Chereads / Miss Gentleman / Chapter 16 - Buah Semangka

Chapter 16 - Buah Semangka

"Bang. Kali ini Bang Ali bisa lolos," ucap Adel emosi saat mereka sudah keluar dari kantor polisi, "coba kalau tadi Bang Ali sampai dipenjara?" bentak Adel yang tetap emosi.

Ali hanya bisa menunduk, sebenarnya Ali sendiri tak tahu apa yang terjadi, "Bang Ali, lu tahu gak sekarang ada di mana?" tanya Aji yang bisa menangkap wajah Ali kebingungan.

Ali hanya menggeleng tak mengerti membuat Adel dan Aji melongo heran, "jadi, tadi tangan Bang Ali diborgol gak tahu?" Aji tersentak makin heran saat Ali kembali menggelengkan kepalanya.

"Apa aku berbuat salah lagi?" pertanyaan Ali makin membuat Adel bertambah emosi.

"BANG ALI....." Adel berteriak kencang, ia seperti hendak menangis.

Ali yang mendengar teriakan kencang Adel terkejut, "apa yang sudah aku lakukan? Kenapa kamu begitu marah," tanya Ali makin kebingungan.

Aji menarik tangan Ali menuju tempat yang sepi di samping kantor polisi, meninggalkan Adel yang mengatur emosinya, "Bang, lu tadi nyentuh gunung kembar wanita tadi?" Aji berbisik pelan dan hati-hati takut ada yang mendengar pertanyaannya.

Kepala Ali mengangguk sebagai jawaban pertanyaan Aji, "astaga, Bang Ali," Aji terliha terkejut, ia bahkan sampai membulatkan matanya.

"Gimana rasannya?" otak Aji tiba-tiba bertraveling, kemudian Aji mengedikan matanya beberapa kali dengan cepat agar bisa menyadarkan otaknya dan memukul kepalanya, plak..plakkk..

Tindakan Aji makin membuat Ali makin heran, "maksud gua, kenapa lu berbuat kaya gitu?" otak Aji sudah kembali normal, ia kembali mengintriogasi Ali.

"Aku hanya penasaran itu gunung kembar atau bukan?" jawabnya dengan rasa tak bersalah, mata Aji kembali membulat, "punyaku bahkan tak sebesar itu," Ali menunjukan gunung kembar Ali dengan membusungkan dadanya.

"Punya wanita itu besar seperti buah semangka. Aku heran, bagaimana bisa sebesar itu?" ucap Ali seperti berpikir.

"NYI AYU.." bentak Aji membuat Ali terkejut dan refleks memundurkan langkah kakinya, "lu itu sekarang ada di tubuh Bang Ali," tegas Aji dengan nada keras, "Bang Ali itu laki-laki. Coba dipikir dong! Tiba-tiba tangan lu nyosor megang gunung kembar wanita?" suara Aji meninggi.

Ali sepertinya baru mengerti akan perbuatannya, "astaga..." sahutnya, "kenapa tak terpikir olehku," Ali benar-benar kebingungan dan merasa bersalah.

"Apakah wanita itu marah?" tanya Ali ketakutan membuat Aji hanya bisa menarik napasnya.

Ali menoleh pada Adel yang sudah duduk di bangku teras kantor polisi, "padahal gua sama Adel dari tadi ketakutan, malu dan merasa bersalah, hikss..hikss..hikss.." Aji terlihat ingin menangis.

"Ada apa lagi Aji, ada apa denganmu?" tanya Ali panik melihat Aji meringkih hendak menangis.

"Bang Ali, lu tau gak sekarang ada di mana?" ucap Aji lemas seraya menujuk kantor polisi, "itu kantor polisi tempat orang dipenjara," Ali langsung berubah panik mendengar penjelasan Aji.

"Kenapa aku dipenjara?" tanya Ali kebingungan dan ketakutan, "gara-gara lu megang gunung kembar wanita itu, jadinya wanita itu laporin lu atas tindakan pelecehan seksual," jelas Aji tak bersemangat.

"Apa..?" suara Ali panik, "lalu aku harus bagaimana? Aku tidak bermaksud begitu. Kamu tahu kan aku ini perempuan, aku hanya penasaran." Jelas Ali makin panik.

Aji menarik napasnya panjang, "lu gak jadi dipenjara, Bang," ucapan Aji membuat Ali terlihat lega. Ali tersenyum lega.

Tetapi Ali langsung menghilangkan senyumannya saat mata Aji terlihat penuh emosi, "kenapa aku gak jadi dipenjara?" tanya Ali pelan dan penasaran.

