaan itu kembali menghentikan gerakan Arya. Apa yang ditanyakan oleh Daniel benar adanya. Kenapa dia harus segera mendapatkan jawaban itu. Mengapa seakan-akan dia tidak bisa menunggu barang satu hari saja. Pertanyaan-pertanyaan itu juga muncul di dalam pikirannya. Pertanyaan-pertanyaan yang entah bagaimana dia bisa menjawabnya. Tetapi dia tidak akan menunjukkan kebingungan nya kepada sang asisten pribadi.

"Apa yang ada dalam kepalamu? Tentu saja aku punya alasan logis untuk melakukan semua itu. Papa meminta aku untuk segera mencarikan sekolah terbaik untuknya. Aku tidak ingin mengecewakan Papa, apakah kamu mengerti?" pemuda tampan itu memberikan alasannya. Alasan yang menyembunyikan perasaan yang ada di dalam hatinya. Arya tidak mengerti apa yang terjadi tetapi dia ingin agar istrinya segera bisa melanjutkan pendidikannya dan bisa menghindar dari rumah itu. Arya curiga jika Zahra selama ini sering mendapatkan siksaan dari ibunya. Meski dia juga tidak mengerti mengapa ibunya bisa bersikap seperti itu.

"Tapi pak, aku merasa ada yang aneh," ucap Daniel tiba-tiba.

"Aneh? Maksud kamu?" Arya kembali mengangkat kepala menatap Daniel. Pria itu terlihat bingung menjawab pertanyaan dari atasannya. Wajahnya menggeleng kemudian dia pun mengerutkan kening seakan bingung cara menjawab pertanyaan dari atasannya tersebut.

"Ada apa?" Arya tidak sabar menunggu jawaban dari Daniel. Dia pun kembali mengajukan pertanyaan.

"Aku tidak tahu. Sulit untuk dijelaskan, tetapi yang pasti ada sesuatu di sana. Begini," ucapnya mendekatkan wajah kepada sang majikan.

"Aku seperti dihalang-halangi untuk bertemu dengan istri Anda. Dan para pelayan di sana juga menunjukkan gelagat yang sangat mencurigakan. Aku merasa heran apa mungkin semua itu hanya prasangka aku saja." penjelasan yang diutarakan oleh Daniel mendukung kecurigaan yang ada di dalam hati Arya.

Pria tampan itu kembali diem. Tetapi dia tidak bisa membiarkan semuanya berlalu begitu saja. Sudah beberapa kali dia menemukan kejanggalan yang terjadi di rumahnya. Sikap ibunya yang tiba-tiba berubah menjadi dasar utama kecurigaan tersebut. Pada mulanya pemuda tampan itu mencoba menepis semua keceriaan yang ada di dalam hatinya tetapi semakin hari kecurigaan itu semakin kuat saja dan dia sudah tidak bisa lagi mengabaikan semuanya begitu saja.

Di dalam hati, Arya bertanya-tanya alasan perubahan sikap yang ditunjukkan oleh ibunya. Perubahan sikap itu semakin hari semakin jelas itulah yang mendasari kecurigaan yang terus muncul di dalam hati pria tampan itu. Kata-kata yang diucapkan oleh daniel semakin mendukung perasaan pemuda tampan itu karena itu artinya ada sesuatu yang membuat pikiran sang ibu berubah dan ada sesuatu masalah yang membuat sikap wanita itu mengalami perubahan yang besar dan Arya harus segera mengetahui alasan yang ada di balik perubahan sikap ibunya.

"Ada apa pak? Apakah anda juga mengetahui sesuatu?" sang asisten pribadi pun bertanya. Pertanyaan itu mengagetkan Arya dan membangunkan nya dari lamunan nya.

"O, tidak. Bukan apa-apa. Semua itu hanya perasaan kamu saja." pimpinan perusahaan itu mencoba menghilang prasangka yang ditanyakan oleh asisten pribadinya dia tidak bisa membuat orang lain mencurigai keluarganya. Sebisa mungkin dia harus menyembunyikan semua rahasia itu sampai dia benar-benar bisa yakin tentang kebenaran yang ada. Kecurigaan orang lain akan menjadi masalah bagi keluarganya dia pun bertekad untuk menyelidiki masalah itu sendirian dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua ini hanyalah salah paham semata.