"Alycia Debora Bosch, akhirnya kau datang juga menemuiku" ujar seorang pria yang memakai pakaian serba hitam.
Laki laki itu bertepuk tangan ketika melihat Alycia datang untuk menemuinya.
"What you want?" kata Alycia dengan ketus. (Apa yang kau mau?).
Laki laki itu tersenyum nakal pada Alycia.
"Calm down Babe! Sit down, please!" kata laki laki tersebut sembari memundurkan kursi untuk Alycia.
Laki laki itu memegang tangan Alycia dan menciumnya.
Sedangkan wanita seksi itu terlihat risih dan marah terhadap laki laki itu.
"Kamu mau uang? Berapa? yang terpenting kau pergi dari hidupku." kata Alycia yang berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman laki laki tersebut.
Kemudian, laki-laki itu memanggil seorang pelayan untuk datang menghampiri dirinya beserta Alycia.
Laki-laki bertubuh tinggi berkulit eksotis yang menawan itu memberi Alyce kue brownis dengan hiasan yang sangat cantik.
Ia berkata pada Alycia bahwa ia memiliki kejutan untuk gadis cantik itu.
Dengan syarat, Alycia harus memakan kue brownis itu.
Alycia pun memakan brownis itu. Ketika ia mengunyahnya, terdapat benda keras yang tak sengaja ia gigit.
"Cincin? maksudnya?" tanya Alycia keheranan.
Ternyata di dalam brownis itu ada cincin emas putih yang cantik berhiaskan mata mata indah.
"Yes, i want to propose you to be my wife" jawab laki laki itu. (Ya, aku ingin melamarmu untuk menjadi istriku).
"Are you joking? Sorry, i can't" tolak Alycia. (Apakah kamu becanda? Maaf, aku tidak bisa).
Ternyata laki laki itu adalah kekasih Alycia sewaktu ia kuliah di USA dahulu.
Namanya adalah Justin, laki laki yang sangat Alyce cintai.
Tetapi hubungan mereka kandas, setelah Alycia mengetahui Justin selingkuh dengan wanita lain.
"Don't you love me, Babe?" tanya Justin menatap Alycia. (Tidakkah kamu mencintaiku, Sayang?).
"No." jawab Alycia dengan singkat. (Tidak).
Namun, mata Alycia tak bisa berbohong, matanya bicara seakan ia masih memendam rasa yang sama.
Rasa cinta dan kasih sayang untuk Justin.
***
Sejak semalam, Nyonya Raline beserta Nurma menginap di Rumah Sakit.
Sebab, kondisi Nurma yang masih lemah setelah transfusi darah kemarin, membuat dokter menyarankan gadis cantik itu untuk menginap semalam di Rumah Sakit.
Katanya, supaya jika terjadi sesuatu, Nurma bisa langsung ditangani oleh dokter.
Namun, puji syukur kepada Allah, Nurma tak mengeluh apapun, dan hari ini, ia sudah nampak sehat serta bugar seperti biasanya.
"Fawwaz, makan dulu, Nak!" kata Nyonya Raline.
Laki laki tampan itu menganggukkan kepalanya.
Nyonya Raline pun membawakan Fawwaz nasi Mandhi yang spesial di beli untuk Fawwaz.
Sejak kecil, memang Fawwaz sangat menyukai makanan khas Arab.
Terlepas dari itu, memang ayahnya berasal dari Dubai, sehingga Fawwaz pun terbiasa makan makanan khas Arab sejak usia belia.
Terdengar ponsel milik nyonya Raline berdering, ternyata sebuah telepon masuk dari suaminya, yaitu Tuan Hamdan.
"Nurma, tolong suapi Fawwaz, ya! saya mau mengangkat telepon terlebih dahulu" ujar Nyonya Raline.
"Baik, Nyonya!" kata Nurma mengambil nasi mandhi yang berada di tangan Nyonya Raline.
"Oh ya, Nur! kalau kamu lapar, kamu makan nasi mandhi juga tidak apa-apa, tadi saya pesan tiga kotak" pesan Nyonya Nurma.
"Tapi kalau tidak suka, kamu boleh pesan makanan dari kantin Rumah Sakit" ujar Nyonya Raline.
"Baik, Nyonya!" jawab Nurma.
Istri Tian Hamdan sekaligus ibunda Fawwaz itu pun pergi keluar untuk mengangkat telepon.
"Maaf, Tuan! tolong buka mulut Tuan" kata Nurma ketika menyuapi Fawwaz.
