Chereads / Berjodoh dengan CEO Tampan / Chapter 11 - Aku akan melebur bersamamu

Chapter 11 - Aku akan melebur bersamamu

"Bapak Hamdan!, hasil pemeriksaan bisa di ambil besok, ya!" kata dokter yang memeriksa kesehatan Tuan Hamdan.

"Baik, Dok! saya permisi dulu" Tuan Hamdan izin undur diri meninggalkan ruangan tersebut.

***

Jam menunjukkan pukul 6 sore, namun, sampai saat ini belum ada tanda-tanda bahwa Fawwaz akan sadar.

Lelaki tampan itu masih terbaring tak berdaya di ruang perawatan.

Nyonya Raline menunggu putranya itu di sebelahnya.

Tiba-tiba terdengar suara pintu dari luar ruangan Fawwaz.

Seorang laki laki datang menemui Nyonya Raline.

"Sebaiknya Mama dan Nurma pulang saja setelah ini, biar Baba yang menjaga Fawwaz di sini! besok baru kalian datang lagi" ujar Tuan Fawwaz pada istrinya.

"Nyonya, Tuan, ini saya bawakan makanan, silahkan di makan terlebih dahulu" kata Nurma yang tiba-tiba datang dari luar.

Gadis itu membawa makanan untuk sang majikan.

Ia tau jika Tuan Hamdan dan Nyonya Raline belum makan sama sekali semenjak tadi siang.

"Baiklah, tapi setelah ini kalian pulang saja, kalian istirahat di rumah" kata Tuan Hamdan.

"Tapi, ruangan ini cukup besar, ada sofa, kulkas dan TV juga, Mama bisa istirahat di sini" kata Nyonya Raline pada suaminya.

"Raline Sya'bana sayang!, turuti permintaanku" kata Tuan Hamdan.

Nyonya Raline pun menuruti permintaan Tuan Hamdan.

Setelah makan, beliau beserta Nurma pulang ke rumah untuk istirahat.

***

Sesampainya di rumah, ternyata wartawan masih menunggu keluarga Tuan Hamdan, mereka berusaha mengkonfirmasi tentang berita rencana pernikahan Fawwaz dan Alycia yang kemungkinan batal di laksanakan dalam waktu dekat.

Mengingat kondisi Fawwaz yang masih terbaring lemah di dalam rumah sakit.

"Nyonya Raline, minta waktunya sebentar, kami ingin wawancara" kata salah seorang wartawan yang melihat Nyonya Raline beserta Nurma turun dari mobil.

"Bagaimana kondisi Fawwaz Hamdan Abbasy sekarang?" tanya wartawan lain.

"Lalu apakah pernikahan Fawwaz dan Alycia tetap akan di gelar?" sahut wartawan lain.

"Doakan yang terbaik untuk putra saya ya, semoga Allah pulihkan dia segera" ujar Nyonya Raline.

"Karena sudah malam, saya persilahkan teman-teman wartawan untuk meninggalkan rumah saya, saya dan keluarga saya membutuhkan istirahat, terima kasih!" ujar Nyonya Raline.

Setelah memberikan pernyataan tersebut, Nyonya Raline dan Nurma masuk ke dalam rumah.

***

"Alyce heran dengan Nyonya Raline, bagaimana mungkin dia bisa sedekat itu dengan pembantu seperti Nurma?" kata Alycia.

"Don't think too much, now you've focus with Fawwaz" jelas ibundanya. (Jangan terlalu di pikir, sekarang kamu harus fokus dengan Fawwaz).

"Tapi, saya tidak suka jika pembantu itu dekat-dekat dengan calon mertua saya" keluh Alyce pada ibundanya.

Tiba-tiba ponsel Alycia berdering, sebuah panggilan masuk.

"Alycia angkat telepon dulu ya, Ma!" ujar Alycia.

Alycia pergi keluar rumah dan mengangkat telepon.

Ia berbicara dengan seseorang di telepon dengan berbisik bisik, supaya tak ada seorang pun yang mendengar pembicaraan mereka, termasuk sang ibunda.

"Alyce, telepon dari siapa?" tanya Nyonya Debora yang tiba-tiba menghampirinya.

"M-mama, bikin Alycia kaget saja" ujar perempuan berambut panjang itu.

"Don't make trouble again" peringat Nyonya Debora pada Alycia. (Jangan buat masalah lagi).

Sebuah mobil berwarna hitam masuk ke dalam halaman rumah Alycia.

Seorang laki laki berjas hitam dan berdasi rapi keluar dari mobilnya.

Laki laki itu turun dari mobilnya dan menghampiri Alycia dan Nyonya Debora.

"Kalian sudah tau kalau Fawwaz kecelakaan?" tanya Tuan Bosch pada Alycia dan Nyonya Debora.

"Tentu saja, Pi! kita juga udah jenguk Fawwaz tadi siang" ujar Alycia.

