Ali tak bisa tenang saat keluarga Ali keluar untuk memeriksa teman-temannya yang berkunjung. Iin memintanya berbaring dan pura-pura tertidur, tetapi Ali tak bisa tenang karena takut, "kenapa aku harus bersembunyi," ujarnya ketakutan.
Tubuh Ali tiba-tiba bergetar karena ketakutan, "kenapa aku merasa seperti maling yang takut tertangkap," guman Ali cemas, "padahal aku hanya harus berpura-pura menjadi Ali saja," Ali terus berguman dan mondar-mandir agar menghilangkan rasa ketakutannya.
Kemudian Ali memantapkan diri untuk keluar, karena Ali berpikir tak akan selamanya tinggal di dalam rumah. Ali harus mencari tahu kehidupan Ali dan penyebab Ali di kejar-kerjar orang jahat, "kalau mereka teman-temannya Ali, pasti mereka tahu kenapa Ali di kejar-kejar orang jahat,"
Nyi Ayu meyakinkan tubuh Ali dan bersiap melangkah keluar kamar. Tetapi rasa takut dan cemasnya kembali hadir. Indera pendengaran Ali menangkap perbincangan Sarji dan ketiga teman-temannya, "mereka mau masuk," wajah Ali berubah panik.
Ali langsung berlari dan berbaring di kasurnya untuk pura-pura tertidur seperti pesan Iin, klekkk...
Terdengar langkah mereka yang masuk ke kamar Ali membuat Ali makin panik dan tetap pura-pura tertidur, blughhh..
Mereka menutup rapat pintu kamar Ali. Detak jantung Ali berpompa makin cepat seiring perasaan panik dan takutnya bertambah. Tangan Ali mungkin terlihat jelas bergetar karena ketakutan, 'rasanya seperti masuk ke dalam sarang hantu,' guman Ali dalam hati.
"Ali, lu beneran tidur?" terdengar suara Edi mengejutkan Ali.
Dalam keadaan pura-pura tidur, Ali mengatur napasnya agar tak menimbulkan curiga, 'aku hanya harus pura-pura tertidur,' perintah pikirannya Ali pada tubuhnya.
"Biarin aja lah! Kita buka di kamar Ali aja," pinta Darul, "gua yakin, Ali pasti penasaran," imbuh Darul yang sudah duduk di samping kasur Ali.
Edi dan Zaki pun duduk di hadapan Darul. Pendengaran Ali menangkap suara sebuah kardus dan suara lakban terlepas dari kardus, ia benar-benar penasaran dengan maksud Darul.
Krettt.. kretttttt...
"Wah emang harga gak bisa bohong yah," suara Zaki seperti sedang terpesona, "lihatlah! Mulus banget, klimis dan lembut kulitnya," tambah zaki makin mendayu-dayu suaranya.
Ali benar-benar penasaran dengan apa yang mereka lihat, "lihat deh! Ada bulunya dikit, makin manis tampilannya. Gak sabar pengen cepet-cepet gua pakai," sahut Darul dengan suara tak kalah mendayu dengan suara Zaki.
Perasaan Ali makin bertambah dan pikirannya makin curiga, "bener Dar. Apalagi kalau sambil ditunggangin. Lu pegang, pegangannya yang mulus, lembut dan lentur. Cengkramannya pasti masih kuat." Imbuhan Edi membuat Ali kehilangan rasa sabarnya.
'Apakah mereka hendak bertindak tak senonoh dan mesum?' Ali memperkirakan kalau ketiga temannya sedang memandangi sesuatu yang tak senonoh dan mesum karena mendengar kata kulit mulus, lembut, lentur, bulu sedikit, dan cengkraman kuat saat ditunggangi. Ali yang tadinya gemetar ketakutan berubah menjadi emosi, bughhh...
Kaki Ali dengan sengaja menendang tubuh Darul, sehingga Darul jatuh tersungkur ke samping, "aduhhh..."
"Darul..." teriak Edi dan Zaki bersamaan, kemudian mereka berdua melihat Ali yang sudah terduduk.
Wajah Edi dan Zaki seperti penuh kerinduan yang mendalam pada Ali. Mereka berdua langsung berhambur dan memeluk tubuh Ali. Ali yang tak siap mendapatkan hamburan dari tubuh mereka serta tenaga Edi dan Zaki yang kuat malam menindih tubuh Ali di atas kasur, bughhh..
Ternyata Darul yang terjatuh karena ditendang oleh Ali, malah ikut berhambur dan menindih tubuh Ali.
"Ali... gua kira lu mati," ucap Edi yang tak mau bangkit dan melepaskan tubuh Ali dari pelukannya, "gua seneng banget ternyata lu masih idup, Li," sambung Zaki yang berada tepat di hadapan wajah Ali.
