Nurma menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
Ia tak sengaja melihat Fawwaz yang hanya memakai handuk yang menutupi bagian bawah tubuhnya saja.
Sedangkan di bagian atas yaitu perut dan dadanya ia biarkan terbuka. Sungguh hal itu membuat Nurma kaget dan berteriak.
"K-kenapa anda tidak memakai baju?" tanya Nurma yang masih menutupi kedua matanya dengan tangan.
"Siapa kau? kenapa kau masuk ke kamar saya tanpa izin?" tanya Fawwaz sedikit emosi dan juga terkejut ketika melihat keberadaan Nurma di kamarnya.
"S-saya..s-saya..". Nurma tak menyelesaikan omongannya.
"Saya apa?!" potong Fawwaz pada Nurma.
"S-saya di minta Nyonya Raline untuk menyiapkan keperluan, Tuan" jawab Nurma gemetar.
"Tugas kamu sudah selesai, keluar!" usir pria tampan itu pada Nurma.
Nurma pun keluar dari kamar Fawwaz.
Gadis itu kini menjadi gugup, jantungnya berdetak sangat kencang.
Apalagi setelah melihat badan kekar Fawwaz tadi, andai saja ia bisa memiliki CEO Tampan itu.
Sudah pasti ia akan bahagia, tak hanya tampan dan kaya, akan tetapi, sifatnya yang dingin dan terkesan cuek, membuat Nurma semakin tergila-gila dengan pewaris tunggal itu.
"Nur, kenapa kamu senyum senyum sendiri seperti itu? tanya Ajeng pada Nurma.
Ajeng merupakan pembantu rumah tangga, sama seperti Nurma, akan tetapi Ajeng baru bekerja di rumah ini sekitar dua bulan yang lalu.
Ajeng berumur lebih tua dari Nurma, ia berusia 18 tahun.
Sebenarnya Nyonya Raline dan Tuan Hamdan memperkerjakan total 20 pembantu di rumah ini.
Setiap pembantu memiliki tugas masing-masing yang sudah di bagi oleh nyonya Raline.
Namun, untuk urusan Fawwaz dan keluarganya, beliau lebih mempercayakan pada Nurma dan ibundanya.
"Kepo deh kamu" jawab Nurma pada Ajeng.
"Sudah, yuk kita tata makanan di atas meja makan! Nyonya Raline meminta kita menghidangkan makanan yang paling lezat untuk tuan Fawwaz" kata Ajeng pada Nurma.
"Baiklah, demi pujaan hatiku" ujar Nurma tanpa sengaja.
"Apa, Nur?" tanya Ajeng yang tak mendengar begitu jelas ucapan Nurma.
"Tidak ada, yuk kita lanjutkan tugas kita" kata Nurma.
Untung saja Ajeng tak mendengar ucapannya, kalau tidak, entah apa yang akan terjadi padanya dan ibundanya.
Andai kata Ajeng mendengarnya, bisa saja Ajeng menceritakan tentang perasaannya pada Nyonya Raline.
***
Ruang makan.
Nurma, ibundanya serta dua pembantu yang lainnya sedang menyiapkan hidangan makan malam.
Berbagai makanan khas Timur Tengah tersaji di meja makan, diantaranya ada Nasi Mandhi, Falafel sejenis sup yang terbuat dari kacang, Waraq Enab yaitu makanan yang terbuat dari beras di campur daging cincang kemudian di bungkus dengan daun anggur.
Tak lupa, kunafa sebagai makanan penutup juga tersaji diatas meja makan yang berlapis emas itu.
"Siapa yang akan menghabiskan makanan sebanyak ini?" bisik Ajeng pada Nurma.
"Tentu saja tuan Fawwaz" jawab Nurma dengan senyuman manis. Terlihat pipinya yang ranum menjadi kemerahan saat ia menyebut nama Fawwaz.
"Tuan Fawwaz sangat tampan, ya" ujar Ajeng, pembantu baru itu pada Nurma.
"Kau suka Tuan Fawwaz, Jeng?" desak Nurma pada Ajeng.
"Siapa sih yang tidak suka dengan Tuan Fawwaz, tampan, kaya dan misalkan saja aku dijadikan istri oleh Tuan Fawwaz, bahkan menjadi istri ke dua, tiga atau pun ke empat aku bersedia" celoteh Ajeng sembari menata meja makan.
"Tetapi aku masih sadar diri, Nur! Tuan Fawwaz tak sepadan denganku, pasti banyak sekali wanita di luar sana yang sepadan dengan dia dan mau dengannya" tutur Ajeng dengan wajah sedih.
