Ali dan Johan mengikuti instruksi pwnitia, mereka berdua saling berhadapan, "takut yah...?" ledek Johan dengan senyuman meledek. "Maumu...?"sinis Ali yang juga memasang senyuman meledek.
"Huuuuu...." terdengar teriakan penonton menyoraki Ali saat membalas senyuman Johan yang meledeknya.
Suasana di antara Johan dan Ali terasa memanas.
"Silahkan perhatikan saya!" instruksi dari panitia.
Pandangan Ali dan Johan langsung beralih menoleh pada panitia yang menggunakan kalung tanda anggota panitia panahan, tertulis nama Mustofa pada kertas mengalung di lehernya.
"Saya akan bacakan peraturan sebelum kalian bertanding," ujar Mustofa tegas, kemudian ia langsung membacakan berberapa peraturan dasar dalam panahan.
Ali menyimak semua peraturan yang dibacakan oleh Mustofa, 'ternyata peraturannya sama saja, 3 kali kesempatan.' Guman Ali puas karena peraturan yang ia dengarkan sama saja dengan pertandingan panahan dalam dunia Nyi Ayu.
"Apakah ada pertanyaan?" tanya Mustofa setelah ia selesai membacakan peraturannya. "Tidak ada," sahut Johan langsung, kemudian Mustofa menoleh pada Ali, "aku juga tidak ada." Jawab Ali yakin.
"Baik kalau begitu, panahan kali ini adalah standar bow dengan jarak 20 meter. Silahkan memakai atribut kalian masing-masing!" perintah Mustofa lagi.
Ali menghampiri Aji untuk mengambil anak panahnya lalu memakai pelindung bahu dan pelindung tangannya, "terima kasih, Aji," ucap Ali karena Aji membantunya memakai alat pelindung diri. Nyi Ayu sudah mempelajari panahan di dunia Ali, ia takut kalau semua aturannya berbeda dengan dunianya. Nyi Ayu harus melindungi tubuh Ali juga, ternyata semuanya sama saja, hanya lebih maju karena lengkap dengan semua pelindung juga.
Aji hanya mengangguk pelan, dengan berat ia menuruti Ali yang tak ingin mundur. Sementara Sarah memandangi Ali yang terlihat sangat bersemangat dan penuh percaya diri, "Ali tunggu!" panggil Sarah saat Ali hendak berbalik.
"Ada apa?" sahut Ali lalu menatap Sarah. "Pakai topi gua! Ini bisa melindungi pandanganmu agar tidak silau dengan cahaya matahari," ucap Sarah seraya memakaikan topi miliknya yang berwana navy pada kepala Ali, "terima kasih." Ucap Ali sambil tersenyum kemudian Ali langsung berbalik mengikuti Johan yang sudah berada di garis pembatas.
"Johan.. Johan.. Johan..." Johan melambaikan tangannya pada penonton yang meneriakinya untuk memberi semangat, sontak seluruh penonton berteriak histeris, "semangat Johan.."
"Ah aku hampir lupa," ucap Johan seraya menoleh pada Ali. Ali membalas tatapan Johan dengan senyum sinis. "Jika kamu bisa mengalahkanku sekarang. Jenny bersedia berkencan denganmu malam nanti." Setelah berucap, Johan lalu melirik Jenny yang berada di sebelah kanan tempat Johan berdiri.
Jenny membulatkan matanya karena terkejut dengan ucapan Johan, "Johan.." geram Jenny kesal, "tenang saja, aku tak akan membiarkan dia mengalahkanku," sahut Johan percaya diri, ia bahkan mengedipkan satu matanya pada Jenny.
Ali tersentak mendengar ucapan Johan yang terdengar makin meremehkannya, kemudian ia tersenyum sinis. Sementara Aji dan Sarah terlihat makin cemas dan keheranan. Sarah bahkan merasakan suhu tubuhnya memanas saat ia melihat Ali menatap Jenny. Sarah masih merasa cemburu.
Tettt... bunyi tanda untuk persiapan para peserta lomba sudah berbunyi. Ali dan Johan sudah bersiap-siap menghadap target yang berada jauh di hadapan mereka. Lalu terdengar bunyi tanda kedua.
Johan sudah bersiap memegangi busur dan meletakan anak panahnya. Riuh penonton memberi semangat pada Johan mengiri setiap gerakan Johan. Pandangan Johan menatap tajam pada target yang berjarak 20 meter. Tak lama senyuman puas mengiri lesatan anak panah yang sudah dilepaskan oleh Johan.