"Tadi lu bisa lepasin borgol," Ali terlihat kebingungan, "besi yang lu kira gelang. Dan wanita itu ketakutan, begitu juga polisi yang ada di dalam. Mereka takut sama lu."

Ali hanya menjawab, "oohhh.. mudah saja melepaskan borgol tadi," jawab Ali percaya diri seakan lupa akan kesalahannya pada wanita.

Aji pun seperti lebih tertarik pada ucapan terakhir Ali, "gimana caranya, Bang?"

**

Adel membawa Ali kembali ke salon Mpok Minah, karena Ali terus merengek membujuk Adel ingin merubah penampilannya. Nyi Ayu tak menyukai gaya rambut Ali yang gondrong dan amburadul, apalagi kumis dan janggutnya mulai tumbuh.

Nyi Ayu terus terbayang foto Jimin yang dijadikan spanduk di depan salon Mpok Minah. Nyi Ayu ingin merubah wajah Ali agar lebih tampan, "eh, Del. Lu balik lagi?" tanya Mpok Minah waspada, karena trauma dengan kejadian tadi pagi.

"Maafin Bang Ali ya, Mpok. Gara-gara abis kecelakaan kemarin itu, otak Bang Ali rada gimana gitu," jelas Adel was-was, takut kalau Mpok Minah tak terima dengan kejadian tadi sore.

Mpok Minah menyeringai, "gak apa-apa sih. Lagian aku juga sebel sama si Seruni, kalau ke sini bikin ricuh terus. Perawatan pengen yang bagus tapi bayaran minta diskon terus.

Apalagi Engkong Aris tuh," tunjuk Mpok Minah pada lelaki tua yang sedang menghisap rokok di teras salon Mpok Minah, "seneng banget godain si Seruni. Ihh... geli gua.." Mpok Minah bergidik membayangkannya.

"Eh, lu mau ngapain sekarang?" tanya Mpok Minah yang tersadar kalau Adel dan Ali masih berada di salonnya yang sudah mau tutup.

Adel tersenyum canggung dan takut, sementara mata Ali menjelajah semua poster-poster artis yang berada di ruangan salon Mpok Minah, "bisa make over Bang Ali?" tanya Adel ragu, seraya menunjuk Ali yang tersenyum melihat poster-poster boyband korea.

Plakk... Adel memukul punggung Ali yang sedang berputar, karena matanya mengajak tubuhnya berputar meneliti poster-poster di sana, "inget lu tuh laki!" tegas Adel berbisik pelan, karena menyadari Ali tersenyum saat melihat poster boyband korea.

Ali yang menyadari ultimatum Adel langsung berbalik menghadap Mpok Minah dan menundukan wajahnya. Mpok Minah meneliti tubuh Ali dari ujung rambutnya hingga ujung kakinya.

"Heh Ali!" panggil Mpok Minah, "lu pengen seperti siapa?" tanya Mpok Minah seraya menunjuk poster boyband korea yang tadi ditelitinya satu persatu.

Ali tersenyum riang, "orang itu," tunjuk Ali pada poster Jimin yang sedang bergaya klasik. Mpok Minah tersenyum lebar, "gampang banget kalau kaya Jimin mah.

Prokkk..prokk.. Mpok Minah menepuk tangannya beberapa kali, memanggil anak buahnya. Anak buahnya muncul dari balik gorden, "kita punya tugas," Mpok Minah memberi aba-aba pada anak buahnya seraya meatap pada Ali, "dia tetanga gua. Jadi, berikan servisan terbaik!" pinta Mpok Minah tegas.

"Jadikan Ali itu, Jimin-nya Indonesia," tunjuk Mpok Minah pada anak buahnya, "paham kalian?" tanya Mpok Minah seraya melirik 3 anak buahnya, "paham banget, Mpok..." jawab mereka serentak.

"Mari Bang Ali, ikut kami!" pinta salah satu anak buah Mpok Minah.

Ali melirik Adel cemas, "udah ikutin aja meraka," ucap Mpok Minah, Adel terlihat makin cemas, "Mpok, Adel boleh temenin Bang Ali, gak?" usul Adel was-was, takut kejadian tadi pagi terulang.

"Tenang aja, Del. Anak buah Mpok semuanya sabuk hitam karate." Jawab Mpok Minah meyakinkan Adel, tapi Adel malah makin was-was. Adel yakin kalau Nyi Ayu lebih jago dibandingkan suhu karate.