"Di mana ini?"
Nyi Ayu merasa tak asing dengan tempat itu. Ia berada di belakang halaman sebuah gedung, tiba-tiba ada rasa takut menghampirinya, "tempat apa ini?" guman Nyi Ayu takut dan bingung.
Tangannya mencoba meraba dinding tembok gedung tersebut, namun Nyi Ayu langsung terkejut, "hahhh..." tangannya dapat menembus dinding tersebut, "ada apa ini? Apakah aku sudah mati?" Nyi Ayu panik dan ketakutan lalu menduganya karena tangannya bisa menembus dinding.
Kemudian Nyi Ayu menyentuh beberapa pohon di sana, ternyata sama, tangannya dapat menembus pohon dan beberapa benda di sana, "apa aku sekarang jadi hantu dan terjebak dalam dunianya Ali?" Nyi Ayu terus menduga-duganya dengan perasaan was-was.
Bughhh..
"Aaaaa... tolong.. tolong...!"
Pedengaran Nyi Ayu menangkap suara benda terjatuh disusul teriakan jeritan minta tolong, "itu suara Ali," Nyi Ayu mengenali suara teriakan tadi, "suaranya dari dalam ruangan ini."
Dalam keadaan panik Nyi Ayu langsung menabrak tembok tersebut, mengikuti suara teriakan Ali. Benar saja itu adalah suara Ali. Nyi Ayu menutup mulutnya menyaksikan Ali yang terjatuh dari tangga, tubuh Ali berguling-guling turun melewati tangga. Kemudian Ali bangkit dan berlari sempoyongan, sepertinya Ali sedang mabuk karena Ali tak bisa menguasai keseimbangan tubuhnya dan juga tercium bau alkohol, "sedang apa Ali di tempat ini? Ali terlihat ketakutan."
Mata Nyi Ayu menelusur jejak belakang Ali. Nyi Ayu menduga Ali ketakutan hingga ia terjatuh dan berteriak minta tolong, "siapa orang-orang itu?" benar dugaan Nyi Ayu ada 3 orang lelaki sedang mengejar Ali, mereka semua memakai pakaian serba hitam, mengenakan jaket hodie yang menutup kepala dan wajahnya tertutup masker berwarna hitam juga, sehingga Nyi Ayu tak bisa melihat jelas wajah mereka.
Susana saat itu malam hari dan suasana gedung itu sangat pengap, minim pencahayaan, hanya mengandalkan cahaya bulan yang menerobos masuk melalui celah-celah jendela. Nyi Ayu bahkan tak tahu tempat apa itu. Ketiga orang tadi berlari mengejar Ali yang sudah berlari tunggang langgang keluar gedung tersebut. Nyi Ayu pun sigap mengikuti mereka.
"Siapa mereka? Sepertinya mereka hendak berniat buruk pada Ali. Aku harus menolongnya!" perintah Nyi Ayu pada dirinya sendiri.
Nyi Ayu mencoba menghentikan ketiga orang tersebut yang sedang mengejar Ali, tetapi tangan Nyi Ayu tak bisa menggapai tubuh mereka bertiga. Pegangan Nyi Ayu menembus tubuh mereka, sama seperti saat pertama Nyi Ayu muncul di luar gedung tadi, tangannya menembus semua benda. Tangan Nyi Ayu juga menembus tubuh lelaki tersebut.
"Kenapa bisa begini? Aku harus menolong Ali," pekik Nyi Ayu kesal dan penuh emosi.
Mata Nyi Ayu jelas melihat tubuh Ali yang berlari ketakutan dan panik. Ali terlihat jelas tak bisa fokus dengan arah larinya. Tiba-tiba wajah Nyi Ayu ikut panik saat melihat ada sebuah mobil bergerak kencang menuju lada arah Ali yang berlari dan terus menoleh ke arah belakang. Ali berlari ketakutan dan terus menoleh ke belakang karena ketiga orang tadi terus mengejar mereka, "tolong.. tolong.. tolong..!"
Sayangnya suasana malam itu juga sedang gerimis kecil, sehingga tak ada orang yang berkeliaran malam itu, "Ali... lihat ke hadapanmu!" teriak Nyi Ayu yang bisa menduga kalau mobil tersebut sebentar lagi akan menabrak tubuh Ali.
Bughhh...
Percuma saja Nyi Ayu berteriak, karena Ali tak dapat mendengarnya. Mata Nyi Ayu langsung menangkap suara ketiga orang yang mengejar Ali dan berhenti di dekatnya, "apakah anak itu mati?" tanya salah satu dari mereka.
"Akan kuperiksa dulu," ujar orang kedua tetapi ditahan oleh orang yang ketiga, "jangan! Lihatlah, orang-orang mulai berdatangan," mereka semua menatap ke arah Ali yang sedang ditolong oleh warga yang mulai berdatangan.
