Dipenuhi oleh rasa gemas yang memabukkan, Radit begitu kalap dan ia pun melucuti pakaiannya sendiri, lalu menindih Sarah yang tidak sadarkan diri.
"Satu kali saja di sini, Sayang ... selanjutnya aku akan bawa kamu ke suatu tempat yang pasti kamu sukai, hmm, indah sekali dirimu," desah Radit di telinga Sarah.
Radit terus menggerayangi tubuh mematung Sarah dengan buas, ia tidak ingin cepat berlalu menikmati setiap inci kulit halus yang kenyal dan ranum itu.
Kepalanya ditenggelamkan pada belahan dada sambil meremas-remas dengan kebingungan yang dalam, apakah saat ini ia harus memasuki raga gadis itu atau menikmati dulu seluruh tubuh itu dengan tangan dan bibirnya?
Ia telah siap menyatukan diri dengan Sarah sambil merasakan sensasi melayang yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
Susah payah ia mengangkat tubuhnya dan terduduk di atas pangkuan Sarah, sambil satu tangannya mempermainkan bulu-bulu halus pada pangkuan itu dengan mata nanar yang dipenuhi nafsu membara.
Sementara tangan satu lagi mengeluarkan bagian bawah tubuhnya yang berdenyut-denyut liar.
Radit benar-benar telah kehilangan kewarasannya, ia telah siap menghujam tubuh bagian bawah Sarah. Ia mengangkat pinggulnya sedikit lalu menarik kedua paha gadis itu agar membuka lebar dan ia pun mulai menelungkupkan diri sambil menciumi area dada Sarah dengan ganas.
Bokongnya bergerak-gerak mencari sasaran sambil menikmati kelembutan di bawah sana, tapi ia mendapat kesulitan karena pintu gerbang yang ditujunya entah berada di mana.
Namun, malang bagi Radit yang tidak menyadari kalau pintu ruang lounge telah dibuka dari luar dan seseorang masuk dengan gerakan cepat lalu memukul kepala Radit dengan gagang pistol di tangannya.
Tak ayal, Radit pun langsung ambruk di atas tubuh Sarah. Seseorang yang berada di belakang orang yang memukul kepala Radit muncul dan ia menyingkirkan tubuh telanjang Radit dari atas tubuh Sarah dengan kakinya.
Tampak Sarah yang tergolek tanpa busana membuat tenggorokan lelaki itu tercekat dan amarahnya bergulung-gulung seakan ingin meledak saat itu juga.
"Ke luar!" titahnya pada orang yang memegang pistol.
"Siap, Tuan!"
Lelaki yang tidak lain adalah Bayu, wajahnya kaku dengan rahang yang mengetat. Ia melihat kedatangan Sarah dengan teman wanitanya, saat itu juga perasaannya tidak enak, apa lagi setelah melihat teman wanita Sarah justru kembali dan duduk sendirian di lounge utama.
Ia pun menimbang-nimbang rasa tidak enak hatinya. Apakah karena rasa cemburu akibat ketidak pastian tujuan Sarah datang ke sana atau benar-benar karena indera keenamnya?
Namun, menit-menit berlalu dan Bayu merasa sangat gelisah hingga ia tidak mampu menahan dirinya lagi. Ia menghampiri pelayan yang mengantar Sarah ke ruang VIP setelah mendengar dengan jelas pelayan itu menyebutkan nama Raditya pada Sarah dan temannya.
Bayu membawa salah satu ajudannya ke ruang VIP A1 yang disebutkan oleh pelayan dan ia benar-benar tidak menduga sama sekali kalau Raditya tengah menggauli Sarah yang jelas-jelas sedang tidak sadarkan diri.
Ia menenangkan dirinya dari deburan hati yang demikian panas membara, pikirannya meyakini kalau Radit telah berhasil menyetubuhi Sarah dan ia pun marah pada dirinya sendiri karena terlambat bertindak akibat dari kebanyakan berpikir.
Ia menatap ganas pada Radit yang telanjang bulat. Lalu melirik Sarah yang mendadak membuat kepalanya sakit berdenyut-denyut.
Tangannya meraih celana dalam wanita, ia pun cepat-cepat memakaikannya pada Sarah sambil menahan diri dari nafsunya yang bergelora. Siapa lelaki yang akan tahan melihat tubuh Sarah yang ranum, dengan kulit mulus mengkilat?
Imajinasi pria mana pun akan terlontar ke atas awan begitu saja saat meliriknya sebelum menyadari keadaan sekitar. Begitulah kehebatan magnet dari pesona Sarah yang memabukkan.
Kedua tangan Bayu bergetar setelah berhasil memakaikan celana dalam, lalu ia meraih bra dan menunduk dalam-dalam sambil melihat tautan kancing di ujung bra.
Bayu beringsut, ia harus mengangkat tubuh Sarah, karenanya ia harus berada di belakang gadis itu lalu mengangkat bahunya dengan hati-hati sambil melemparkan tatapannya ke atap. Menolak untuk melihat Sarah secara langsung karena hanya akan membuat dirinya semakin kalang kabut.
Dengan upayanya yang luar biasa bersusah payah, Bayu akhirnya bisa mengaitkan ujung bra tanpa berani memasukkan tali bahu melalui tangan gadis itu.
Kemudian ia meraih gaun yang dipakai Sarah lalu mengenakannya, terakhir, ia menyampirkan jaket pada bagian depan tubuh Sarah sebelum mengangkat tubuh itu dengan kedua tangannya.
