Tuan Hamdan mengantar Nurma menuju ruang pemeriksaan.
Dokter pun memeriksa kesehatan Nurma sebelum mendonorkan darahnya untuk Fawwaz.
Tak membutuhkan waktu lama, sekitar tiga jam setelah melakukan pemeriksaan, hasilnya pun keluar.
Nurma di nyatakan sehat serta bebas dari penyakit, sehingga ia dapat mendonorkan darahnya untuk Fawwaz.
Tuan Hamdan dan Nyonya Raline merasa senang karena anaknya segera mendapatkan darah yang di butuhkan.
"Terima kasih, Nurma! kamu boleh meminta apapun kepada kami" kata Nyonya Raline.
"Mobil? atau rumah? kami akan memberikan untukmu" ujar Tuan Hamdan.
Harta tidaklah menjadi masalah bagi konglomerat itu, membeli mobil ataupun rumah adalah hal yang mudah bagi mereka.
"Jika saja saya memiliki permintaan, saya akan meminta Tuan dan Nyonya menjodohkan saya dengan pujaan saya, yaitu tuan Fawwaz, namun, saya pun sadar diri kalau Tuan Fawwaz tidak cocok dengan saya" batin Nurma dalam hatinya.
"T-tidak Nyonya, Tuan! saya tidak menginginkan apa-apa" ujar Nurma.
***
"Nona Nurma, mari ikut saya ke ruangan, kami akan melakukan transfusi darah ke Tuan Fawwaz" kata seorang perawat pada Nurma.
"Baiklah, Sus!" Nurma menyetujui.
Sementara itu, Tuan Hamdan dan istrinya menunggu Fawwaz dari luar.
Sekarang Nurma berbaring di samping Fawwaz, ia melihat orang yang ia cintai terbaring lemah dan belum sadar dari kemarin.
Mungkin karena efek kecelakaan kemarin, jadi Fawwaz menjadi lemah tak berdaya.
Dokter mulai melakukan tugasnya untuk melakukan transfusi darah.
Setelah transfusi darah selesai, badan Nurma terasa lemas tak berdaya.
Ia tak kuat untuk bangun dari tempat tidurnya, ia terbaring di tempat tidur sembari memandangi wajah sang pujaan hati.
"Aku merasa senang bisa tidur di sampingmu, saat ini, aku merasa kita semakin dekat, aku menyukainya, tetapi, hatiku merasa pilu, karena engkau lemah tak berdaya" gumam Nurma.
"Ma..Baba.." tiba-tiba Fawwaz berbicara dengan suara lemah.
Tangannya bergerak sembari memanggil ke dua orang tuanya.
Nurma pun berteriak memanggil Dokter dan majikannya untuk melihat keadaan Fawwaz.
Tuan Hamdan, Nyonya Raline dan Dokter pun datang dan melihat Fawwaz.
Akhirnya setelah sehari tidak sadar, hari ini Fawwaz mulai sadar.
Laki-laki rupawan itu membuka matanya dan bertanya di mana ia berada sekarang.
"Ini di mana?" tanya Fawwaz.
"Kamu di Rumah Sakit, kemarin pagi, kamu mengalami kecelakaan tunggal di daerah Jakarta Pusat" jelas Tuan Hamdan pada putranya itu.
Fawwaz mulai menggerakkan anggota badannya.
Namun, Fawwaz tak bisa menggerakkan kakinya.
"Dok! kenapa saya tidak bisa menggerakkan kaki saya?" kata Fawwaz sembari berusaha menggerakkan kakinya.
Dokter memeriksa keadaan kaki Fawwaz, setelah di lakukan pemeriksaan ternyata kaki Fawwaz mengalami patah tulang atau di sebut fraktura akibat kecelakaan yang ia alami kemarin pagi.
"Kaki Tuan Fawwaz mengalami patah tulang." ucap dokter.
"Tapi, putra saya bisa jalan kan, Dok!" tanya Nyinga Raline khawatir.
"Lakukan apa saja untuk kesembuhan putra saya, Dok! Berapa pun akan saya bayar." pinta Tuan Hamdan pada dokter itu.
"Dalam kasus seperti ini, fraktura atau biasa di kenal dengan patah tulang bisa pulih seperti semula, tetapi membutuhkan waktu yang lama dan juga membutuhkan penanganan khusus" jelas dokter.
"Berapa lama, Dok!?." tanya Tuan Hamdan cemas.
"Tergantung beberapa faktor, bisa lambat dan bisa cepat, dan harus melakukan fisioterapi." jawab Dokter tersebut.
Padahal dua Minggu lagi, Fawwaz akan melangsungkan pernikahannya dengan Alycia.
