"Pak, apakah anda baik-baik saja?" Daniel bertanya. Daniel dan zahra sedang menyiapkan makanan di atas meja saat tiba-tiba Arya keluar dari dalam kamarnya.
"Ya, ayo pulang!" pinta Arya.
"Pulang? Bagaimana bisa? Anda masih sakit. Sebaiknya anda beristirahat hari ini di sini," lanjut Daniel.
"Tidak, aku tidak mau. Kita pulang sekarang," jawab pemuda tampan itu sangat keras kepala. Tiba-tiba zahra berlari kemudian berdiri tepat di hadapan pria tersebut. Arya mengerutkan keningnya saat melihat zahra begitu berani berdiri di hadapannya.
"Ada apa?" tanya Arya sambil membulat kan kedua matanya.
"Hemm, ini, anu?" wanita itu tidak bisa menjawab kata-kata yang diucapkan oleh suaminya.
"Ada apa?" pria itu meninggikan suaranya.
"Makan! Ya! Anda harus makan dulu. Bagaimana jika anda tiba-tiba pingsan lagi." wanita itu berkata.
"Tidak mau," jawabnya kemudian melanjutkan langkah kakinya.
"Kamu harus makan. Jika tidak aku tidak akan pulang," lanjut Zahra memberikan ancaman. Tetapi pria itu tidak peduli. Dia melanjutkan langkah kakinya meninggalkan zahra sendirian. Zahra merasa ragu tetapi dia juga tidak bisa menarik kembali kata-katanya. Mau tidak mau dia kembali ke atas meja makan dan mencoba menjawab beberapa makanan yang ada di sana sambil menahan rasa kesal yang ada di dalam hatinya.
'Dasar pria keras kepala. Beberapa saat yang lalu dia membuat semua orang panik. Tetapi sekarang dia sangat jual mahal dan tidak peduli dengan orang lain. Dasar pria tidak tahu terima kasih." wanita itu terus menggerutu sambil menggigit makanan yang ada di tangannya. Dia menumpahkan kemarahan dan kebencian nya kepada makanan itu.
"Kenapa tadi aku harus menolongnya? Bukankah seharusnya aku membiarkan dirinya kesakitan sendiri? Kenapa aku harus peduli kepadanya sementara dia tidak pernah peduli kepada ku. Aku benar-benar wanita bodoh. Memasak semua makanan ini untuknya agar dia bisa merasa lebih baik tetapi apa balasannya." wanita itu berbicara kepada dirinya sendiri. Dia sudah bersusah payah menyiapkan makanan bahkan menyempatkan diri untuk belanja. Zahra berfikir bahwa makanan yang saudara kan mengobati rasa sakit yang diderita oleh Arya. Tetapi semua usaha yang dilakukannya berakhir dengan sia-sia karena pria itu tak memperdulikan nya.
Suara kursi ditarik oleh seseorang mengejutkan Zahra. Ternyata pria itu tidak benar-benar meninggalkan tempat tersebut. Ketika arya ingin keluar dari ruangan itu tiba-tiba daniel menghentikan langkahnya. Daniel bercerita bahwa zahra sangat panik dan sangat mengkhawatirkan keadaan Arya. Daniel juga bercerita bahwa zahra telah menyiapkan semua masakan itu untuk Arya. Pemuda tampan itu tak ingin peduli tetapi dia juga tak bisa mengabaikan kasih sayang dan perlakuan Zahra. Dia kembali masuk ke dalam kamar hotel tersebut tetapi Zahra tidak menyadarinya.
"Kenapa kamu masih diam? Bukankah kamu ingin agar aku makan?" ucap pria itu kepada istrinya. Wanita tersebut kembali manyun. Dia memajukan bibirnya beberapa senti dan menunjukkan wajah kesal tetapi sesungguhnya dia merasa senang karena akhirnya per yaitu kembali. Wanita itu mengambil piring kemudian menyiapkan makanan untuk suaminya. Menghilangkan ya dengan penuh kasih sayang. Meski dia tidak memiliki alasan untuk melakukan semua itu.
***
"Kita kemana Pak?" daniel bertanya kepada Arya.
"Kampus Mustika Delima," jawa pria itu. Zahra masih bingung kemana mereka akan pergi. Sepertinya tujuan pertama telah gagal karena mobil yang dikemudian mereka kembali berbalik arah. Ingin sekali rasanya zahra bertanya tetapi dia mencoba menahan nya. Setelah beberapa saat berada di dalam perjalanan akhirnya mereka pun sampai di kampus mustika delima.