Nurma teringat dengan dirinya, dia yang selalu mengagumi dan mencintai Tuan Fawwaz terkadang seperti tak tau diri, kadang ia seakan lupa posisinya di rumah ini.
"Kalau jodoh tidak akan tertukar, Jeng!" kata Nurma untuk menghibur diri.
"Tapi yang aku lihat, keluarga keturunan Arab biasanya di jodohkan, ya mungkin saja tuan Fawwaz juga akan di jodohkan" kata Ajeng.
Benar juga, memang kebanyakan keluarga keturunan Arab akan di jodohkan dengan kerabatnya sendiri.
Tapi, Tuan Hamdan dan Nyonya Raline saja contohnya, Tuan Hamdan berasal dari Dubai, sedangkan Nyonya Raline berasal dari Jakarta Indonesia. Toh mereka pun akhirnya menikah, jadi jika memang jodoh, tak akan melewatkan kita, pikir Nurma.
Jam menunjukkan pukul tujuh malam, Fawwaz juga sudah turun dari kamarnya.
Terlihat pemuda tampan itu memakai kaos warna hitam di padun dengan jeans berwarna biru tua, tentu saja meskipun terlihat sederhana tetapi harganya sangat mahal.
"Fawwaz, duduk di samping Mama!" perintah nyonya Raline pada putranya itu.
"Baik, Ma!" jawabnya.
"Nur, tolong hidangkan makanan untuk Fawwaz!" perintah nyonya Raline pada Nurma.
"Baik, Nyonya" Nurma segera menawarkan makanan pada Fawwaz, ia juga mengambilkan semua makanan kesukaan pujaan hatinya itu.
Tetapi tiba-tiba ketika ia akan menuangkan jus jeruk ke dalam gelas Fawwaz, tangannya bergetar, badannya panas dingin, jantungnya berdetak kencang, rasanya tidak karuan.
Ia berada sangat dekat dengan Fawwaz, yaitu hanya berjarak dua jengkal.
Tatkala ia menuangkan jus, ia tak berkonsentrasi, pandangannya tercuri pada wajah Fawwaz yang indah, brewok yang tertapi rapi, semakin membuat jantungnya dag dig dug.
Ia tak sadar, gelas jus milik Fawwaz meluber tumpah kemana-mana.
"Stop!" kata Fawwaz. Ia menatap mata Nurma dengan tajam.
Akan tetapi Nurma masih terperanjat dengan keelokan wajahnya.
"Saya bilang stop!" ujar Fawwaz untuk ke dua kalinya.
"M-maaf tuan, biar saya ambilkan lap untuk mengelap meja ini" izin Nurma.
"Mata kamu, kamu taruh mana?!" kata Fawwaz ketus.
"Sudahlah, Nak! mungkin Nurma tak sengaja" bela Nyonya Raline.
"Dari tadi pagi, Mama menyuruhnya untuk melakukan berbagai pekerjaan rumah, mungkin saja ia capek makanya tidak fokus" terang nyonya Raline pada putranya itu.
Namun, jelas sekali Fawwaz merasakan jika Nurma memang sedang tertarik padanya.
Terlihat sekali dari sorot dan binar binar matanya, ketika ia bertatapan dengan Nurma.
Ini bukan pertama kali bagi Fawwaz melihat wanita tak fokus melihat dirinya.
Banyak wanita-wanita di Dubai dan di berbagai negara yang pernah ia kunjungi, selalu mengalami hal yang sama ketika menatap dirinya.
"Nurma, kami boleh istirahat di kamar sekarang" kata Nyonya Raline.
"Baik, Nyonya!" jawab Nurma.
Nurma pun pergi kembali ke kamarnya untuk beristirahat, sedangkan Nyonya Raline, Tuan Hamdan serta Tuan Fawwaz melanjutkan menyantap makan malam mereka.
Setelah selesai, Tuan Hamdan dan Nyonya Raline menyampaikan maksudnya pada Fawwaz.
Mereka berencana untuk menjodohkan Fawwaz dengan anak sahabat Tuan Hamdan, namanya adalah Alycia Debora Bosch.
Tuan Hamdan dan Nyonya Raline menunjukkan foto foto Alycia pada Hamdan.
"Fawwaz tidak berminat dengan wanita ini" katanya.
"Alycia itu wanita cerdas, baik, cantik serta berpendidikan tinggi, dia baru saja lulusan dari universitas ternama di Amerika" jelas Tuan Hamdan pada Fawwaz.
"Bukankah dahulu, kamu sendiri yang ingin memiliki istri yang cerdas yang bisa menjadi ibu untuk anak-anak kamu?" tanya Nyonya Raline pada Fawwaz.