Sleppp... anak panah yang dilepaskan Johan sudah bergerak lurus. Anak panah yang dilepaskan Ali juga sudah melesat mengikuti anak panah Johan yang sudah melesat lebih dulu.
"Huuuuuu..." terdengar riuh penonton meneriaki Ali, tetapi mereka semua terdiam saat anak panah milik Ali melesat pas mendekati cincin kuning.
Johan bahkan langsung menoleh curiga pada Ali, sementara Ali yang menyadari kalau Johan sedang menatapnya tersenyum sinis. Ali yakin kalau saat ini Johan sedang merasakan tubuhnya memanas. Johan mendengkus kesal lalu menarik napas dalam. Anak panah milik Johan menancap pada titk merah, karena itulah saat Johan melihat anak panah Ali sangat mengganggu kosentrasinya.
"Bagaimana? Kemampuanku sekarang, membuatmu takut kan?" sindir Ali dengan suara pelan, tetapi Johan dengan jelas mendengar sindiran Ali hingga Johan kembali mendengkus kesal, "itu hanya kebetulan saja," sinis Johan kesal.
Kemudian mereka berdua bersiap untuk melepaskan anak panah yang kedua. Terlihat Johan melirik ke arah Ali yang terlihat lebih senang dengan kemampuan dirinya, bahkan Johan melihat jelas tangan Ali terlihat tenang. Johan makin terganggu, ternyata Ali menyadari kalau Johan sedang meliriknya.
Ali menoleh sinis, "apakah kamu menyesal," ujar Ali kemudian ia melepaskan anak panah dari genggaman busurnya tanpa melepaskan tatapannya dari Johan. Kedua indera penglihatan Johan mengikuti lesatan anak panah Ali.
Jleppp...
Kedua bola mata Johan membulat saat matanya menangkap anak panah milik Ali menancap tepat di garis cincin dalam warna kuning. Wajah Johan kini terlihat sangat murka dan suara sorak penonton menjadi senyap seperti tak ada kehidupan hingga suasana di sana berar-benar terasa tegang. Johan memilih berkosentrasi kembali dan bersiap melepaskan kembali anak panahnya.
Johan menutup matanya agar bisa lebih berkosentrasi lagi, setelah itu Johan menatap papan target dengan percaya diri, kemudian melepaskan anak panah dari busur yang ia genggam, sleppp...
Jleppp..
"Horeeee..." suara sorak penonton kembali terdengar karena anak panah milik Johan mengenai cincin kuning.
Wajah Johan terukir senyuman puas, tetapi senyuman itu pudar saat Johan mendapati kalau Ali tersenyum penuh sinis kepadanya, "lumayan juga," nyinyir Ali. Ali sengaja memancing emosi Johan karena Ali bisa merasakan kalau Johan adalah orang yang bisa menerima kekalahan.
"Jangan banyak omong, lu! Kita buktikan penentuan akhirnya," gertak Johan dengan tatapan penuh emosi. "Tentu saja, aku pasti akan mengalah untukmu," ucapan Ali membuat Johan yang baru saja menoleh ke arah depan kembali menoleh dan menatap Ali.
"Maksud lu apa?" suara Johan penuh curiga saat menatap kedua mata Ali seperti puas dan dipenuhi kemenangan. "Kamu lihat saja! Aku tidak akan membuat para penggemarmu kecewa," ucapan Ali seperti sebuah ancaman untuk Johan.
Johan sangat merasa terganggu dengan ucapan Ali. Tetapi Johan memilih kembali berkosentrasi karena sudah terdengar bunyi peringatan agar mereka bersiap melepaskan anak panak ketiga. Johan memusatkan seluruh perhatiannya pada papan target di hadapannya, 'gua gak boleh kalah dari bocah bodoh ini!' tegas Johan dalam hati.
Anak panah Johan sudah melesat cepat setelah Johan memperkirakan ketepannya. Tiba-tiba kedua bola mata Johat membulat sempurna bahkan hampir terlepas. Terdengar juga suara penonton memekik histeris. Pandangn mereka dikejutkan dengan anak panah yang mengekor mengikuti anak panah Johan yang sudah melesat lebih dahulu.
Jleppp..
Srekkkk...
Anak panah Johan yang sudah menancap terbelah dua karena anak panah yang tadi mengekorinya mencancap membelah tepat di tengah-tengah anak panah milik Johan.