"Fawwaz, hari ini kamu ikut mama, ya!" ujar nyonya Raline pada putra semata wayangnya itu.
"Kemana?" tanya Fawwaz dengan singkat.
Mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh putranya itu, nyonya Raline hanya tersenyum dan berkata, "nanti juga kamu akan tau, kita akan bertemu dengan orang spesial".
Fawwaz tak bisa berbuat apa-apa, meskipun ia terkenal sebagai laki laki yang cuek, tak peduli dan dingin seperti kulkas sepuluh pintu, namun, sebagai anak, ia tetap menghormati dan perhatian dengan sang mama.
Apapun yang mamanya katakan, ia selalu mengiyakannya. Walaupun terkadang permintaan itu tak sesuai dengan keinginan dirinya.
"Baba hubungi mas Andi dahulu, ya! nanti kalian bawa dua bodyguard untuk berjaga jaga" kata tuan Hamdan pada istri dan anaknya.
"Tidak perlu, Fawwaz yang akan menjaga mama" ujar Fawwaz.
Sebagai seorang anak semata wayang serta anak laki laki satu satunya, ia bertanggung jawab untuk menjaga dan melindungi keluarganya, terutama terhadap ibundanya.
Fawwaz berpikir, terkadang ayahnya terlalu berlebihan.
Sebenarnya ia tak suka jika kemana mana selalu diikuti dengan bodygurd yang menjaganya.
Ia lebih suka pergi sendiri.
Namun, menurut tuan Hamdan, bodyguard amatlah penting, hal itu karena sebagai seorang pebisnis, mereka memiliki banyak pesaing yang tak suka dengan keluarganya.
Mereka tak segan-segan berlaku buruk atau bahkan mereka tak segan segan untuk melukai tuan Hamdan beserta keluarganya.
"Bawalah bodyguard, Nak!" bujuk tuan Hamdan pada anaknya.
"Tidak!" jawab Fawwaz.
"Fawwaz yang akan menjaga mama, tidakkah Baba percaya dan yakin jika Fawwaz dapat melindungi Mama?" tanya Fawwaz pada tuan Hamdan.
"Baiklah, Nak! Baba akan membiarkan kalian pergi tanpa bodyguard" katanya menyetujui keinginan putranya.
"Sebentar, mama ingin mengajak Nurma" ujar nyonya Raline.
Kenapa ibundanya suka sekali dengan gadis itu?, gadis masih bau kencur yang selalu membuat masalah, batin Fawwaz dalam hati.
Namun, karena ia menginginkan ibundanya senang, maka Fawwaz membiarkan ibundanya mengajak asisten rumah tangganya itu.
***
"Kita ke mall ya, Nak!" jelas pada Fawwaz yang bertindak sebagai sopir mereka hari ini.
Fawwaz terlihat memakai kaos putih santai dipadukan dengan celana jeans berwarna hitam.
Ia juga memakai topi hitam serta kacamata hitam untuk melengkapi tampilannya.
Sungguh hari ini, Fawwaz terlihat sangat tampan dan menawan.
Nurma yang duduk di samping nyonya Raline, sesekali ia melihat tuan muda itu, tanpa berkedip sedikitpun.
Ia membayangkan betapa bahagianya jikalau ia dapat memiliki tuannya itu.
Ia membayangkan pernikahan yang istimewa dengan Fawwaz, namun, seperti biasa, saat ia tersadar, ia hanya bisa kecewa karena menyadari ketidaksetaraan kelas sosial antara dirinya dengan Fawwaz.
"Nur, nanti kamu ikut saya, ya! kamu bawakan belanjaan saya!" kata nyonya Raline.
"Baik, Nyonya!" jawab Nurma singkat.
Sepanjang perjalanan, sesekali Nurma melihat kearah kaca depan yang ada di dalam mobil
Ia memandang Fawwaz yang sedang fokus mengemudikan kendaraan yang sedang mereka tumpangi.
"Tampan sekali!" kata yang terucap dari mulut Nurma secara tak sengaja.
Mendengar perkataan itu, Fawwaz yang sedang fokus mengemudi, tiba-tiba menoleh ke arah kaca yang mengarah ke kursi belakang.
Ia mendapati Nurma sedang memperhatikan dirinya sejak tadi.
Menyadari hal itu, Nurma langsung memalingkan wajahnya dan pura-pura memainkan jarinya.
Wajahnya tertunduk, seakan tak peduli dengan Fawwaz.
***
Di mall.
"Mama ingin berbelanja untuk kamu" jelas nyonya Raline pada Fawwaz, putra yang sangat ia sayangi.
"Nurma, kamu ikut saya belanja" ajak nyonya Raline.