Namun, seperti biasa, pria yang dingin seperti kulkas sepuluh pintu itu berkata, "Tidak perlu kamu menyuapi saya, saya bisa makan sendiri!."
Fawwaz merebut makanan yang di pegang oleh Nurma.
Ia pun mencoba untuk menyendok nasi yang ada di hadapannya.
Sayang sekali, akibat kecelakaan yang terjadi padanya, tangannya tak bisa bergerak dengan baik.
"Aw.." keluh Fawwaz ketika ia berusaha menekuk tangannya.
"Biar saya bantu, Tuan!" kata Nurma.
Terpaksa Fawwaz menuruti perkataan Nurma, ia mau disuapi oleh gadis cantik itu.
"Kenapa kamu melihat saya seperti itu?" tanya Fawwaz.
Sebab ketika Nurma menyuapi Fawwaz, ia selalu melihat serta memperhatikan Fawwaz.
Hatinya bergetar dah dig dug tak karuan melihat sang pujaan hati makan dari tangannya.
Seperti istri yang sedang menyuapi suaminya, itulah yang sedang Nurma bayangkan.
"Maaf, Tuan! Ada sisa makanan di pipi Tuan." jawab Nurma sembari mengelap sisa makanan di pipi Fawwaz dengan Tisu.
"Jangan coba-coba memanfaatkan keadaan saya yang seperti ini!" Fawwaz memperingatkan Nurma.
"Dan jangan bersikap manis dengan saya! karena saya tidak menyukainya!" kata Fawwaz lagi.
"Tidak, Tuan! Saya hanya menjalankan perintah Nyonya" jawab Nurma.
***
"Baba, bagaimana jawaban dari Tuan Bosch dan keluarganya?" tanya Nyonya Raline.
"Mereka belum menjawab, semoga saja mereka menerima usulan kita ya, Ma!" jawab Tuan Hamdan.
"Aamiin.., sudah dulu ya, Mama mau menyuapi Fawwaz dahulu, Assalamualaikum." kata Nyonya Raline sembari mematikan teleponnya.
"Waalaikumsalam Wr Wb." jawab Tuan Fawwaz.
***
"Nona Alycia dipanggil Tuan!" kata pembantunya.
Jika ayahnya memanggilnya, itu berarti ada sesuatu penting yang ingin disampaikan.
"Ada apa, Bi" tanya Alycia yang sedang berbaring di kamar tidurnya.
"Bibi pun tidak tau, Non! Bibi hanya di minta untuk memanggil Nona Alycia dan sudah di tunggu Tuan dan Nyonya di bawah." jelas pembantu keluarga Tuan Bosch itu.
Alycia pun bergegas bangun dari tempat tidurnya, kemudian ia pergi menemui ayah dan ibundanya itu.
"Alycia, duduk!" kata Tuan Bosch.
"Daddy wanna tell you something!" kata Tuan Bosch pada Alycia. (Ayah ingin memberitahumu sesuatu).
Tuan Bosch menceritakan pertemuannya dengan Tuan Hamdan siang ini, mereka membahas pernikahan Alycia dan Fawwaz.
Tuan Bosch juga menjelaskan kondisi Fawwaz yang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pulih dari patah tulang yang ia alami.
Sehingga, Tuan Hamdan meminta Fawwaz dan Alycia untuk menikah secara sederhana terlebih dahulu.
Dan setelah menikah, Alycia diminta untuk merawat serta mengurus keperluan Fawwaz.
"What? Alycia harus merawat Fawwaz yang tidak bisa jalan?" ujar Alycia.
"Tenang! hanya beberapa bulan dan paling lama setahun mungkin, tetapi setelah itu kamu akan menjadi istri seorang pengusaha tambang minyak yang kaya raya" ujar Nyonya Debora pada anaknya.
"No, mom, i don't want to be his maid! I agree to marry with Fawwaz because he is rich, i never love him." (Tidak, Ma, aku tidak ingin menjadi pembantunys! Aku setuju untuk menikah dengan Fawwaz karena dia kaya raya, aku tidak pernah mencintainya).
"Jika kamu tidak setuju, Daddy akan berbicara pada Tuan Hamdan agar membatalkan pernikahan kalian" ujar Tuan Bosch.
"Tidak! Alyce harus tetap menikah dengan Fawwaz!" ujar Nyonya Debora.
"Semua keputusan ada di tangan Alycia, saya tak akan mengorbankan kebahagiaan putri saya hanya karena harta, lagian saya juga tidak rela putri kesayangan saya menjadi pembantu yang merawat Fawwaz" tegas Tuan Bosch.