Ali begitu terkejut dan syok. Mata Ali terlihat membulat saat merasakan wajah Zaki makin dekat dengan wajahnya, "mmuachhh.. muachh.." Zaki mencium kedua pipi Ali kanan dan kiri, sebagai ungkapan bahagia kalau sahabatnya ternyata baik-baik saja.
Nyi Ayu yang berada dalam tubuh Ali nampak syok. Seketika tubuh Ali merasa mempunyai tenaga ekstra, sekuat tenaga Ali mendorong tubuh ketiga temannya yang sedang menindih dan memeluknya, "hhiiiaaahhhhhhhhh..."
Edi, Zaki dan Darul langsung terpental karena kuatnya tenaga Ali, "aaarrrggghhhh...."
Bughh..
Bughh..
Bughh..
Teriakan ketiganya menggema, klekkk...
Blughhh..
Sarji, Iin, Aji dan Adel langsung masuk ke kamar Ali. Wajah mereka langsung panik saat melihat Edi, Zaki dan Darul terkapar di lantai, aaaaaa....
Mereka serentak ketakutan, "Ali, lu apain mereka semua?" tanya Sarji panik lalu membantu Edi untuk bangun, sementara Iin dan Aji membantu Zaki dan Darul bangun.
Adel menghampiri Ali yang terlihat syok, "Bang Ali, ada apa?" gertak Adel pelan dan panik.
"Mereka tidak senonoh dan mesum, Adel," geram Ali kesal. Wajah Ali tak merasa bersalah saat melihat ketiga temannya mengaduh karena kesakitan saat tubuh mereka terpental ke lantai.
"Aduhhh.. badan gua sakit semua. Ali abis makan apaan si, Beh? Tenaganya kuat banget." Rintih Edi pada Sarji.
Plakkk... Adel memukul pundak Ali, menunggu penjelasan atas kejadian tersebut, "mereka hendak berbuat tak senonoh dan tidak sopan," jelas Ali menahan emosinya.
"Tak senonoh dan tak sopan? Maksudnya apa, Li?" tanya Iin heran dan merasa cemas pada ketiga teman-temannya Ali.
Ali menunjuk kardus panjang di tengah-tengah mereka, "mereka melihat itu. Aku yakin isinya adalah hal yang tidak senonoh dan mesum," jelas Ali yang jelas mendengar suara kardus dan lakban terlepas dari kardus.
Edi, Zaki dan Darul memasang wajah heran. Adel hendak menghampiri kardus tersebut, tetapi Ali langsung menahannya, "jangan! Kamu masih anak-anak, Del," pinta Ali cemas.
Iin yang melihat Ali menahan Adel, memilih untuk maju dan membuka isi paket tersebut dan mengeluarkan isinya. Mata mereka semua langsung tercengang dan terkejut, "ini yang lu maksud sesuatu yang tak senonoh dan mesum?" ujar Iin seraya menunjukan benda tersebut tepat di hadapan wajah Ali.
Mata Ali membulat sempurna dan terkejut, "tapi, tadi ucapan mereka benar-benar tidak sopan," jawab Ali, "aku yakin bukan ini yang mereka bicarakan," keuekuh Ali seraya maju dan menghampiri kardus tersebut.
Ali membongkar ulang kardus tersebut, mengeluarkan satu persatu isi dari kardus tersebut. Memang tidak ada apa-apa.
"Berikan padaku tas itu!" pinta Ali pada tas yang berada di hadapan Edi.
Edi, Zaki dan Darul terheran-heran menyadari tingkah Ali, "Beh, Ali sakit apaan sih?" tanya Darul benar-benar heran dan bingung.
Sarji juga kebingungan. Ali yang sedang membuka isi tas Edi heran, "kenapa tidak ada di sini?" ujarnya, lalu matanya berpindah pada tas Zaki dan Darul. Ali membuka tas mereka berdua. Ali tetap tak menemukan sesuatu yang dimaksudnya.
Mereka semua yang ada di sana menatap Ali heran dan bingung, bahkan Edi, Zaki dan Darul terlihat pasrah saat Ali membongkar isi tas mereka, "Li, lu nyari apaan sih," tanya Zaki yang tak bisa menyembunyikan penasarannya atas tingkah Ali.
"Yang kalian ucapkan tadi?" tatapan Ali seperti mengintimidasi Zaki, Zaki kebingungan, "apaa?"
Mereka semua benar-benar heran.
"Tadi kalian bilang kulit mulus, lembut, bulunya sedikit, lentur, cengkramannya kuat dan kalau ditunggangin pasti enak rasanya?"