Gadis muda itu terlihat sangat gugup ketika berada di mall yang cukup elit itu.
Seumur hidupnya, ia baru kali ini diajak berbelanja ke mall.
Biasanya nyonya Raline selalu pergi ke mall dengan tuan Hamdan serta bodyguard mereka.
Entah mengapa hari ini beliau mengajaknya, apalagi bersama tuan Fawwaz juga.
Sungguh kesempatan yang tak akan di sia-siakan oleh Nurma.
"Mama silahkan belanja sepuasnya, nanti saya yang akan bayar" ujar Fawwaz.
"Baiklah, Nurma, ikuti saya!" katanya sambil berjalan ke arah penjual pakaian wanita yang branded.
Mereka memasuki toko pakaian wanita.
Terlihat banyak sekali pakaian yang tersusun dengan rapi.
Mulai dari atasan, bawahan, one set dan sebagainya.
Nyonya Raline memilih beberapa baju wanita dengan model masa kini.
"Apakah Mama akan memakai baju seperti ini?" tanya Fawwaz yang keheranan ketika melihat ibundanya.
Penyebabnya, nyonya Raline memilih pakaian wanita untuk usia sekitaran 20 tahunan.
"Tentu tidak" jawab nyonya Raline sambil tertawa melihat kebingungan putranya itu.
"Mama membelikan ini untuk Alyce, calon menantu mama" jelasnya.
Nurma yang mendengar perkataan nyonya Raline terlihat murung, lagi dan lagi ia sadar jika apa yang ia impikan tak akan pernah terwujud.
"Nur, kamu juga boleh memilih baju untuk dirimu sendiri, nanti biar Fawwaz yang bayar" ucap nyonya Raline pada Nurma.
"Tidak perlu nyonya, saya cukup beli baju dari pasar saja" kata Nurma.
"Apa kamu tidak suka dengan model baju di toko ini?" tanya nyonya Raline.
"Bukan seperti itu, maksud saya baju di toko ini benar-benar mahal semua, sayang sekali jika tuan dan nyonya membelikan baju mahal untuk seorang pembantu seperti saya" jawab Nurma dengan senyuman yang tipis.
"Jangan berkata seperti itu, kamu sudah saya anggap seperti anak saya sendiri, kamu dan ibu kamu sudah bekerja dengan baik selama ini pada keluarga kami" terang nyonya Raline pada Nurma.
"Pilih baju yang kamu suka" tambah nyonya Raline.
"Baiklah Nyonya" kata Nurma menyetujui perkataan nyonya Raline.
Nurma memilih baju yang tersusun rapi di toko itu.
Ia tertarik dengan gaun cantik berwarna pastel.
Namun, sebelum memutuskan untuk membelinya, ia melihat harga yang tertera di atas label harga.
Ia terkejut ketika mengetahui harga baju itu tiga juta sembilan ratus lima puluh rupiah.
"Wah, mahal sekali" ucap Nurma terkejut.
"Ada apa, Nur?" tanya majikannya pada Nurma.
"Saya tidak perlu dibelikan baju di sini Nyonya, harganya tidak masuk akal" jawab Nurma dengan polos.
"Beli saja! turuti permintaan mama saya" ucap Fawwaz.
Pria terlihat dingin itu ternyata sangat menyayangi ibundanya.
Apapun yang ibundanya katakan, ia akan menyetujuinya.
Walaupun ia harus mengeluarkan uang yang sangat banyak, baginya itu tak cukup dengan pengorbanan ibundanya yang telah mengandung, melahirkan bertaruh nyawa, serta membesarkan dan mendidik dirinya.
"Benar, beli saja!" kata Nyonya Raline.
Nurma pun mengambil pakaian berwarna pastel itu.
Pakaian panjang dengan ikat pinggang di sekitar perut serta berhiaskan manik manik kerlap kerlip di bagian lengan serta bagian bawah.
Ia juga mendapatkan pashmina dengan warna senada.
Meskipun Nurma belum memakai hijab, namun, suatu hari nanti ia berkeinginan untuk memakainya.
Sebab itulah ia memilih pakaian panjang beserta pashmina itu.
Ia mencoba pakaian yang di pilihnya di ruang fitting baju.
"Bagaimana nyonya? apakah ini bagus dan cocok untuk saya?" tanya Nurma.
Sontak penampilannya yang dibalut dengan baju muslim serta memakai pashmina, membuat nyonya Raline serta Fawwaz terpesona.
Namun, Fawwaz tetap menjaga dirinya agar tak terlihat takjub dengan kecantikan Nurma, sang asisten rumah tangga itu.