"Giliran kalian 1 jam lagi yah," ucap Radit, "Ali, kalau lu berubah pikiran untuk mundur, masih bisa yah." Jelas Radit menatap Ali.
Ali terlihat mencibir kesal karena merasa Radit menghinanya, "kenapa aku harus mundur?" cetus Ali sinis membuat Radit terlihat sungkan dan melirik Aji.
Aji menarik paksa tubuh Ali lagi, "Bang, ayo ikut gua!" kali ini Ali menurut pada Aji mengikuti langkah Aji menuju sudut lain gelanggang di sana, "Bang, kita pulang aja yah! Kita cari even lain, okeh!" bujuk Aji penuh harap.
"Kenapa? Kamu meragukan kemampuanku sama seperti orang itu," sergah Ali yang terlihat mulai emosi membuat Aji panik, "bu.. bukan gitu, Bang," Aji terdengar gagap karena panik, " Nyi Ayu. Kamu lihat sendiri kan di video, bagaimana Johan mempermalukan Bang Ali karena menantang Johan." Jelas Aji seraya berbisik.
Penjelasan Aji membuat Ali mengembangkan senyumannya, "kamu lupa kalau di dalam tubuh Ali sekarang ini adalah Nyi Ayu?" tanya Ali percaya diri, "kamu sendiri sudah melihat kan kemampuan memanahku saat aku memanah buah mangga sebelum ke sini?" Ali makin percaya diri.
Terlihat Aji mulai berpikir dan meyakinkan dirinya kalau memang Nyi Ayu yang berada dalam tubuh Ali pandai memanah, "lu yakin bisa mengalahkan Johan?" tanya Aji meyakinkan karena masih belum sepenuhnya percaya pada kemampuan Ali.
Ali mengukir senyuman percaya diri, "apa aku harus membuktikannya lagi padamu?" seru Ali yakin.
Aji belum pernah melihat wajah Ali yang penuh percaya diri, "Aji, aku tidak bisa membiarkan orang tersebut menghina Ali. Aku harus membalas sakit hati Ali," jelas Ali terus meyakinkan Aji, "aku pasti bisa mengalahkan Johan. Dengan begitu, Ali bisa menegakkan wajahnya dan mengembalikan harga dirinya."
"Izinkan aku ikut acara memanah ini dan mengalahkan Johan," seru Ali yang sudah melihat wajah Aji mulai mempercayai semangatnya, "tapi kalau kalah lagi. Malah membuat Bang Ali makin malu," Aji bertanya kembali untuk meyakinkan keraguannya, "percayalah padaku! Aku akan menang." Sahut Ali mengembangkan senyumannya.
"Baiklah kalau begitu. Gua ngomong dulu sama Radit," jawab Aji yang mulai yakin pada semangat Ali, "lu tunggu di sini dulu. Jangan ke mana-mana!" tegas Aji pada Ali, kemudian Aji menghampiri Radit yang berada di tempat pendaftaran.
Ali tersenyum puas karena Aji mempercayainya. Jiwa Nyi Ayu tidak terima kalau tubuh tempatnya berada dipermalukan, "tenang saja Ali. Aku akan menyelamatkan hidupmu juga, sebelum aku menyelamatkan hidupku sendiri," guman Ali pada dirinya sendiri.
Tiba-tiba mata Ali tertuju pada seorang gadis yang baru saja masuk ke dalam gelanggang. Memori Ali muncul lalu menampilkan keseharian Ali bersama gadis tersebut. Sarah nama gadis tersebut, memori Ali menampilkan keakrabannya dengan gadis itu, "lu itu sahabat terbaik gua, Sarah. Jangan ngambek yah!" ucap Ali merayu Sarah kemudian Sarah tersenyum setelah mendengar ucapan Ali.
"Rupannya gadis itu sahabatnya Ali. Mereka berdua sama-sama menyukai panahan," guman Ali pelan setelah selesai melihat memori yang muncul dalam penglihatan Ali.
Ali tersenyum pada Sarah dan melambaikan tangan dengan gaya khas Ali. Ali melakukannya sesuai dengan penglihatan memorinya tadi, tetapi Sarah terlihat membuang muka, "kenapa Sarah mengabaikan Ali," seru Ali pada dirinya.
Sarah yang hendak berjalan ke arahnya memilih berbelok ke kanan. Ali mengejar Sarah, "sepertinya Sarah sedang merajuk pada Ali. Aku harus membujuknya," ucap Ali yang sudah berjalan mendekat pada Ali.
