Chereads / Berjodoh dengan CEO Tampan / Chapter 9 - Seperti sebuah mimpi

Chapter 9 - Seperti sebuah mimpi

Breaking News.

"Pemirsa, seorang putra tunggal dari keluarga konglomerat sekaligus pengusaha terkaya di Indonesia yaitu Fawwaz Hamdan Abbasy telah mengalami kecelakan di ruas jalan Tanah Tinggi, Jakarta Pusat."

"Demikian breaking news kali ini, saya Aliana Wijaya melaporkan dari tempat kejadian."

"T-tidak mungkin, Fawwaz..!." teriak Nyonya Raline.

Tubuhnya tiba-tiba menjadi lemas tak berdaya.

Siaran berita nasional itu membuat nyonya Raline cemas, gelisah dan tak tenang.

Air matanya tumpah, ia segera mengambil ponselnya dan berniat untuk menelepon sang suami yaitu Tuan Hamdan.

"Baba.. Fawwaz...." suara Nyonya Raline yang terisak.

"Iya, Ma! tadi Baba di hubungi pihak kepolisian, katanya Fawwaz mengalami kecelakaan di daerah Jakarta Pusat." jelas Tuan Hamdan.

"Ini Baba segera meluncur ke Rumah Sakit Dr. Setiobudi untuk melihat kondisi Fawwaz, Mama tenang saja, semoga Fawwaz tidak kenapa-kenapa." Tuan Hamdan berusaha menenangkan istrinya.

Tuan Hamdan pun mengakhiri panggilannya.

Sebagai seorang ibu, tentu saja Nyonya Raline tak bisa tenang dan menunggu kabar tentang Fawwaz dari rumah.

Ia bermaksud pergi ke Rumah Sakit untuk memastikan keadaan putra kesayangannya itu.

"Nyonya persiapan untuk nanti sore sudah selesai semua." kata Nurma yang tiba-tiba datang menghampiri Nyonya Raline.

"Nyonya ada..." ucap Nurma.

"Acaranya batal saja, Nur! saya mau ke Rumah Sakit." kata Nyonya Raline dengan mata sembab karena menangis.

"Ayo, kamu ikut saya! barangkali nanti saya butuh kamu." Nyonya Raline menarik tangan Nurma agar ikut dengannya.

"T-tapi, Nyonya..."

"Fawwaz kecelakaan, baru saja saya lihat beritanya di TV dan juga suami saya telepon tadi." jelas Nyonya Raline.

Rasanya hati Nurma menjadi tak karuan saat mendengar berita itu.

Pria tampan yang ia puja itu kecelakaan.

Hatinya menjadi gelisah, Nurma khawatir terjadi sesuatu yang tak di inginkan.

Tanpa di sadari, air mata gadis berusia tujuh belas tahun itu menetes membasahi pipinya.

"Nur! Ayo ikut saya!." ucap Nyonya Raline.

Ia pun ikut pergi ke Rumah Sakit bersama Nyonya Nurma.

***

"Mas Andi, agak cepat sedikit! saya terburu-buru." perintah Nyonya Raline pada sopir pribadinya itu.

"Baik, Nyonya!." jawab Mas Andi.

"Nur! Fawwaz pasti baik-baik saja, kan?" ucap Nyonya Raline.

Tangisnya tak henti-henti membasahi pipinya.

Wajar saja jika seorang ibu sangat khawatir dengan keadaan anaknya.

"Iya, Nyonya! Tuan Fawwaz pria yang kuat, dia akan baik-baik saja." hibur Nurma untuk menenangkan majikannya itu.

Setelah perjalanan sekitar dua puluh lima menit, akhirnya mereka sampai di Rumah Sakit Dr. Setiobudi.

Terlihat di depan Rumah Sakit itu, sudah nampak banyak wartawan yang akan meliput berita kecelakaan Fawwaz, sang CEO muda serta pewaris tunggal dari perusahaan tambang minyak milik keluarganya.

"Nyonya Raline, boleh minta waktunya sebentar untuk wawancara?." tanya seorang wartawan yang menghampirinya.

Dengan cekatan, Nurma menjaga majikannya itu dari kerumunan wartawan.

"Maaf, Mbak! Nanti saja, ya!." kata Nurma pada para wartawan itu.

Nyonya Raline dan Nurma pun berhasil terhindar dari kerumunan wartawan.

Dengan terburu-buru, Nyonya Raline dan Nurma menuju ke bagian resepsionis.

"Sus, atas nama Fawwaz Hamdan Abbasy, korban kecelakaan." kata Nyonya Raline pada suster yang berjaga.

"Baik, Bu!." kata suster tersebut.

"Pasien atas nama Fawwaz Hamdan Abbasy sedang berada di IGD, Bu! Beliau banyak kehilangan darah dan sekarang sedang di tangani oleh dokter." jelas suster itu.

