Ali kini bisa berjalan dengan bangga. Nyi Ayu yang mengisi tubuh Ali sudah membuat nama Ali kini manjadi pembicaraan di web kampusnya setelah mempermalukan Johan.
Ali tersenyum puas membaca komentar yang menayangkan lomba panahan kemarin. Tapi yang membuat Ali makin puas adalah Jenny yang mengajaknya makan malam. Nyi Ayu merasa senang karena bisa membuat impian Ali untuk mendapatkan Jenny terwujud.
"Akhirnya Ali bisa lebih dekat dengan Jenny," guman Ali tersenyum, " wajahmu kenapa, Aji?" Ali terkejut saat ia menoleh dan memandangi wajah Aji.
Aji seperti menyimpan curiga padanya, "apakah ada yang salah?" tanya Ali lagi. "Gak ada yang salah, cuma gua takut aja, Bang." sahut Aji dengan nada berat.
Ali menatap dalam pada wajah Aji, "lu sadar gak? Nanti yang mau ketemu Jenny itu Nyi Ayu bukan Bang Ali. Gua takut nanti lu malah ngacauin hidup Bang Ali." jawab Aji mengungkapkan kekhawatirannya.
Senyuman di wajah Ali terukir, Ali bisa memahami kekhawatiran Aji, "aku mengerti kenapa kamu khawatir. Tapi, tak bisakah kamu percaya padaku? Aku bahkan sudah membuat Ali bisa menegakan wajahnya. Aku bahkan sudah membalas Johan yang sudah membuat Ali malu. Apakah kamu belum bisa percaya padaku?" ucap Ali pelan, wajahnya seperti menunjukan rasa kecewa pada Aji.
"Maafin gua Bang, maksud gua Nyi Ayu. Gua gak tahu kenapa, cuma gua cemas aja," ujar Aji, " gua tahu kalau lu itu orang baik. Cuma gua selalu takut kalau Bang Ali kenapa-napa aja." Jelas Aji merasa bersalah.
"Aku bisa mengerti kekhawatiranmu. Walahpun aku perempuan, dan aku tahu cara agar menjaga tubuh Ali agar Ali tidak dipermalulan lagu." ucap Ali dengan nada yakin.
Indera pendengaran mereka menangkap suara berisik di luar kamar, "itu teman-temannya Ali," ucap Ali yang menangkap jelas suara Edi, Zaki dan Darul.
"Sepertinga mereka tahu tentang lu dan Johan, Bang," ujar Aji mencoba menebak kedatangan ketiga teman-temannya. " Sepertinya begitu. Mari kita lihat ke depan!" ajak Ali bersemangat. Ali begitu penasaran dengan respon ketiga teman-temannya.
Ali dan Aji langsung keluar kamar mereka untuk menemui Edi, Zaki dan Darul. Setelah mereka di luar,ternyata mereka sedang bersama Iin, Sarji dan Adel.
"Idola baru kita sudah keluar nih," sambut Edi diiringi tepuk tangannya, dam disusul suara tepuk dangan dari semua orang yang berada di ruang tengah. Suara Edi seperti seorang host yang memeprsilahkan bintang tamunya masuk ke acara, "mari sini, Tuan Ali."
Ali terlihat sungkan dan malu. Ternyata Zaki dan Darul langsung bangkit dan menghampiri Ali, "udah sini gak usah malu-malu!" ajak Zaki seraya menarik lengan Ali agar Ali ikut bergabung dengan Edi, Iin, Sarji dan Adel.
Saat Ali menatap wajah Iin, ia merasa bersalah. Ali teringat akan janjinya untuk mengganti pot bunga yang ia hancurkan, "mmm.. Mak, maafakan Ali yah. Ali belum bisa ganti pot bunga punya Emak," ucap Ali merasa bersalah.
"Udah, gak apa-apa. Mak udah ikhlasin kejadian itu. Lagian memang bunga itu sudah tak terawat. Emak dan Babeh sibuk terus sampai bunga-bunganya gak keurus," jawaban Iin terdengar sangat melegakan Ali. "Benarkah, Mak? Aku tidak perlu mengganti semua pot-pot bunga." tanya Ali meyakinkan.
Ali jelas melihat wajah Iin kini berbinar-binar, rasa marah Iin dan Sarji seperti hilang, "tenang aja, Li! Emak dan Babeh sudah ikhlas, ternyata lu emang pintar," jawab Sarji meyakinkan, Sarji dan Iin tersenyum bangga.
"Gua udah tunjukin video lu. Video lu saat manah dan bikin si Johan malu," ucap Darul bangga, "Nyi Ay..." suara Adel bersemangat dan meninggi namun langsung terhenti menyadarj kalau ia salah menyebut.
