Bughhh...
Brakkk...
Ali berhasil membuat orang yang mengejarnya terjatuh. Kakinya menjulur menghalangi langkah kaki di arah belokan.
"Aarrgghhh..." pekik orang itu.
Ali tersenyum puas, tetapi ia masih terkejut karena masih ada 3 orang yang lagi yang mengejarnya. 3 yang dibelakang orang tadi pun ikut terjatuh karena tak bisa menahan laju larinya saat berbelok.
Bugghh.. bughh.. bugghh..
Ketiga orang yang baru datang tadi berhamburan jatuh menimbun tubuh orang yang pertama jatuh karena tersandung oleh kaki Ali. Mereka semua mang-aduh kesakitan.
Sepertinya Ali menyadari suara salah satu dari 4 orang yang masih bertumpuk, "Aji?" panggil Ali meyakini suara Aji yang menringkih kesakitan.
Lama kelamaan, Ali juga mengenali suara ketiga orang tersebut, "Edi, Zaki, Darul?" ucap Ali seraya mengangkat satu persatu tubuh mereka yang masih bertumpukan di gang yang sempit dan gelap.
"Ternyata benar, itu kalian. Sedang apa kalian mengikutiku?" cerca Ali pada keempat orang tersebut. Ali bahkan memasang wajah tak suka, karena ia sudah merasa cemas saat menyadari ada yang mengikutinya.
Wajah Aji, Edi, Zaki dan Darul berubah cemas dan merasa bersalah, "Aji.." geram Ali saat menatap wajah Aji dengan tatapan tajam.
Mereka berempat seperti seorang tersangka yang sedang di introgasi oleh polisi. Wajah cemas dan ketakutan karena tertangkap basah sudah mencuri
Aji memberanikan diri menatap wajah Ali dan memasang wajah merasa bersalah seraya tersenyum kuda, "hehehe.. maafin gua, Bang. Bang Edi yang maksa gua suruh ngikutin lu," sahut Aji seraya menunjuk pada Edi yang tertunduk.
Edi yang merasa disudutkan oleh Aji, langsung menegapkan wajahnya, "kok gua sih, Ji?" kilah Edi karena tak terima dengan tuduhan Aji, "Zaki sama Darul yang punya idenya." Edi memberi imbuhan dan menujuk Darul dan Zaki.
Darul dan Zaki juga merasa tak terima atas tuduhan Edi, "enak saja. Lu yang nyaranin buat ngikutin Ali. Bener gak, Rul?" keluh Zaki tak terima. "Lah, gua mah cuma ngomong, Zak. Kalian bertiga main jalan aja." Jawab Edi makin tak terima.
Mereka berempat berseteru saling menyalahkan, membuat Ali makin bertambah geram.
"DIAM....!!" pekik Ali dengan nada keras. Seketika mereka berempat langsung senyap, tak ada suara yang keluar dari bibir mereka.
"Maafin kita semua, Bang. Kita cuma khawatir sama Bang Ali. Takut Bang Ali kenapa-kenapa, soalnya Bang Ali gak pernah jalan berdua sama perembuan." Jelas Aji akhirnya bersuara memecahkan keheningan.
Ali terlihat masih memendam kekesalannya, tetapi ia menyadari kalau malam makin larut dan mereka sedang berada di tempat gelam.
"Sudahlah. Sebaiknya kita pulang saja!" ucap Ali dengan suara malas, lalu berbalik meninggalkan mereka.
Ali menghentikan langkahnya, saat baru saja beberapa langkah berjalan. Ali langsung memutar tubuhnya karena menyadari keempat teman dan adiknya mengeluh dan saling menyalahkan, "kalian berempat cepat pulang! Aku masih belum memaafkan kalian." Tegas Ali yang kembali bersuara tinggi.
**
Dua orang lelaki memakai jaket hitam dan celana jeans warna hitam. Mereka berdua juga memakai topi hitam dan masker warna hitam. Wajah mereka tak terlihat, hanya bagian mata saja. Salah satu dari mereka yang lebih tinggi sedang meletakan ponsel di telinganya.
"Siap Bos. Kami masih memantau anak itu. Sejauh ini, tak ada yang aneh dengan anak itu." Ucap lelaki itu berbicara dengan seseorang dari balik teleponnya.