Badan Nyonya Raline semakin lemas, putra semata wayangnya sedang berjuang di IGD.

Ia takut terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.

Pikirannya mulai tak terkontrol, ia takut kehilangan putra satu-satunya itu.

Nurma yang berada di sampingnya juga ikut menangis.

Ia memeluk Nyonya Raline dan berusaha untuk menenangkan majikannya itu.

Seperti Nyonya Raline, Nurma pun sebenarnya juga tak tenang mendengar penjelasan suster tersebut.

"Kita percaya sama Allah, Tuan Fawwaz orang yang kuat dan akan pulih seperti sedia kala." kata Nurma sambil memeluk Nyonya Raline.

***

Terdengar suara beberapa dokter yang sedang menangani Tuan Fawwaz di ruang IGD.

Sementara Nurma terbayang-bayang dengan kemungkinan yang tak terduga.

"Ma! Nurma!" panggil Tuan Hamdan yang menghampiri Nurma dan Nyonya Raline.

"Fawwaz..! Fawwaz lagi di IGD" kata Nyonya Raline sambil terisak menahan tangisnya.

Tuan Hamdan yang baru tiba di Rumah Sakit pun ikut merasa gelisah dan tak karuan.

"Baba! Fawwaz tidak akan kenapa-kenapa, kan?" ujar Nyonya Raline yang terus berusaha meyakinkan dirinya sendiri agar tidak berpikir buruk tentang keadaan putranya.

"Inshaa Allah, semoga Allah melindungi Fawwaz, semoga ia sembuh dan pulih kembali" kata Tuan Hamdan sambil memeluk istrinya itu.

Sedangkan Nurma, ia pun ikut meneteskan air mata.

Tuan Hamdan, Nyonya Raline serta Nurma menunggu kabar dari para dokter di depan ruang IGD.

Mereka sedang harap-harap cemas.

***

Seorang dokter keluar dari ruang IGD dengan wajah yang sedih.

Melihat mimik wajah sang dokter, Nurma, Tuan Hamdan serta Nyonya Raline merasa takut.

Takut sesuatu yang buruk terjadi pada Fawwaz.

"Dengan keluarga Tuan Fawwa?" tanya dokter.

"Saya Mamanya, Dok," kata Nyonya Raline.

"Saya Babanya, Dok!," sahut Tuan Hamdan.

"Bagaimana keadaan anak saya, Dok,!" tanya Tuan Hamdan dan Nyonya Raline.

Dokter hanya menunduk dan menggelengkan kepalanya.

"Ada apa dengan anak saya, Dok!" tanya Nyonya Raline.

"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin..."kata dokter itu.

"Maksud Dokter?," potong Tuan Hamdan.

"Kami tak bisa menyelamatkan putra bapak dan ibu, Tuan Fawwaz meningga dunia karena banyak kehabisan darah akibat kecelakaan tersebut." jelas dokter tersebut.

Mendengar berita itu, tangis Nyonya Raline semakin pecah.

Ia histeris dan tak menyangka bahwa putra yang ia sayangi meninggalkan dirinya secepat ini.

Tuan Hamdan berusaha menenangkan istrinya.

"Kami turut berbela sungkawa atas kematian putra ibu dan bapak, ya! Semoga pihak keluarga yang di tinggalkan di berikan ketabahan, saya permisi dahulu," kata dokter yang menangani Fawwaz.

"Dokter! anak saya pasti selamat kan? dia anak saya satu-satunya, Dok!" kata Nyonya Raline.

"Tolong selamatkan anak saya, Dok! berikan dia perawatan yang terbaik, berapapun akan saya bayar untuk kesembuhan anak saya, tolong, Dok!" kata Nyonya Raline.

"Maaf ibu, kami tidak bisa melakukan hal itu, karena hidup dan mati seseorang dalam kuasa Allah, kami sebagai dokter hanya bisa berusaha," kata dokter itu.

Karena terlalu kaget, akhirnya nyonya Raline tak sadarkan diri.

Badannya lemas tak berdaya, kesedihan yang ia rasakan begitu perih dan menyayat hati.

Anak kesayangannya, anak satu-satunya harus ia ikhlaskan untuk pergi selama lamanya menuju keabadian.

Kini tak ada Fawwaz yang dingin, cuek dan kharismatik.

Laki laki tampan itu telah pulang kepada sang penciptanya.

Duka dan tangis keluarga menyertai kepergiannya menuju alam keabadian.

Kecelakaan maut itu telah memisahkan dirinya dari ayah dan ibundanya.

"Nur!." panggil Tuan Hamdan pada Nurma.

Namun, Nurma tak menjawab seruan Tuan Hamdan.

"Nur!" ulang Tuan Hamdan untuk memanggil Nurma.

Namun gadis itu tak kunjung mendengarkan seruan dari majikannya itu.