"Baguslah, bagaimana kondisinya?" tanya Tuan Bosch.

"Kurang baik, banyak kehilangan darah" jelas Nyonya Debora.

"Sebenarnya Papi mau ajak kalian jenguk Fawwaz besok pagi, akan tetapi ternyata kalian sudah menjenguknya, jadi mungkin besok Papi sendiri yang akan menjenguk calon mantu Papi itu." terang Tuan Bosch.

***

"Tuan Hamdan Abbasy! hasil laporan pemeriksaan kesehatannya sudah keluar dari kemarin, tolong segera di ambil" kata seorang perawat pada Tuan Hamdan.

"Baik, Sus!" ujar Tuan Hamdan.

Tuan Hamdan bergegas untuk mengambil hasil pemeriksaan yang telah ia lakukan kemarin.

"Tuan Hamdan, silakan masuk!" kata dokter yang memeriksa Tuan Hamdan.

Pengusaha tambang minyak itu masuk ke dalam ruangan dokter.

"Baik Tuan, ini hasil medical check up kemarin" kata dokter sambil menyerahkan hasilnya pada Tuan Hamdan.

Tuan Hamdan membuka hasilnya, di sana tertulis jika Tuan Hamdan mempunyai penyakit hipertensi, sehingga ia tak bisa mendonorkan darahnya untuk Fawwaz.

Dokter pun menjelaskan untuk mencari pendonor lain, karena persediaan darah di Rumah Sakit sedang kosong.

Dan juga Fawwaz harus segera mendapatkan darah agar kondisinya cepat stabil.

"Siang ini harus kita dapatkan pendonor itu ya! lebih cepat, lebih baik!" kata dokter tersebut.

***

"Baba, bagaimana? apa kata dokter?" tanya Nyonya Raline dan Nurma yang sudah berada di dalam ruang rawat inap untuk menunggu Fawwaz Hamdan Abbasy.

"Tidak bisa, karena Baba punya riwayat hipertensi" kata Tuan Hamdan dengan wajah sedih.

"Sedangkan kata dokter, siang ini Fawwaz harus segera mendapatkan donor darah" ujar Tuan Hamdan.

Mendengar hal tersebut, Nyonya Raline pun ikut sedih.

Pasalnya di Rumah Sakit, stok darah yang cocok untuk Fawwaz kosong.

Sedangkan beliau tak mungkin bisa mendonorkan darahnya, karena Nyonya Raline menderita gangguan hipotensi.

"Lantas bagaimana, Ba? Apa yang harus kita lakukan? Apa kita cari orang dan kasih uang dia sebagai ucapan terima kasih?" kata Nyonya Raline dengan wajah yang khawatir.

"Tak cukup waktu untuk mencari orang yang darahnya cocok dengan Fawwaz" ucap Tuan Hamdan.

Nurma pun berkata pada Tuan Hamdan dan Nyonya Raline, "Kalau boleh tau, golongan darah Tuan Fawwaz apa, Tuan?" tanya Nurma.

"Barangkali golongan darah saya cocok dengan tuan Fawwaz" tambahnya.

"Golongan darah Fawwaz memang langka, golongan darahnya adalah O Rhesus negatif" jelas tuan Hamdan.

"Kebetulan golongan darah saya juga O rhesus negatif, jika di izinkan, saya ingin mendonorkan darah saya untuk Tuan Fawwaz" ujar Nurma.

Mendengar perkataan Nurma itu, orang tua Fawwaz merasa lega, akhirnya ada seseorang yang golongan darahnya cocok dengan Fawwaz.

"Baiklah Nur! Terima kasih ya sudah mau bantu Fawwaz, setelah ini saya antarkan kamu untuk medical check up, sebelum melakukan donor darah" jelas Tuan Hamdan.

Nurma tersenyum dan menganggukkan kepalanya, tanda jika ia menyetujui apa yang di katakan oleh Tuan Hamdan.

Bagaimana mungkin Nurma akan membiarkan kekasih hatinya dalam keadaan bahaya?, bagaimana mungkin ia dapat tenang hatinya jika malapetaka akan melampaui pujaan hatinya?.

Takkanlah mungkin seorang pecinta membiarkan kekasihnya berada dalam penderitaan.

Meskipun ia tau, jika Fawwaz akan menjadi milik orang lain, namun, ia tak peduli.

Karena hakikatnya, seorang pecinta sejati, akan mencintai kekasih hatinya walaupun ia tak mendapatkan balasan cinta dari kekasihnya.

Melihat Fawwaz pulih dan bahagia sudah cukup untuk membuat Nurma bahagia.

Pecinta sejati akan selalu mencintai kekasihnya, walau dalam situasi apapun.

Karena pecinta sejati akan mencintai pujaan hatinya tanpa syarat.

Para pecinta sejati akan berkorban agar orang yang dicintainya bahagia, walaupun tak bersama dengan dirinya.