Chereads / Berjodoh dengan CEO Tampan / Chapter 15 - Malam pertama pernikahan

Chapter 15 - Malam pertama pernikahan

Tuan Bosch memberikan sebuah surat yang dilipat rapi pada Tuan Hamdan.

Surat yang di tulis oleh Alycia sebelum memutuskan untuk kabur di hari pernikahannya dengan Fawwaz.

"Daddy, Mommy! I am sorry! Alycia tidak bisa melakukan pernikahan dengan Fawwaz.

Sejujurnya, Alycia tak pernah cinta ataupun tertarik dengan CEO muda itu.

Namun, Mommy selalu memaksa Alycia untuk menerima perjodohan ini, kalau tidak, Mommy selalu mengancam Alycia untuk menyakiti pujaan hati Alycia yang bernama Justin.

Daddy! Mommy! Saat kalian membaca surat ini, Alycia dan Justin telah pergi jauh, kalian tak perlu mengkhawatirkan Alycia, karena Alycia akan baik baik saja dengan Justin.

Tolong sampaikan permintaan Alycia pada keluarga Tuan Hamdan, terutama pada Fawwaz.

Maafkan Alycia yang sudah mengecewakan Mommy dan Daddy!

Alycia sayang Daddy dan Mommy."

Tanda tangan, Alycia Debora Bosch.

Setelah membaca suray dari Alycia itu, Tuan Hamdan merasa dipermainkan oleh keluarga Tuan Bosch.

Hari ini, keluarga itu telah mempermalukan keluarga besarTuan Hamdan.

Meskipun berkali kali Tuan Bosch mengatakan permintaan maafnya, namun, Tuan Hamdan tetap tidak terima.

Ia menganggap Tuan Boclsch berkhianat terhadapnya.

"Saya pun tidak mengetahui jika Alycia memiliki pacar, jika saya tau dia terpaksa, saya tak akan memaksa dia untuk setuju dengan perjodohan ini" kata Tuan Bosch.

"Silahkan angkat kaki dari rumah saya!" ucap Tuan Hamdan dengan nada marah.

"Tapi Tuan, bagaimana hubungan kerja kita?" tanya Tuan Bosch pada Tuan Hamdan.

"Dengan ini saya Hamdan Abbasy selaku pemilik perusahaan Tambang Minyak Abbasy Company membatalkan seluruh kerja sama dengan perusahaan milik Tuan Bosch" ujar Tuan Hamdan.

"T-tapi, Tuan?" ujar Tuan Bosch.

"Pergi!!" Bentak Tuan Hamdan.

"Baba! Lantas bagaimana dengan kelanjutan pernikahan ini? tak mungkin kita membatalkannya, sedangkan hari ini tepat hari ulang tahun Fawwaz di mana warisan itu akan di berikan jika Fawwaz sudah sah menikah" ujar Nyonya Raline yang begitu khawatir.

"Lantas mau bagaimana?" kata Tuan Hamdan bingung.

Entah Nyonya Raline harus bahagia atau sedih, yang pasti, sejak pertama kali, ia ingin menjodohkan Nurma dengan Fawwaz.

Memang, Alycia adalah wanita yang berpendidikan tinggi, tapi, rasanya ia tak rela jika sang putra menikah dengan perempuan yang congkak itu.

Alycia begitu sombong dan tak peduli dengan sesama.

Kejadian ini, mungkin adalah kesempatannya untuk menjodohkan Nurma dengan Fawwaz, pikir Nyonya Raline.

Nyonya Raline pun mempunyai ide untuk menjadikan Nurma pengganti Alycia, Nurma akan ia nikahkan dengan putranya.

Lagipun Nurma adalah gadis yang baik hati dan rupawan pula.

Meskipun ia dan ibunya hanyalah seorang pembantu, namun, ini semua demi menyelamatkan keluarganya.

"Apa tidak ada ide yang lebih baik lagi?" tanya Tuan Hamdan.

