Chereads / Menikahi Barista Ganteng / Chapter 19 - 19. Cielo Marah-Marah

Chapter 19 - 19. Cielo Marah-Marah

"Halo," ujar Cielo datar.

"Hai, Sayang. Kamu sedang apa? Aku merindukanmu," ucap Justin dengan nada bicara yang manja.

"Aku sedang berusaha menjadi orang waras," jawab Cielo dingin.

"Kenapa kamu bicara seperti itu, Sayang? Kamu pasti masih marah padaku, ya kan?" tebak Justin. "Maafkan aku ya, Sayang. Aku sungguh terkejut saat kamu mengatakan hal itu padaku. Aku berusaha mengingat kejadian itu, tapi sepertinya aku tidak sadarkan diri."

"Yang benar saja," gumam Cielo.

"Percayalah padaku, Ciel. Aku tidak mungkin menodaimu. Kamu kan …."

"Sudah berapa kali kamu bilang kalau kamu ingin melakukannya denganku? Aku tidak percaya kalau kamu tidak ingat apa pun."

Justin mendesah. "Terserah padamu kalau kamu tidak percaya padaku. Sudah kukatakan kalau aku tidak sadar saat hal itu terjadi. Kalau aku sadar, aku tidak mungkin melakukannya padamu, Ciel. Aku sangat mencintaimu. Mana tega aku melakukan hal yang buruk padamu."

Cielo berdeham. "Aku tidak ingin mendengar omong kosongmu lagi. Omong-omong, tadi aku sore aku bertemu dengan ayahmu di tempat main golf."

Cielo mendengar Justin mengumpat meski dengan suara yang pelan. "Lalu, apa yang terjadi? Apa kamu mengatakan sesuatu dengan ayahku?"

"Ayahmu dan ayahku sepakat untuk segera melakukan pesta pertunangan kita," kata Cielo.

"Benarkah? Ya sudah kalau begitu. Kita percepat saja acara pertunangan kita, Sayang," ucap Justin yang berubah semangat.

"Hmmm, tidak semudah itu. Aku tidak mau bertunangan denganmu!" tolak Cielo.

"Kenapa tidak, Sayang? Bukankah kita berdua sudah sepakat untuk menikah? Aku tidak mau berpisah denganmu, Cielo. Aku mohon. Aku tidak mau kehilanganmu!" seru Justin.

Cielo mendesah sambil merebahkan tubuhnya di kasur. Ia masih teringat dengan jelas saat Justin menindih tubuhnya, menciumnya paksa, dan menarik kimononya hingga lepas.

"Justin, sebenarnya, aku sedang menenangkan diri sambil mendengarkan musik klasik. Kamu malah menggangguku," keluh Cielo.

"Oh. Maafkan aku, Cielo. Aku tidak bermaksud mengganggumu. Uhm, ya sudah. Kalau begitu, kamu lanjut lagi mendengarkan musik. Aku tidak akan mengganggumu lagi."

Cielo langsung mematikan teleponnya. Sebelum lupa, Cielo langsung mengaktifkan mode pesawat supaya tidak ada yang bisa mengganggunya lagi.

Cielo kembali mengulang permainan piano Cynthia dengan wajah memberengut. Sebenarnya ia tidak mau kesal dan marah-marah, tapi Justin benar-benar telah menghancurkan mood-nya.

Lalu tiba-tiba saja Cielo teringat pada pria bernama Graciello yang telah menolongnya waktu itu. Bagaimana dengan nasibnya sekarang? Apakah Graciello masih bekerja di Poseidon atau tidak? Cielo jadi bertanya-tanya dalam pikirannya.

***

Keesokan harinya, Cielo langsung meminta data nama-nama karyawan yang masuk dan keluar di bulan ini pada Septiani. Ia menelusuri nama Graciello dan ternyata nama itu menjadi satu-satunya nama karyawan yang dikeluarkan bulan ini.

Itu artinya Abi telah memecat Graciello karena kejadian itu. Cielo harus menemui pria itu untuk meminta penjelasan.

"Septi, tolong panggil Abi ke sini," perintah Cielo melalui interkom.

Septiani pun menurut. Tak berapa lama kemudian, Abi masuk ke dalam ruangannya. Pria itu tampak canggung masuk ke dalam ruangan. Ia menatap Cielo dengan cara yang aneh.

Cielo jadi malu. Semuanya karena perbuatan Justin. Jika tidak, maka tidak akan ada orang lain yang masuk ke dalam kamarnya. Namun, di posisi itu Cielo adalah korban. Ia tidak perlu malu untuk bertemu dengan bawahannya sendiri.

"Abi, tolong jelaskan, apa yang terjadi pada Graciello?" tanya Cielo dengan wajah serius.

Abi tampak gentar di tempat duduknya. "Oh, Graciello ya. Kemarin itu, saya sudah memecatnya, Bu. Tenang saja. Semuanya sudah beres."

Cielo mendecak kesal. "Kenapa kamu malah memecatnya?! Dia adalah orang yang sudah menyelamatkanku!"

"Ya ampun. Sa-saya tidak tahu, Bu. Maafkan saya," ucap Abi sambil menunduk.

"Kamu ini main pecat orang sembarangan! Memangnya kamu tidak tanya-tanya dulu sama dia tentang hal yang sebenarnya terjadi?!"

"Saya sudah bertanya, tapi kan memang kronologisnya, Ello sudah memukul wajah Pak Justin. Hal itu tidak bisa ditoleransi lagi, Bu. Semua orang juga tahu kalau Pak Justin adalah calon suaminya Bu Cielo. Untuk itu, saya tidak ragu lagi untuk memecatnya."

Cielo mendengus kesal. "Sekarang, kalau kamu sudah menolongku dan aku malah memecatmu, apa kamu akan terima?"

Abi melebarkan matanya dan terkejut mendengar ucapan Cielo. "Maafkan saya, Bu. Saya tidak berani."

"Ah, kamu itu kerjanya bagaimana sih? Sebelum kamu memecat seseorang, kamu harus menyelidiki dulu kasusnya dengan benar! Jangan karena kamu pikir Justin itu adalah calon suamiku, jadi artinya dia adalah raja. Mulai saat ini, aku perintahkan ke seluruh bagian keamanan agar tidak pernah menerima Justin di tempat ini lagi!"

Abi menautkan alisnya, bingung. "Begitu ya, Bu? Memangnya kenapa, Bu?"

"Tidak usah banyak tanya! Aku beri kamu satu tugas yaitu untuk mengamankan gedung ini dari pria bernama Justin! Paham?!" bentak Cielo.

"Paham, Bu!" seru Abi dengan tangan yang gemetar.