Ali terlihat kebingungan melihat reaksi Jenny. Ali mengira kalau Jenny pasti akan marah.
"Ali.." panggil Jenny dengan suara pelan. Dari kedua sudut netra Jenny keluar butiran bening , membuat Ali panik, "Jenny, maafkan aku. Aku tidak bermaksud menyakiti perasaanmu." ucap Ali cemas, panik dan merasa bersalah.
Jenny menggelengkan kepalanya, lalu mengusap air matanya, "tidak Ali, kamu tidak menyakiti perasaanku. Aku jusru terharu dan tersentuh." ujar Jenny pelan.
Ali malah bertambah bingung, "sebaiknya kita duduk dulu!" pinta Jenny yang sudah berjalan menuju kursi tempat tadi ia duduk. "Ah, iya. kita duduk saja."
Setelah duduk, Ali memilih menundukan pandangannya. Ali takut berbuat salah. Beberapa saat kemudian mereka berdua saling meninduk dan tak ada suara.
"Kamu tahu, Ali?" tanya Jenny memecahkan kesunyian di antara mereka. Jenny bahkan mengusap air matanya yang kembali menetes, "Ali.."
Mendengar namanya kembali disebut oleh Jenny, akhirnya Ali menegapkan pandangannya dan menatap wajah Jenny, "Ali, biasanga orang akan memuji pakaianku yang seperti ini. Mereka akan bilang aku cantik, sexy, sempurna lah, pokonya semua pujian." ujar Jenny dengan nada berat.
"Dan hanya kamu yang bersikaf seperti ini. Kamu bahkan menutup dan mengomeliku, hihihi.." sambung Jenny lalu tertawa kecil.
"Maafkan aku, Jenny. Aku tidak bermaksud mengomeli kamu. Aku hanya.." ucapan Ali terhenti karena Jenny menatap wajahnya tanpa berkedip. Ali tak bisa memahami arti tatapan Jenny saat itu.
Jenny tersenyum tipis karena Ali tak melanjutkan kalimatnya, "aku suka dengan omelan seperti tadi, Ali," sambut Jenny. "Selama ini tak ada yang mempermasalahkan pakaianku. Aku selalu bebas memilih, bahkan tak ada yang berani mengatur hidupku. Aku hidup bagai ratu yang penuh kebebasan."
"Ali, aku ingin ada orang yang menjagaku. Mama dan Papaku selalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Aku hanya dicukupkan dengam uang," air mata Jenny menetes lagi, "apapun yang aku minta selalu diberikan, tapi orang tuaku tak pernah ada waktu untukku," keluh Jenny meluapkan kekesalannya.
Ali hanya medengarkan Jenny meluapkan isi hatinya. Dalam diri Ali, Nyi Ayu seperti merasakan perasaan Jenny. Tetapi berbeda dengan Jenny, hidup Nyi Ayu yang dipenuhi dengan semua aturan kerajaan. Yang dibutuhkan Nyi Ayu adalah kebebasan, sedangkan pada Jenny kebalikan dari hidup Nyi Ayu, yaitu aturan dan keluarga.
"Jenny.." panggil Ali lembut. Ali memajukan tubuhnya, tangannya meraih wajah Jenny lalu mengusap air mata yang terus menetes membasahi wajah cantik Jenny. "Mau jalan-jalan di taman denganku? Sewaktu aku ke sini, aku melewati taman. Aku yakin jika kamu berjalan-jalan di taman, bisa memperbaiki suasana hatimu."
Ali sengaja mengajak Jenny berjalan-jalan di taman, karena itu adalah kebiasaan Nyi Ayu jika ia sedang bersedih hati. Mengitari taman di kerajaan bisa menghilangkan rasa sedihnya. Jenny tersenyum dan mengangguk tanda setuju dengan ajakan Jenny.
Mereka berdua lalu berjalan-jalan di tamam. Suasana malam itu tak terlalu ramai, bahkan udara malam itu pun terasa sejuk. "Tunggu Ali!" pinta Jenny saat mereka baru berjalan beberapa langlah.
"Ada apa, Jenny?" tanya Ali kebingungan, namun Jenny terlihat berjalan ke bangku taman. Jenny terlihat melepaskan ikatan sepatu hak tingginya. "Kenapa dilepas?" tanya Ali heran.