"Sarah, apakah kamu masih marah pada Ali?" tanya Ali setelah berhasil mengejar Sarah.
Sarah berbalik dan menatap Ali seperti penuh amarah, "ngapain lu nyamperin gua?" sinis Sarah kesal membuat Ali kebingungan padahal memorinya menunjukan kalau mereka baru saja berbaikan, "Sarah.." ucapan Ali terputus, 'apa aku harus berbahasa seperti logatnya Ali.'
Sarah langsung berbalik meninggalkan Ali, wajahnya menunjukan kalau Sarah masih menyimpan kebencian pada Ali, "lu itu sahabat terbaik gua, Sarah. Jangan ngambek yah!" langkah Sarah terhenti saat mendengar ucapan Ali yang terdengar meninggi membuat beberapa orang yang ada di dekat mereka menoleh, "lu gila ya, Li?" pekik Sarah pelan seperti menahan malu, karena orang-orang di sekitar mereka sedang menatap Ali dan Sarah.
Aji terlihat berlari menghampiri Ali dan Sarah. Wajah Aji terlihat panik, "Bang Ali," ujar Aji setelah berada di dekat Ali, "Sa.. Sarah maafin Bang Ali, yah. Bang Ali habis kecelakaan, otaknya agak eror!" jelas Aji seraya menarik paksa tubuh Ali agar menjauh dari Sarah.
Sarah terlihat membulatkan matanya mendengar penjelasan Aji, "ada apa lagi, Aji?" tanya Ali kebingungan karena melihat wajah cemas Aji saat menarik tangannya, "udah ikut gua cepat!" jelas Aji yang terus menarik tangan Ali, "nanti gua jelasin. Ikut gua!" Ali pun menurut dan mengikuti Aji meninggalkan Sarah yang mematung menatapnya saat ditarik Aji.
Aji membawa Ali keluar gelanggang panahan.
"Bang kenapa lu bisa sama Sarah?" tanya Aji kebingungan dan tersirat rasa takut di wajahnya, "Sarah sahabatnya Ali kan? Aku melihatnya dalam memori Ali saat aku melihat Sarah." Jelas Ali pelan.
Aji makin kebingungan, "lu bisa melihat memori Bang Ali?" Ali hanya mengangguk, "terus apa yang lu lihat?" tanya Aji kemudian.
Ali termenung sebentar, "aku melihat Ali sedang membujuk Sarah yang sedang merajuk, lalu keseharian mereka berdua. Ternyata mereka teman dekat sejak kecil kan?" jelas Aji mengingat penglihatannya saat memori Ali muncul.
"Cuma itu?" tanya Aji meragukan Ali. Ali terlihat keheranan, "maksudnya apa?" cicit Ali heran.
Seketika wajah Aji berubah frustasi, "Bang Ali, lu gak ingat sebelum lu mabuk dan kecelakaan?" pertanyaan Aji membuat Ali makin kebingungan karena ia sendiri belum bisa melihat memori tersebut dalam ingatan Ali.
"Bang sebelum lu dipermalukan sama Johan. Sarah itu menyatakan cintanya sama lu," Ali tercengang mendengar penjelasan Aji, "lu langsung menolak Sarah yang selama ini diam-diam suka sama lu yang jadi sahabatnya sejak kecil," jelas Aji lagi.
"Coba lu bayangin, Bang! Kalau jadi Sarah gimana," keluh Aji yang membayangkan perasaan Sarah.
Ali terkejut dan mencoba menelusur memori Ali lagi. Wajah Ali terlihat sedang berpikir. Tiba-tiba Ali menutup mulutnya, "oh, tidak!" guman Ali sedkit keras membuat Aji terkaget, "ada apa, Bang?" tanya Aji panik melihat wajah Ali sangat terkejut.
"Aku sedang melihat memori Ali dan berhasil melihat kejadian Sarah sewaktu menyatakan cintanya pada Ali," seru Ali dengan wajah terkejut, "bodohnya aku malah menyapa Sarah. Sarah pasti masih sakit hati dengan Ali," gerutu Ali kesal.
"Kasihan Sarah, Ji," guman Ali merasa bersalah. Aji terlihat mencibir kesal, "bagaimana Aji. Aku harus minta maaf pada Sarah, agar Sarah tidak marah pada Ali." Guman Ali bimbang.
Tiba-tiba wajah Aji was-was, "Jenny," seru Aji saat melihat seorang gadis yang baru saja turun dari mobil mewah. Ali memutar tubuhnya dan melihat gadis yang dimaksud Aji. Ali belum melihat langsung wajah Jenny.