Nyi Ayu menahan emosi menatap ketiga orang itu, tapi sayangnya ia tak bisa berbuat apa-apa, "ingin rasanya aku menghajar ketiga orang ini," gerutu Nyi Ayu penuh emosi.
"Lalu bagaimana sekarang?" tanya orang pertama, suaranya terdengar panik, "kita pantau terus anak itu," jawab orang ketiga datar, "kalau anak itu membuka mulutnya, langsung habisi saja!"
Wajah Nyi Ayu seperti menangkap maksud ucapan dari ketiga orang itu, "berarti Ali mengetahui hal yang seharusnya tidak dia ketahui?" duga Nyi Ayu cemas, lalu Nyi Ayu menoleh ke arah Ali, "berarti selama ini Ali dalam bahaya," Nyi Ayu melesat berlari ke arah Ali yang sedang ditolong warga.
"Sebenarnya apa yang kamu ketahui, Ali," ucap Nyi Ayu saat melihat tubuh Ali yang sedang digotong warga masuk ke dalam mobil yang menabrak Ali tadi.
Rasa penasaran Nyi Ayu tinggi. Nyi Ayu mengerti maksud ucapan yang ia dengar, saat berada di tempat yang memberitahunya bahwa jiwa Nyi Ayu terperangkap dalam tubuh Ali, "ada apa ini?" Nyi Ayu merasakan tubuhnya seperti tertarik ke belakang, "aaaaaa....."
Tiba-tiba Nyi Ayu sudah berada di kamar Ali, dan keluarga Ali semua memperhatikan dirinya. Nyi Ayu ingat kalau tadi ia merasakan sakit kepala hebat, lalu jiwanya terbawa dan berada di tempat tadi, "berarti tadi itu, adalah ingatan Ali sebelum jiwaku masuk ke dalam tubuh Ali," gumannya memahami apa yang dialaminya.
"Ali, lu kenapa?" tanya Iin cemas dan khawatir.
Ali menatap seluruh netra keluarga Ali, tatapan mereka penuh cemas dan ketakutan, "Emak, bagaimana Ali tidak sadarkan diri?" tanyanya mencoba memastikan penyebab Ali tak sadarkan diri, "maksudku sebelum aku masuk ke dalam tubuh Ali." Tatapan mata Ali penuh pertanyaan.
Semua mata keluarga Ali terlihat heran, "memangnya ada apa, Bang?" tanya Aji keheranan. Aji, Adel, Iin dan Sarji saling bertukar pandang, kemudian menatap Ali yang tetap menatap mereka penuh pertanyaan.
"Nyawa Ali dalam bahaya," ucap Ali membuat wajah mereka berubah panik dan terkejut, "apa..?
"Jangan sembarangan, lu," gertak Aji, "maksud lu apa nyawa Ali dalam bahaya?" tanya Sarji yang bisa menangkap tatapan Ali sedang berkata serius.
Ali tak ingin berbasa basi dan membuat keluarga Ali kebingungan, "aku melihat ingatan Ali sebelum ia tertabrak mobil," ucapnya memebuat mereka semua terkejut, "ba.. bagaimana lu tahu kalau Ali tertabrak mobil?" wajah kekhawatiran Iin terlihat jelas.
"Sepertinya ini yang dimaksud petunjuk yang aku dapat tadi," semua keluarga Ali menatap Ali serius, "aku Nyi Ayu saat mendapatkan petunjuk. Suara itu berkata kalau nyawa Ali dalam bahaya, dan aku harus menyelamatkan tubuh Ali." Jelas Nyi Ayu melalui bibir Ali.
"Memangnya Bang Ali kenapa, Nyi Ayu?" tanya Adel ketakutan, Ali menggelengkan kepalanya, "ingatan tadi hanya menunjukan kejadian sebelum Ali tertabrak mobil," jelas Ali membuat wajah mereka panik dan bertambah ketakutan.
Sarji lalu duduk di ranjang dan menghadap wajah Ali, "lu lihat tempat Ali tertabrak mobil?" Sarji mencoba meyakinkan apa yang dilihat oleh Nyi Ayu.
Wajah Ali terlihat sedang mengingat ulang kejadian tadi, "waktu itu sedang gerimis, cahaya jalannya tak terlalu terang. Ali tertabrak mobil berwarna biru tua, di sampingnya ada sebuah tiang listrik dan spanduk rokok. Di ujung jalan itu ada toko kelontong dengan tulisan Warung Mang Saban."
Sarji, Iin, Aji dan Adel tersentak kaget, bahkan mereka serentak mundur karena terkejut dengan ucapan Ali, "benar itu tempatnya."