Kemudian jiwa Nyi Ayu yang berada dapam tubuh Ali seperti mengerti alasan Jenny melepaskan sepatu hak tingginya. Pasti Jenny kelelahan memakai sepatu hak tinggi karena Nyi Ayu saja di dunia yang memakai hak sekitar 2-3 cm aja cukup membuat kakinya cepat pegal, apalagi kaki Jenny yang memakai hak setingggi 7 cm.
"Sudah. Yuk, kita jalan lagi!" ajak Jenny terlihat girang saat kakinya menapak tanah tanpa alas kaki. "Berikan padaku!" pinta Ali menunjuk pada sepatu yang dipegang Jenny.
Jenny menunjukan sepatunya, "iya sepatumu. Biarkan aku yang membawanya!" pinta Ali lebih jelas.
Setelah Jenny memberikan sepatunya pada Ali, mereka lalu berkeliling mengitari taman yang cukup luas. Wajah Jenny kini terlihat lebih tenang.
"Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Ali yang berjalan mengimbangi langkah Ali.
Jenny menghentikan langkahnya, lalu berfiti menghadap pada Ali, "terima kasih, Ali. Aku benar-benar merasa lebih baik." ucap Jenny lalu tersenyum puas.
"Biasanya kalau aku sedang sedih, aku akan pergi ke club atau bar," ucap Jenny terlihat sedih. "Club, Bar. Apa itu?" tanya Ali bingung.
Jenny menatap heran pada Ali, "club, diskotik, bar. Kamu gak tahu?" jelas lah Ali tak tahu karen yang ada dalam tubuhnya adalah Nyi Ayu. Jenny melihat jelas wajah Ali yang tergambar jelas kalau tak mengerti.
"Tempat minuman memabukan Ali dan berjoget, di sana kamu bisa menghilangkan beban pikiranmu. Masa kamu gak tahu?" jelas Jenny seraya memperagakan orang yang sedang meminum miniman keras dan berjoget.
"Oh.. semacam rumah bordir," sahut Ali karena yang tergambar dalam pikirannya hany tempat itu, "bukankah itu tempat maksiat." cetus Ali.
Jenny terlihat menundukan wajahnya, "kamu benar Ali. Di sana memang tempat maksiat. Aku juga tidak tahu kenapa aku selalu datang ke sana saat aku merasa pusing dengan keadaanku." jawab Jenny dengan nada sedih.
"Jenny, " panggil Ali saat menyadari wajah Jenny berubah sedih, "berjanjilah padaku! Jika kamu sedih, kamu bisa berkeliling di taman. Atau hanya sekedar berjalan-jalan agar beban hidupmu terlepas dan tertinggal seperti jejak langkah kakimu. Kamu boleh melihat ke belakang untuk menatap jejak kakimu, tapi setelah itu kamu harus melangkah terus!"
"Kamu itu cantik, jangan sia-siakan wajah cantikmu," ucap Ali memberi pesan yang mendalam pada Jenny.
Tiba-tiba Ali merasakan kalau memang ada yang mengikutinya sejak ia berjalan untuk menemui Jenny di cafe, "oh, sudah jam berapa ini? Sebaiknya kamu cepat pulang, yah! Tidak baik gadis secantik kamu berkeliaran di malam hari." Pinta Ali ramah.
Jenny pun menuruti permintaan Ali untuk segera pulang. Setelah Jenny pulang dengan taksi online, Ali pun langsung berbalik.
Ali tetap memasang wajah waspada, dan berjalan seperti tak merasakan apa-apa. Langkah kaki Ali terlihat lebih tenang, tapi ia dapat merasakan ada langkah kaki yang mengikuti jejaknya.
Ali berjalan dan berbelok ke gang sempit, ternyata langkah kaki tersebut juga mengikutinya. Kemudian Ali berjalan cepat, langkah kaki itu terdenngar cepat. Ali memutuskan untuk berlari dan berbelok ke gang-gang yang gelap. Sebenarnya Ali tak tahu ke arah mana sekarang ia sedang berjalan. Yang Ali pikirkan saat itu, ingin mengetahui siapa yang mengikutinya, saat Ali sudah berbelok ke gang, ia langsung menepikan tubuhnya ke dinding. Lalu kakinya menjulang seperti menghalangi langkah kaki orang yang hendak lewat.
Benar saja ada orang yang berlari mengejarnya, orang itu pun berbelok ke arah Ali, dan trik Ali berjalan sesuai rencana. Salah seorang yang berlari paling depan tersandung laki Ali.
Bughhh..
Brukkk..