Chereads / Menikahi Barista Ganteng / Chapter 24 - 24. Bekerja Lagi

Chapter 24 - 24. Bekerja Lagi

Pagi hari terasa begitu dingin. Ello sudah berangkat menuju ke Hotel Poseidon. Ia tak menyangka jika ia akan kembali lagi ke tempat ini untuk bekerja.

Senyumnya pun merekah sempurna di wajahnya. Ia senang sekali karena ia akan mendapatkan gaji besar lagi supaya ia bisa menyambung hidup.

Usai parkir, Ello pun hendak berjalan menuju ke ruangan ganti. Ia bertemu dengan Farkan.

"Ello!" seru Farkan yang berlari ke arahnya. "Kamu kembali lagi!"

"Ya, Kan. Aku juga tidak menyangka jika aku bisa bekerja lagi di sini," ucap Ello sambil nyengir.

Mereka pun berjalan bersama. "Bagaimana ceritanya?" tanya Farkan.

"Kemarin itu Ibu Cielo menemuiku dan menyuruhku untuk kembali karena kejadian yang kemarin itu bukanlah kesalahanku."

Farkan mengangguk sambil meringis. "Ya memang. Yang salah itu kan sebenarnya Pak Justin. Aku yakin sekali kalau pria itu bukanlah pria baik-baik. Anehnya lagi, Pak Abi menyuruh kita semua untuk tutup mulut tentang hal ini. Aku yakin kalau ada sesuatu yang tidak beres dengan pria itu."

"Justin itu pria berengsek. Kalau bukan karena aku menyelamatkan Ibu Cielo waktu itu, pasti sudah terjadi hal-hal buruk yang menimpa bos kita. Sebagai karyawan teladan, aku kan harus membela bosku sendiri. Betul tidak?"

"Betul! Betul!" seru Farkan semangat. "Eh, omong-omong, kamu kenapa bisa bertemu dengan Ibu Cielo? Dia itu kan pemilik hotel ini. Bagaimana bisa dia sampai mengurus kamu yang dikeluarkan dari tempat ini? Dia kan tinggal mencari karyawan lain saja. Maksudku … aku bukannya senang melihatmu keluar ya. Hanya saja, kamu seperti yang mendapat sesuatu yang istimewa darinya."

Ello terkekeh. "Benar sekali, Kan. Aku mendapatkan perlakuan istimewa. Aku ini kan pahlawan. Aku ini sudah menyelamatkan nyawanya. Jadi, wajar kalau dia memperlakukanku berbeda. Ah, aku hanya berharap jika gajiku dinaikkan dan mungkin naik jabatan jadi general manager."

Farkan tertawa keras. "Boleh juga. Kalau kita bermimpi itu jangan setengah-setengah ya, Lo. Sekalian saja yang tinggi, tapi jangan kaget kalau sampai kita terbangun, jatuhnya sakit juga."

"Tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa terjatuh. Tidak heran. Aku ini sudah dua kali diusir dari tempat kerja. Yang sebelumnya memang salahku sendiri, tapi kalau yang kedua ini jelas bukan salahku," ucap Ello bangga.

Lalu mereka pun masuk ke ruang ganti. Farkan mengganti bajunya dengan seragam kerja dari loker.

"Kamu jadi kerja pagi sekarang? Shift jadi agak kacau waktu kamu mendadak keluar," kata Farkan.

"Ya, mau bagaimana lagi. Si Pak Abi itu seenaknya saja menendangku keluar."

Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka dan Pak Abi masuk ke dalam. Ello langsung berdeham sambil menegakkan tubuhnya. Ia langsung merasa tegang karena ia baru saja menyebut nama pria itu.

"Ello, selamat datang kembali di tempat ini. Apa kamu sudah ke ruangannya Ibu Cielo untuk mengambil surat keterangan bekerja?" tanya Pak Abi dengan wajah tanpa ekspresi.

"Oh, belum, Pak. Saya baru tiba di sini. Se-sebentar saya akan ke sana," ucap Ello yang mendadak gugup.

"Baiklah. Kamu segera ambil surat itu, lalu serahkan pada saya di ruangan. Kita akan berbicara dulu sebentar setelah itu."

"Baik, Pak." Ello mengangguk sekali dan kemudian Pak Abi pun keluar dari ruangan.

Begitu pintu ditutup, Ello langsung mendesah lega. Farkan menepuk bahunya dan seketika membuat Ello melonjak kaget.

"Astaga!" seru Ello.

"Waw. Kamu akan berbincang-bincang dengan Pak Abi. Bersiaplah, Lo. Mungkin dia sudah menyiapkan alat cincang daging atau pemanggangan di ruangannya," ucap Farkan dengan wajah melongo.

"Hah? Buat apa? Memangnya Pak Abi mau memasak? Masak itu di dapur." Ello menyikut temannya itu.

"Bukan, Lo. Pak Abi itu mau memasakmu hidup-hidup."

"Sembarangan!" Ello pun tertawa bersama Farkan.

"Ya, kan bisa saja dia membencimu. Dia baru saja mengeluarkanmu dari sini, tapi Ibu Cielo menarikmu kembali. Pastilah terjadi sesuatu. Dia bilang mau bicara sesuatu denganmu. Hmmm, mungkin juga dia sirik."

Ello terkekeh. "Biarkan saja. Bukan salahku juga. Ah, sudahlah. Aku mau ke ruangan Ibu Cielo dulu. Barangkali si bos mau menaikkan gajiku."

"Nanti jangan lupa traktir-traktir ya," ujar Farkan sambil tersenyum dan memainkan alisnya naik turun.

"Siap!" seru Ello.

Lalu ia pun keluar dari ruangan itu dan berjalan menuju ke kantor sang bos yang terletak di gedung terpisah. Setibanya di sana, aura pun langsung berubah mencekam. Ello jadi tegang bertemu dengan wanita itu lagi.

Semalam, tampaknya wanita itu kesal padanya karena ucapannya yang tidak pantas. Ello memang sulit berkata sopan.