Jika pernikahan itu batal, maka Fawwaz akan kehilangan seluruh harta serta perusahaan warisan dari keluarganya itu.
Sedangkan sangat sulit untuk bisa pulih kembali di waktu sesingkat itu.
Nyonya dan Tuan Fawwaz pun bingung serta pusing memikirkan hal tersebut.
***
"Kita bicarakan saja dengan Alycia, kita katakan kondisi Fawwaz, sehingga pernikahan tersebut akan tetap di gelar, namun ijab qabul saja dahulu" ucap Nyonya Raline pada suaminya.
"Mama benar, semoga saja calon besan kita mengerti dengan keadaan Fawwaz" kata Tuan Hamdan.
"Tuan Hamdan!" panggil Tuan Bosch yang tiba-tiba muncul.
"Bagaimana keadaan Fawwaz sekarang?" tanya Tuan Bosch yang juga ayahanda Alycia.
"Alhamdulillah, Fawwaz sudah sadar" jawab ayahanda Fawwaz.
Tuan Bosch bersyukur calon menantunya itu dalam keadaan baik-baik saja.
Itu artinya, pernikahan Fawwaz dengan Alycia bisa di gelar dalam waktu dekat, pikirnya.
"Saya ingin mengobrol sebentar dengan Tuan Bosch, boleh kita pergi ke Kafe sebentar untuk berbincang?" ucap Tuan Hamdan.
Tuan Bosch menyanggupi ajakan dari Tuan Hamdan.
Mereka berdua pun keluar menuju Kafe untuk berbincang.
Sedangkan Nyonya Raline menjaga Fawwaz dan Nurma yang masih lemah tak berdaya.
***
"Tuan Bosch, kecelakaan yang di alami oleh Fawwaz di luar kehendak kita" ucap tuan Hamdan memulai pembicaraan.
"Benar, tapi syukurlah Fawwaz tidak apa-apa" kata ayahanda Alycia.
Tuan Hamdan menghela napas panjang, kali ini ia akan menceritakan kondisi Fawwaz yang sebenarnya pada Tuan Bosch.
"Masalahnya adalah Fawwaz mengalami patah tulang, dan itu memerlukan waktu yang lama agar bisa pulih, saya ingin sekali pernikahan Fawwaz dan Alycia terjadi, tapi semua keputusan ada di tangan Alycia dan keluarga" ujar Tuan Hamdan.
"Maksudnya? Fawwaz tak akan bisa berjalan untuk waktu yang cukup lama?" tanya Tuan Hamdan.
"Benar, Fawwaz memerlukan perawatan beberapa bulan atau bahkan bisa satu tahun lebih" kata tuan Hamdan.
"Saya rasa, bagaimana kalau pernikahan putra putri kita, kita resmikan dahulu, maksud saya tanpa pesta sampai Fawwaz sembuh" jelas Tuan Hamdan.
"Lagi pula, putra putri kita belum saling mengenal, mungkin saja dengan keadaan Fawwaz yang seperti ini, membuat mereka semakin dekat karena Alycia bisa merawat Fawwaz yang tak bisa berjalan." kata Tuan Hamdan.
Niat hati menikahkan putrinya dengan Fawwaz, agar putri kesayangannya itu menjadi putri yang di layani oleh banyak pembantu.
Namun kenyataannya, putrinya harus merawat Fawwaz yang tak bisa berjalan.
"Nanti saya bicarakan dengan Alycia dan istrinya saya dahulu" kata Tuan Bosch.
"Karena yang menjalani rumah tangga adalah Alycia, jika Alycia setuju, maka saya dan istri saya pun akan setuju" jelas Tuan Bosch.
***
"Alycia, i will kill you, if you betray me!" sebuah pesan suara masuk ke ponsel milik Alycia. (Alycia, aku akan membunuhmu, jika kamu mengkhianatiku).
Alycia langsung menghapus pesan suara tersebut setelah ia mendengarkannya.
Namun, setelah ia menghapus pesan itu, sebuah pesan dari nomor yang sama pun masuk ke dalam ponselnya.
"I'm serious! I am not joking! If you do that, i will kill you, not only you, but also your parents" ancam orang tersebut. (Saya serius! Saya tidak becanda! Jika kamu melakukannya, aku akan membunuhmu, tidak hanya kamu, tetapi juga orang tuamu).
"Come to Cafe Mentari this night! I will not hurt you, If you don't come, i will come to your home." (Datanglah ke Kafe Mentari malam ini! Aku taka akan menyakitimu, jika kamu tidak datang, aku akan datang ke rumahmu).