"Ini satu satunya ide yang harus kita pilih, demi keluarga kita dan juga agar kita tidak malu dengan tamu undangan yang ada" jelas Nyonya Raline.

"Kenapa harus Nurma? Kita carikan wanita yang sederajat dengan kita saja" ujar Tuan Hamdan kurang setuju.

"Mencari wanita untuk menikah dengan Fawwaz dengan waktu kurang dari dua puluh empat jam? Bisakah kita mendapatkan wanita baik dalam waktu secepat itu?" ujar Nyonya Raline.

"Lagipun jikalau ada, sudah pasti mereka hanya ingin mengincar harta kita, beda dengan Nurma, kita sudah mengenal dia cukup lama, dia gadis yang baik" Tambah Nyonya Raline.

Sebenarnya Tuan Hamdan kurang setuju jika Fawwaz menikah dengan Nurma, karena beliau takut Nurma tak bisa mengimbangi Fawwaz.

Namun, setelah mempertimbangkan segalanya, akhirnya dengan berat hati ia menyetujui usulan sang istri.

"Kalau Fawwaz tak menikah hari ini, seluruh aset Abbasy Company akan lenyap, tolonglah demi masa depan Fawwaz" bujuk Nyonya Raline.

Tuan Hamdan pun menghela napas panjang dan berkata, "Baiklah, tetapi tanyakan dulu pada Nurma dan Ibu Ningsih" kata Tuan Hamdan.

"Baiklah" kata Nyonya Raline.

Nyonya Raline pun menghampiri Nurma yang tampak anggun memakai pakaian muslimah lengkap dengan pashmina cantik yang ia belikan kemarin.

"Nurma! boleh saya minta tolong?" tanya Nyonya Raline pada Nurma.

"Tentu saja boleh, Nyonya! Jika saya bisa bantu, dengan senang hati saya akan menolong Nyonya" jawab Nurma.

"Nurma sudah saya naggap seperti anak saya sendiri, bagaimana pendapat Nurma jika saya menikahkan Fawwaz dengan Nurma?" tanya Nyonya Raline.

Bak seperti ketiban bulan, Nurma terkejut mendengar perkataan majikannya itu.

Ia tak menyangka jika Nyonya Raline ingin menikahkannya dengan Tuan Fawwaz, sang pujaan hatinya.

"T-tapi Nyonya! Apakah Tuan Fawwaz akan setuju untuk menikah dengan saya?" tanya Nurma.

"Nurma tenang saja, Fawwaz tak akan melawan permintaan mamanya, tentu saja ia akan setuju apapun yang saya inginkan" ujar Nyonya Raline.

"Saya mohon, Nurma!" pinta Nyonya Raline pada Nurma.

Bagaimana mungkin Nurma akan menolak untuk menikah dengan Fawwaz, sedangkan Fawwaz adalah pujaan hatinya selama ini.

Nurma pun menerima permintaan Nyonya Raline dengan senang hati.

Nyonya Raline pun sudah meminta izin kepada ibunda Nurma yaitu ibu Ningsih.

Pada awalnya, ibu Ningsih ragu dengan permintaan Nyonya Raline, tetapi setelah beliau meyakinkan ibunda Nurma itu, akhirnya ibunda Nurma menerima permintaannya untuk menikahkan Fawwaz dengan Nurma.

Mungkin inilah yang disebut dengan takdir.

Setiap saat Nurma berdoa untuk bisa bersanding dan hidup bersama dengan Fawwaz.

Dan hari ini, akhirnya apa yang ia impikan itu terjadi, Allah mengabulkan semua doa doanya selama ini.

***

"Apa? Menikah dengan Nurma?" kata Fawwaz kaget.

"Kenapa? Dia wanita yang baik, mengapa tidak? Lagipun ini demi keluarga kita agar tidak malu akibat ulah keluarga Alycia" jelas Nyonya Raline.