Yang satu orangnya menatap waspada ke arah depan mereka. "Kita tetap pantau dan ikuti terus anak itu. Bos mengizinkan kita membunuhnya jika anak itu berbuat hal yang mencurigakan." Ucap lelaki yang tadi sedang menerima telepon. Rupanya ia sudah selesai berbicara di teleponnya.
"Ayok kita pantau lebih dekat!" ajak lelaki itu serasa memasukan ponsel pada saku celana jeansnya.
Mereka berjalan seraya menoleh ke arah sekeliling mereka. Tatapan mereka berdua terlihat waspada seperti seorang predator yang sedang mengendap-ngentap memantau mangsanya. Tiba-tiba langkah mereka terhenti, mereka langsung berbelok ke arah lain.
Tak lama mereka mengintip situasi di hadapan mereka. Mereka sedang mengikuti Ali dan terkejut karena ternyata ada yang mengikuti Ali selain mereka, "mereka itu siapa? Kenapa mereka mengikuti anak itu seperti kita?"
"Sepertinya mereka dikirim oleh musuh Bos kita. Untuk memata-matai anak itu seperti Bos."
Rupanya saat itu Ali diintai oleh Aji, Edi, Zaki dan Darul. Kemudian ada yang mengintai lagi setelah adik dan ketiga teman-temannya. Aji dan ketiga teman-teman Ali tak menyadari lagi kalau ada yang mengintai Ali.
Mereka adalah orang yang dulu membuat Ali kecelakaan, dan yang disaksikan oleh Nyi Ayu saay Nyi Ayu bisa melihat kehidupan Ali untuk pertama kalinya.
"Bagaimana ini, Kak? Apakah kita harus melaporkan ini pada, Bos?" tanya lelaki yang badannya lebih pendek. "Tidak perlu! Sebaikny kita tunggu dulu, sampai semuanya jelas."
Mereka lalu keluar dan meneliti Aji dan ketiga teman-teman Ali dari kejauhan. Pandangan mata merema juga tak lepas dari Ali. Mereka sangat waspada.
Saat mereka mengikuti Ali dan Jenny sewaktu berada di taman, mereka berdua terkejut saat menyadari kalau mengenali Aji, "bukankah itu adiknya lelaki yang kita ikuti?" guman lelaki yang berbadan tinggi.
Dua lelaki yang berbadan tinggi dan pendek memakai cincin dengan motif ular di sekeliling lingkat cincinnya.
"Astaga, membosankan sekali," keluh lelaki yang berbadan pendek saat melihat Ali dan Jenny saling bertatapan. "Tetap waspada, jangan lengah!" Bentak lelaki yang berbadan tinggi karena menyadari kalau temannya hendak melepaskan topi.
Tiba-tiba mereka langsung membalikan tubuh mereka karena menyadari Ali sedang melirik ke arah mereka, "apakah kita ketahuan, Kak?"
Bughhh...
"Arrggghhh.."
Ternyata saat itu Aji, Edi, Zaki dan Darul yanh sedang dilirik oleh Ali. Ali dapat merasakan kalau ia sedang diintai.
Aji, Edi, Zaki dan Darul panik saat Ali menoleh ke arahnya, sehingga mereka panik dan berbalik mari. Ternyata menabrak 2 orang tadi.
"Aduh, maaf Bang. Saya gak sengaja," ucap Edi panik. "Jalan pakai mata, Bodoh!" bentak lelaki yang pendek kesal.
Namun lelaki yang berbadan tinggi langsung menarik lengannya, mencoba menenangkan temannya tersebut, "jangan mancing keributan!"
"Sepertinya kalian sedang terburu-buru. Sebaiknya hati-hati!" ucap lelaki yang tinggi ramah.
Lelaki itu menyadari kalau mereka panik karena tatapan Ali, ia berusaha agar tak terjadi keributan.
"Baik, Bang. Terima kasih banyak yah." ucap Edi seraya menunduk dan merasa bersalah.
Kemudian mereka bertiga diam-diam pergi menjauh dari arah mereka.
"Lu sih grasah grusuh bae, hampir aja kita ketahuan." keluh Darul dan Zaki.