"Nurma!." panggil Tuan Hamdan lebih keras.
Sontak saja ia tersadar dari lamunannya.
Tuan Fawwaz masih berada dalam ruang IGD, dokter yang menanganinya pun belum keluar sama sekali.
Syukurlah, ternyata Fawwaz masih hidup, pikir Nurma.
"Iya, Tuan!" jawab Nurma.
"Kamu dan Nyonya pulang saja, istirahat dulu, biar saya yang menjaga Fawwaz di sini." ujar Tuan Hamdan pada Nurma.
Tiba-tiba dokter keluar dari ruang IGD, Nurma, Tuan Hamdan beserta Nyonya Raline langsung menghampiri dokter tersebut untuk menanyakan keadaan Fawwaz.
"Dengan keluarganya Tuan Fawwaz!" kata dokter.
"Ya, dok, saya ayahnya" jawab Tuan Hamdan.
"Bagaimana keadaan anak saya, Dok!" tanya Nyonya Raline yang sedang harap harap cemas sejak tadi.
Sedangkan Nurma hanya berdiri di samping Nyonya Raline, ia mengelus-elus pundak Nyonya Raline sejak tadi.
Nurma hanya berusaha untuk menenangkan majikannya itu.
"Di karenakan kecelakaan, Tuan Fawwaz kehilangan banyak darah dan harus segera mendapatkan donor darah." jelas dokter tersebut.
"Ambil darah saya saja, Dok! golongan darah saya sama dengan Fawwaz." kata Tuan Hamdan pada dokter tersebut.
"Sebelum melakukan donor darah, kita periksa dahulu ya, Pak!" jelas dokter tersebut.
***
"Bu Ningsih, tadi di depan banyak wartawan, itu ada apa?" tanya Ajeng pada ibunda Nurma.
Ajeng yang baru saja pulang dari pasar kaget melihat rumah majikannya di penuhi wartawan yang ingin wawancara.
"Katanya tadi mau wawancara soal kecelakaan yang di alami Tuan Fawwaz, terus saya bilang saja kalau Tuan Fawwaz baik-baik malah mau menikah dengan Nona Alyce" kata Ajeng.
Mendengar pernyataan Ajeng tersebut, ibu Ningsih kaget, ia tak menyangka jika Ajeng bisa selancang itu membocorkan rencana pernikahan Tuan Fawwaz dan Nona Alycia.
"Tuan Fawwaz kecelakaan dan sekarang Nyonya, Tuan dan Nurma sedang di Rumah Sakit untuk melihat kondisinya." jelas ibu Ningsih.
"T-tapi, kamu kok bisa selancang itu, Jeng?" tanya ibu Ningsih pada Ajeng.
"Lancang bagaimana, Bu?" tanya Ajeng yang tak paham dengan perkataan ibu Ningsih.
Ibu Ningsih menjelaskan kepada Ajeng jika mereka tak boleh membocorkan rencana pernikahan Tuan Fawwaz dan Nona Alycia sampai hari H.
Namun, hari ini, Ajeng memberitau media tentang masalah itu.
"Soal rencana pernikahan Tuan Fawwaz dan Nona Alycia" jelas ibu Ningsih.
"Bukankah kabar baik harus di umumkan, Bu?" tanya Ajeng yang masih tak merasa jika dirinya sudah melakukan kesalahan.
"Hsst.. coba dengarkan beritanya" kata ibunda Nurma itu.
Breaking News
"Seorang CEO muda sekaligus pewaris tunggal Perusahaan tambang minyak PT. Abbasy Tambang Indonesia di kabarkan kecelakaan di ruas jalan Jakarta Pusat.
Selain itu, sebelum kecelakaan, Fawwaz Hamdan Abbasy di kabarkan akan melamar kekasihnya bernama Alycia Debora Bosch sore ini."
Sekilas berita yang di siarkan oleh TV nasional.
"Lihat! sudah masuk berita nasional, bukankah Nyonya dan Tuan sudah bilang untuk tidak membocorkan berita ini ke media? apa kamu sudah lupa?" kata ibu Ningsih yang kesal pada Ajeng.
"Lalu, saya harus bagaimana, Bu?" tanya Ajeng yang merasa kebingungan.
Ajeng takut, jika karena masalah ini, ia di pecat oleh Tuan Hamdan dan Nyonya Raline.
"Saya tidak ikut campur" kata ibu Ningsih.
***
"Apa-apaan ini? kenapa bisa sampai ke media rencana pernikahan Fawwaz dan Alycia?" kata Tuan Hamdan yang menyaksikan berita online dari notifikasi ponselnya.
