"Aaaaaa..."
Teriakan Adel menggema di tengah malam, terkejut karena ada seseorang yang tidur 1 kasur bersamanya.
Klekk...byarrr...
Pintu kamar Adel langsung terbuka dan lampu kamar Adel menyala mengakhiri teriakan Adel. Ali yang baru saja tertidur pulas langsung bangun terkejut dan panik mendengar teriakan Adel dan lampu yang terang langsung menyadarakan rasa ngantuknya, "uppssshhh."
Semua mata keluarga Ali membulat tak percaya Ali berada di kamar Adel, apalagi Adel terlihat murka membuat Ali hanya bisa menunduk malu dan takut, " ngapain Bang Ali di kamar gua?" bentak Adel membuat Ali makin ketakutan, ia makin memeluk erat bantal gulingnya.
Sarji dan Iin juga terlihat murka. Sarji hampir saja melayangkan tinju ke wajah Ali, tetapi Aji langsung sigap memegangi tubuh Sarji.
"Sabar, sabar Beh! Kita dengarkan dulu penjelasan Bang Ali." Bujuk Aji menenangkan Sarji, perlahan murka Sarji menurun.
Mereka kini berada di ruang makan duduk berhadapan. Mereka semua duduk berbaris, sedangkan Ali duduk seorang diri. Ali seperti seorang tersangka kejahatan yang sedang disidang.
"Jelasin sekarang! Kenapa lu tidur di kamar Adel?" desak Iin emosi dan Ali tetap menunduk, sementara Adel terus memeluk Iin karena masih syok.
Ali makin ketakutan melihat wajah mereka yang masih penuh amarah, brakkkk...
Gabrakan Sarji makin membuat Ali ketakutan, rasanya ia ingin berlari, "Bang Ali, cepetan ngomong!" pinta Aji yang terlihat iba pada Ali.
"Ma.. maafkan aku," suara Ali bergetar, "aku kan perempuan, karena itu aku tidur di kamar Adel." Jelas Ali seperti hendak menangis.
Iin yang sedang memeluk Adel terkejut melihat mata Ali berkaca-kaca, "lu nangis?"
"Huaaa... hikss.. hikss.. bagaimana aku bisa tidur 1 kasur dengan laki-laki," Ali menangis seperti anak perempuan dan menunjuk Aji, "karena itulah aku tidur di kasur Adel, setidaknya aku bisa tidur nyenyak tanpa rasa takut. Aku tidak berniat buruk. Sumpah!" Ali mengakhiri tangisannya dengan mengusap air matanya.
Mereka semua langsung tersadar karena tubuh Ali masih dimasuki jiwa Nyi Ayu. Mendengar penjelasan Nyi Ayu, mata mereka langsung membulat dan mulut mereka terbuka semua. Bulatan mata mereka langsung normal, dan mulut mereka yang terbuka langsung tertutup lalu berubah menjadi meringis saat melihat Ali mengusap air matanya seperti seorang perempuan.
"Bang, lu tuh laki-laki," bentak Adel yang sudah lepas dari pelukan IIn. Ali langsung refleks mundur mendorong kursinya ke belakang karena terkejut bentakan Adel, "tangan lu itu, ihhh.." Sarji bergidik melihat tingkah Ali.
**
Esok harinya Sarji dan Aji membereskan kamar atap yang berada di loteng. Kamar tersebut akan digunakan untuk kamar Ali, karena bersikeras tidak mau sekamar dengan Aji. Adel dan kedua orang tuanya melarang Ali untuk tidur bersama Adel, walaupun jiwa Ali seorang perempuan nanti akan menimbulkan fitnah.
"Wahhh.. mereka tampan-tampan sekali?" Adel terkejut dengan suara Ali.
Ali menghampiri Adel yang sedang menonton tv di ruang tengah. Kini tv tersebut menggunakan tv tabung karena tv LED yang dirusak Ali tak dapat diperbaiki. Adel langsung bergeser menjauh dari Ali. Ali yang menyadari ketakutan Adel langsung menunduk.
"Maafkan aku, Adel. Sungguh, aku benar-benar tak berpikir ke sana." Ucap Ali menyesal, ia tak jadi duduk di samping Adel.
Adel merasa sungkan melihat wajah penyesalan Ali lalu tersenyum, "duduk, Bang!" pinta Adel mencoba memahami perasaan Ali atau lebih tepatnya perasaan Nyi Ayu. Pasti butuh waktu untuk menyesuaikan diri dalam tubuh Ali.