"Maksud gua, Bang Ali hebat," lanjut Adel seraya memaksakan senyum kuda, pada Edi, Zaki dan Darul yang teelihat bingung, kemudian mereka bertiga hanya menjawab "ohhh..."
"Tapi ada yang bikin kalian terkejut lagi nih," ujar Aji ikut bersemangat. Seluruh wajah di ruangan itu menatap Aji dan menunggu ucapan selanjutnya sari Aji.
Aji tersenyum puas melihat wajah penasaran merema, "Jenny ngajakin Bang Ali kencan malam minggu ini," ucapan Aji seperti menyihir mereka Edi, Zaki dan Darul.
"Siapa Jenny?" tanya Iin yang merasa asing dengan nama Jenny. "Mak, Jenny itu idola kampus. Cewek paling cantik di kampus," jelas Edi bangga.
"Buat kenalan sama Jenny aja susah, Mak. Apalagi Jenny anak dari salah satu pemilik yayasan kampus. Anak orang kaya, Mak," jelas Darul menambahkan penjelasan Edi.
Kedua mata Iin dan Sarji langsung berbinar-binar, begitu juga dengan Adel terlihat bangga menatap Ali, "kalau gitu, biar Adel bantu Bang Ali make over penampilannya," sahut Adel bersemangat.
**
Ali berjalan menuju cafe yang dijanjikan oleh Jenny. Suara jantung Ali terdengar berdetak lebih kencang, 'tenang Nyi Ayu. Kamu jangan panik! Aji benar, suara jantung berdetak lebih cepat karena aku takut melakukan kesalahan. Aku menemui kekasih Ali. Bagaimana ini?' guman hati Ali cemas.
Ali bahkan menghentikan langkahnya. Kini jiwa Nyi Ayu menjadi seprti dilema, karena ia harus pura-pura menjadi laki-laki seutuhnya karena akan menemui Jenny. Wajah Ali berubah cemas karena ia harus memandang wajah Jenny.
"Hai Ali. Aku di sini," terdengar suara Jenny berteriak saat melihat Ali yang terlihat ragu-ragu.
Suara detak jantung Ali berpacu makin cepat, 'bagaimana ini?' wajah Ali berubah cemas, kemudian ia mencoba menarik napas panjang, "huhhhh...."
"Tenang Nyi Ayu! Tidak ada yang tahu kalau dalam tubuh kamu perempuan. Kamu hanya perlu bersikap seperti laki-laki!" jawab Nyi Ayu memberi semangat pada tubuh Ali.
Ali berjalan dengan percaya diri, setelah meyakinkan dirinya agar menjadi Ali dan menghilangkan jiwa perempuan Nyi Ayu.
"Maafkan aku. Apakah kamu sudah lama menunggu?" ucap Ali setelah berada di hadapan Jenny.
Jenny terlihat mematung, memandangi wajah Ali. Jenny seperti terpesona saat memandangi wajah Ali lebih dekat. Ali yang mendapatkan tatapan dari Jenny berubah kebingungan, "aaa... apakah ada yang salah?" tanya Ali gagap dan kebingungan.
Jenny tersadar setelah mendapatkan pertanyaan dari Ali, "ah.. tidak ada apa-apa. Silahkan duduk!" ucap Jenny yang terlihat salah tingkah, seraya menunjuk kursi yang berada di hadapannya.
Ali pun langsung duduk di kursi hadapan Jenny. Adel merubah penampilan Ali sangat sempurna hingga Jenny terkesima melihat penampilan Ali yang tampan dan terus memandangi wajah Ali, "ternyata kamu ganteng juga," ujar Jenny mengulum senyum.
"Mmm.. benarkah?" tanya Ali malu-malu. Ali jelas mendengar ucapan Jenny. "Iya, kamu ternyata ganteng. Biasanya kamu mmm..." Jenny terlihat ragu untuk melanjutkan kalimatnya.
"Tidak apa-apa. Aku paham maksudmu, dulu penampilan Ali sangat berantakan. Benar kan?" ujar Ali menduga ucapan Jenny selanjutnya. Jenny tersenyum sungkan mendengar kalimat Ali. "Aku harus merubah penampilanku karena aku akan bertemu dengan gadis cantik seperti kamu." Ucapan Ali membuat Jenny memerah karena tersanjung.
'Bagus Nyi Ayu, kamu harus bisa merayu Jenny agar Jenny bisa menjadi kekasih Ali saat jiwamu sudah kembali. Kamu harus membalas budi pada Ali,' ucap Nyi Ayu dalam hati.
Tiba-tiba hati Ali terlihat waspada. Insting Nyi Ayu merasakan ada seseorang yang memperhatikannya saat ini.