"Ada apa, Tuan?" tanya Nurma pada Tuan Hamdan.
"Berita pernikahan Fawwaz dengan Alycia tersebar di media massa, padahal selama ini sudah kita tutup rapat, lantas siapa yang berani membocorkan masalah ini?" kata Tuan Hamdan yang sedikit emosi.
"Sudahlah, kita fokus dulu ke Fawwaz, Ba! kita tunggu Fawwaz sampai pulih baru kita pikirkan masalah itu." tutur Nyonya Raline pada suaminya.
Dari arah pintu masuk, seorang gadis cantik datang menuju ke tempat Nyonya Raline dan Tuan Hamdan.
Ia datang bersama dengan ibundanya.
Alycia melirik Nurma dengan sinis, ia bertanya-tanya bagaimana mungkin seorang pembantu seperti Nurma selalu ada bersama calon mertuanya itu.
"What's going on? I see in the news, Fawwaz got an accident this morning." ujar Alycia. (Ada apa? Aku lihat di berita, Fawwaz kecelakaan hari ini).
"Is he okay? I worry about him." tambahnya. (Apa dia baik baik saja? Aku khawatir dengan dia).
"Fawwaz kehilangan banyak darah, dia butuh donor darah" jelas Tuan Hamdan.
"Semoga ada orang baik yang mau mendonorkan darahnya untuk Fawwaz" kata Alycia.
"Golongan darah saya O, tapi saya ada gangguan hipotensi, jadi nggak bisa donor" tambahnya.
Alycia berpura-pura memiliki riwayat penyakit hipotensi agar tak di minta untuk mendonorkan darahnya untuk Fawwaz.
"I am so sorry to hear that, i hope Fawwaz better soon." kata Nyonya Debora. (Aku minta maaf mendengar berita ini, aku harap Fawwaz segera pulih).
"That's okay Mrs Debora and Alycia, just pray for Fawwaz, i will give my blood to Fawwaz, his blood type is AB, same with me." kata Tuan Hamdan. (Tidak masalah Nyonya Debora dan Alycia, doakan saja Fawwaz, saya akan memberikan darah saya untuk Fawwaz, golongan darahnya AB, sama dengan saya).
Setelah mengetahui keadaan Fawwaz, Alycia dan ibundanya berpamitan untuk pergi karena ada urusan mendadak.
Sebenarnya Alycia merasa cukup kesal dengan keberadaan Nurma.
Sejak kemarin, gadis bau kencur itu selalu dekat dengan keluarga Fawwaz.
"Bapak Hamdan, mari ikut saya ke ruang pemeriksaan" kata seorang perawat pada Tuan Hamdan.
Tuan Hamdan pun mengikuti perawat itu untuk ke ruang pemeriksaan.
Beliau akan di periksa, jika tak ada riwayat penyakit yang berbahaya, maka Tuan Hamdan di perkenankan untuk mendonorkan darahnya untuk Fawwaz.
Sedangkan Nyonya Raline dan Nurma masih menunggu Fawwaz di depan ruangan Fawwaz.
Nyonya Raline tak mau pulang sebelum Fawwaz sadar dan baik-baik saja.
Sedangkan Nurma, ia tak mungkin meninggalkan Nyonya Raline dan Tuan Hamdan sendirian di Rumah Sakit itu.
"Nyonya, saya belikan makan ya di kantin Rumah Sakit" tawar Nurma pada Nyonya Raline.
Nyonya Raline hanya menggelengkan kepalanya, ia berkata, "Bagaimana saya bisa makan sementara kondisi anak saya seperti ini, Nur?" ujar Nyonya Raline.
"Tapi jika Nyonya tidak makan, nanti Nyonya sakit, lantas siapa yang akan menjaga Tuan Fawwaz?" tutur Nurma pada majikannya itu.
Nurma berusaha membujuk majikannya itu untuk makan.
Karena ia melihat dari tadi pagi sampai sore ini, Nyonya Raline tak makan sedikit pun.
Ia hanya menangis dan khawatir dengan kondisi sang putra tercinta.
"Kalau Nurma mau makan, Nurma saja yang pergi ke kantin, saya mau jaga Fawwaz hingga dia sadar" Nyonya Raline tetap menolak.
"Ya sudah, saya mau beli makan dahulu ya, Nyonya! nanti saya bungkuskan untuk Nyonya dan Tuan Hamdan, barangkali Nyonya dan Tuan lapar" ucap Nurma pada Nyonya Raline.
Nurma bergegas menuju kantin Rumah Sakit untuk membeli makanan untuk majikannya.
Ia paham dalam situasi saat ini, majikannya tersebut pasti lupa makan.