"Pasti tersiksa yah berada dalam tubuh, Bang Ali?" tanya Adel menatap wajah Ali yang kini sudah duduk si sampingnya. Ali hanya mengangguk dan terus menunduk, pukk..pukk..
Adel menepuk-nepuk pundak Ali pelan, Ali menoleh dan mendapati Adel tersenyum ramah padanya, "pelan-pelan aja, yah! Kita pasti bantu kamu, dan kamu pasti akan kembali ke dunia asalmu. Tapi...."
"Tapi, apa?" tanya Ali karena Adel tak meneruskan kalimatnya, Adel tersenyum, "kamu harus bisa membiasakan diri menjadi laki-laki karena kamu kan ada di dalam tubuh laki-laki, tubuh kakak laki-lakiku, Bang Ali." Ucap Adel berbahasa formal dan penuh harap lalu tersenyum.
"Terima kasih. Akan aku coba," jawab Ali meyakinkan dirinya, "apa aku masih terlihat seperti perempuan?" tanya Ali ragu dan Adel tak menjawab hanya tersenyum kambing.
"Lihatlah mereka!" tunjuk Adel pada tv yang sedang ia saksikan.
Adel sedang menonton drama korea. Tiba-tiba Adel seperti mendapatkan ide saat ia mengganti saluran tv yang semuanya menampilkan saluran tayangan tv negara gingseng. Kemudian Adel menatap Ali, "sepertinya drama itu sama dengan kisah Bang Ali," guman Adel lalu tersenyum senang membuat Ali kebingungan.
"Bang, lu lihat drama itu!" pinta Adel, "cerita drama itu kayanya kebalikan dari lu deh, Bang," ucapan Adel malah makin membuat Ali bingung, "apa itu drama?" tanya Ali kebingungan.
"Astaga, lu belum tahu artinya drama," Adel menepuk jidatnya keras. Terpaksa Adel menerangkan pelan-pelan tentang drama dan siaran di tv yang sedang ia tonton.
"Nah drama yang sedang gua tonton itu, ceritanya tentang seorang laki-laki yang terlempar ke masa lalu dan hinggap di tubuh seorang permaisuri raja," jelas Adel yang kini mengulang dramanya dari episode awal, "lalu, apa yang sama denganku?" Ali masih belum mengerti penjelasan Adel.
"Ya ampun, Bang Ali jadi lemot. Cerita kalian itu sama. Cuma bedanya, lu seorang putri raja terlempar ke masa depan dan berada di tubuh abang gua, Bang Ali." Jelas Adel sangat pelan.
Tiba-tiba mata Ali berbinar-binar seolah mengerti penjelasna Adel, mereka pun saling bertukar senyuman, "apakah jiwa di tubuh permaisuri raja itu bisa kembali ke dunianya?" tanya Ali penasaran dan penuh harap.
"Bisa Bang," jawab Adel bersemangat, "benarkah? Bagaimana caranya?" Ali makin tidak sabar.
Adel memudarkan senyumannya, "di sana, jiwanya menyesuaikan diri menjadi permaisuri. Seorang laki-laki mencoba anggun dan membantu memecahkan kasus si permaisuri. Setelah kasusnya selesai, ia langsung kembali ke dunianya."
"Apakah itu bisa terjadi padaku juga?" tanya Ali pada dirinya sendiri kemudian tertunduk. Adel dapat melihat rasa cemas, gelisah dan ketakutan di wajah Ali.
"Kita coba aja, Bang," Adel kembali tersenyum, "tapi Bang Ali, maksudnya Nyi Ayu harus menyesuaikn diri dulu dengan tubuh Bang Ali. Nyi Ayu harus paham kalau sekarang laki-laki." Tegas Adel.
"Lalu masalah Ali yang harus aku pecahkan apa?" tanya Ali bingung dan membuat Adel ikut bingung.
Ali menunjuk layar tv yang masih menampilkan drama tersebut, "Adel bilang, jiwa yang memasuki permaisuri itu membantu memecahkan masalah yang dihadapi tubuh permaisuri?"
"Iya juga yah," Adel terlihat berpikir, "berarti Nyi Ayu harus benar-benar menjadi Bang Ali agar bisa tahu masalah apa yang sedang dihadapi Bang Ali!" Adel mencoba menduga-duga.
"Kalau begitu terangkan semua tentang Ali, agar aku bisa mengenal Ali!" Ali terlihat sangat bersemangat, " aku janji akan benar-benar menjadi Ali."