Bayu menggendong Sarah dan ia sempat menendang Radit dengan satu kakinya sebelum melangkah ke luar dari ruangan sambil memberi perintah pada anak buahnya, "Ambil semua pakaian Radit beserta dompetnya, ponsel, semuanya!"
Kemudian, ia menuju lift khusus paling ujung yang akan menuju langsung ke penthouse miliknya sambil geram pada Radit, bisa-bisanya berniat mesum di tempat usaha miliknya.
Lebih parah lagi, Radit melakukannya pada gadis yang sedang diincar olehnya.
Pintu lift terbuka, menyuguhkan pemandangan langsung ke ruang tamu yang luas dan mewah. Hanya saja ruangan tampak sedikit berdebu dan keheningan yang aneh karena sudah lama tidak ada orang datang ke sana.
"Kamar utama tolong diangkat penutup ranjangnya dan segera panggil dokter juga pelayan untuk membersihkan kamar," titah Bayu pada ajudan yang mendampinginya.
"Siap, Tuan." Ajudan itu bergerak cepat menaiki tangga yang melingkar, membuka pintu dan segera meraih penutup ranjang lalu melipatnya dengan cepat dan membawanya ke luar, sambil menelepon dokter pribadi dan memanggil pelayan.
Sarah direbahkan di atas kasur dengan hati-hati. Gadis itu belum juga siuman. Bayu berdiri mematung memperhatikan wajah Sarah yang ternyata bibirnya agak membiru, artinya, gadis itu mulai keracunan sesuatu.
Seketika lelaki gagah itu merasa panik. Ia merogoh telepon genggamnya yang berada di saku celana lalu menelepon dokter pribadinya.
"Di mana, Dok? Bisa cepat tidak? Emergency. Kalau masih lama, saya panggil dokter sini," ujar Bayu dengan suara was-was.
"Panggil dulu kalau darurat, Pak,' sahut suara di ujung telepon.
Bayu segera memutuskan panggilan lalu bergerak ke meja di seberangnya. Ia menelepon klinik dua puluh empat jam yang beroperasi di gedung pusat bisnis itu.
"Kirim dokter ke penthouse, bawa peralatan lengkap, pasien kemungkinan keracunan, segera!" pinta Bayu dengan nada terburu-buru. Ia tidak bisa menghilangkan kepanikannya.
Seorang pelayan wanita mengetuk pintu yang terbuka dan Bayu mengangguk padanya."Cepat bersihkan ruangan ini, baru kamar mandi," titah Bayu seraya duduk di pinggiran ranjang, menatap wajah Sarah yang pucat pasi.
"Apa yang dia lakukan padamu, Sarah?" tanya Bayu dalam gumanan.
Tidak lama, ajudan datang mengantar dokter dan seorang perawat yang menenteng tiang infus serta sebuah tas.
Bayu segera berdiri. "Langsung saja, Dok,' ujarnya memberi ruang pada dokter itu untuk memeriksa Sarah dengan melangkah ke luar dari kamar utama, mengajak ajudannya turun ke ruang keluarga.
"Gimana, si jahanam itu sudah siuman?" tanya Bayu.
"Belum ada tanda-tanda pergerakan dari dalam, Tuan," jawab ajudan itu.
"Panggil temannya yang tadi datang bareng, bawa ke sini gadis itu," titah Bayu lebih lanjut. Bagaimana pun, gadis itu harus tahu apa yang menimpa temannya.
Kemudian, ia menjatuhkan dirinya ke atas sofa besar, tubuh tinggi besarnya seakan tenggelam di atas sofa.
Sepuluh menit kemudian, lift terbuka dan dokter pribadinya yang ditunggu Bayu muncul. "Langsung ke atas," ujar Bayu tanpa bergerak dari tempat duduknya. Perasaannya masih tidak karuan.
Kembali pintu lift terbuka, kali ini ajudannya membawa masuk seorang gadis yang pada wajahnya penuh dengan tanda tanya.
"Duduk," titah Bayu dengan nada dingin dan tatapan menusuk.
"A-ada apa ya?" tanya Melly tampak kebingungan dan takut.
"Kamu yang mengsulkan Sarah menemui Radit?" tebak Bayu berdasarkan pengamatannya kalau Sarah tidak mau bertemu Radit, dan ia sangat jelas mengenai hal itu.
"Iya, Saya. Soalnya--." Ucapan Melly dipotong oleh Bayu. "Kamu tahu kalay Sarah diracuni sampai pingsan dan diperkosa oleh Radit?!" teriak Bayu seraya bangkit dari duduknya lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Melly.
"A-apa?!" Melly tampak terkejut dan seketika tubuhnya bergetar hebat.
"Teman macam apa yang menjerumuskan temannya sendiri, hah?!" teriak Bayu tepat di depan wajah Melly.
Lelaki itu tidak mampu mengontrol emosi dalam dirinya, karena ia merasa hatinya telah dihancurkan oleh Radit tepat di depan kepalanya sendiri.
"A-a-aku, a-aku ...," ucap Melly terbata dan ketakutan. Ia masih belum mampu mencerna apa yang diucapkan lelaki asing itu padanya.
Bayu melengos, lalu segera beranjak menuju lift. Ia butuh pelepasan emosinya. "Urus dia!" teriaknya pada ajudan agar mengurus gadis temannya Sarah tersebut.
Melly duduk mematung dengan bola mata membelalak dan jantung yang bertalu-talu. "Sa-sarah di mana?" gumamnya dengan sangat kebingungan.