Arya segera turun dari dalam mobil dan meminta zahra ikut turun. Mereka berjalan masuk ke dalam lokasi kampus tersebut. Kampus itu terlihat tidak begitu mewah. Kampus itu juga terlihat biasa saja tetapi jurusan yang diinginkan oleh zahra hanya ada di sana dan di kampus yang letaknya jauh dari rumah mereka. Arya sudah memutuskan bahwa dia tidak akan membiarkan istrinya sekolah di tempat terjauh karena akan sulit baginya pulang pergi ke rumah. Karena itulah dia memutuskan agar zahra melanjutkan studinya di kampus mustika delima.
Daniel melakukan pendaftaran dan melakukan kegiatan registrasi lainnya sementara zahra dan arya hanya berkeliling melihat keadaan yang ada. Zahra sangat antusias melihat semua itu. Melihat begitu banyak mesin jahit yang terdapat di sana. Selain ruang produksi juga terdapat ruang desain. Semuanya terlihat begitu nyata.
"Wow, cantik sekali. Indah sekali. Bagus sekali." berbagai pujian dilontarkan oleh wanita itu. Wajahnya tersenyum karena rasa bahagia. Dia menunjukkan kesenangan yang tidak terkira. Impiannya untuk bisa bersekolah di sekolah disain menjadi kenyataan. Meski dia masih ragu apakah dia benar-benar akan bersekolah di sana.
Dari kejauhan Arya memperhatikan wanita itu. Melihat wanita itu tersenyum membuat hatinya ikut bahagia. Mereka terus berkeliling untuk melihat keadaan. Zahra benar-benar senang jika dia bisa sekolah di sana. Zahra menata pria itu.
"Apakah, apakah aku." dia mencoba bertanya.
"Apa? Jika berbicara itu yang jelas. Jika bertanya itu juga harus jelas." pria itu menjawabnya.
"Kasar banget sih. Baru bertanya aja udah marah. Dasar pemarah!" gumam nya sendirian.
"Apa katamu?" arya mendengar zahra berbisik sendiri.
"Eh, bukan. Maksudku, apakah aku akan benar-benar sekolah di sini?" lanjutnya mengalihkan pembicaraan.
"Apakah kamu suka belajar di sini?" pria itu kembali mengajukan pertanyaan.
"Ya," teriak Zahra. Dia tidak menyadari suaranya mencari perhatian orang lain. Dia tiba-tiba menutup mulut dengan kedua tangannya karena rasa malu. Arya hanya bisa menggeleng melihat tingkah istrinya tersebut.
"Baiklah, mulai besok kamu akan sekolah di sini!" ucap Arya.
"Hore, Yes, yes, yes." wanita itu bahkan semakin mengencangkan suaranya. Dia justru berputar ke sana kemari karena bahagia. Arya hanya bisa ter heran melihat tindakan wanita itu. Ranking bahagianya wanita itu tanpa sadar mendekati Arya dan memeluknya di hadapan semua orang.
"Terima kasih," ucapnya dengan suara sangat kencang. Arya terkejut mendapatkan tindakan tiba-tiba dari istrinya. Beberapa saat kemudian zahra mulai tersadar bahwa tindakannya sudah melewati batas. Perlahan dia melepaskan pelukan dari suaminya dan mundur beberapa langkah sambil menundukkan kepala menunjukkan rasa bersalah.
"Maaf!" ucapnya perlahan. Karena rasa bahagia yang ada di dalam hatinya wanita itu sampai lupa dengan batasan yang harus dimiliki dengan suaminya. Dia tidak menyadari tindakannya yang memeluk suaminya. Arya membersihkan pakaiannya seolah-olah ingin melepaskan bekas istrinya. Wanita itu kembali manyun.
'Pria sombong. Jika aku bisa ku pasti sudah menjitak kepalanya,' batinnya berbicara sambil mulutnya terus komat Kamit seperti seseorang yang sedang membaca mantra. Sekuat tenaga Arya mencoba menahan tawanya. Dia adalah pria yang cool dan dingin, akan sangat sulit bagi seseorang untuk membuatnya tertawa. Tetapi wajah zahra telah mengubah pendirian pria itu.