"Apakah Fawwaz ingin Baba dan Mama menanggung malu karena batalnya pernikahan kamu? Media akan memberitakan masalah ini juga kan?" kata Nyonya Raline.

Mendengar pernyataan sang bunda, Fawwaz mau tidak mau harus menurut.

Akhirnya ia menyetujui permintaan sang bunda untuk menikah dengan Nurma.

***

Sebelum memulai ijab qabul, Fawwaz mengucapkan istighfar dan syahadat.

Yang bertindak sebagai wali untuk menikahkan adalah petugas KUA yang di tunjuk dan di setujui oleh ibunda Nurma, mengingat Ayahanda Nurma sudah tiada.

"Qabiltu zawajaha wa nikahaha bil mahri madzkur na'am, na'am, na'am" ucap Fawwaz dalam satu tarikan napas.

Akhirnya, kini Nurma sah menjadi istri Fawwaz.

Sungguh tak dapat di ungkapkan bagaimana perasaan Nurma kali ini.

Setelah selesai akad, Nurma bertemu dengan Fawwaz.

Ia mencium tangan CEO tampan itu dengan penuh hormat.

***

"Mujur benar nasib Nurma" batin Ajeng yang juga menyaksikan pernikahan temannya itu.

"Lah, Dek Nurma! Kenapa malah menikah dengan Tuan Fawwaz, huhu.." ucap Mas Andi yang juga menyukai Nurma.

"Sudah tampan, kaya, dari keluarga baik baik, aku kalah semuanya" celoteh mas Andi.

"Ya, sudah kamu menikah saja dengan Ajeng" sahut ibu Ningsih yang mendengar celoteh Ajeng dan Mas Andi.

Takdir memang tak ada yang mengetahui, semua sudah tertulis rapi di lauhul mahfudz.

Walaupun Nurma dan Fawwaz bagaikan langit dan bumi, namun, pada akhirnya takdir memihak mereka.

Mereka dipersatukan dalam ikatan pernikahan dengan cara yang tak disangka-sangka.

***

"Jadi, Nurma! Kamu telah sah menjadi istri Fawwas, sebagai seorang istri, kamu harus menemani Fawwaz dalam keadaan suka maupun duka" kata Tuan Hamdan.

"Inshaa Allah, Tuan! Saya akan berkhidmat pada Tuan Fawwaz" ujar Nurma.

Mendengar perkataan Nurma, Tuan Hamdan tersenyum seraya berkata, "Kamu sekarang adalah anak menantu saya, jadi, saya ingin kamu memanggil saya Baba dan memanggil istri saya Mama."

"Dan tak perlu kamu memanggil Fawwaz dengan panggilan Tuan, karena dia sekarang adalah suami kamu" tambah Nyonya Raline.

Nurma hanya menganggukkan kepalanya, sedangkan Fawwaz yang terdiam dan tak berkata apapun.

Entah apa yang sedang ia pikirkan, yang pasti memang sikap pria itu selalu dingin serta acuh tak acuh.

"Fawwaz, Nurma! Sekarang kalian cium tangan ibu Ningsih" pinta Nyonya Raline.

Mereka pun mencium tangan ibu Ningsih.

"Semoga Allah selalu meridhoi pernikahan kalian" kata Ibu Ningsih.

"Aamiin, Terima Kasih doanya, Ibu" ujar Nurma.

Sedangkan Fawwaz tak menjawab apapun.

Ia hanya tersenyum, tetapi nampaknya senyumnya adalah terpaksa.

***

Malam ini adalah malam pertama bagi Fawwaz dan Nurma.

Gadis berusia tujuh belas tahun itu merasa gugup, pasalnya ia tak mengetahui apapun tentang malam pertama.

Tak kehabisan akal, ia pun mengambil ponselnya dan mencari tau di internet apa yang seharusnya dilakukan olehnya saat malam pertama pernikahan.