"Apa kalian mengkhawatirkan Ali atau Nyi Ayu?"
Semua keluarga Ali terhentak kebingungan mendengar pertanyaan yang keluar dari bibir Ali. Iin terlihat maju dan duduk di samping Ali menghadap wajah Ali, serta mengambil tangan Ali lalu meletakannya di atas tangannya, "siapapun lu. Ali atau Nyi Ayu, kami akan khawatir sama lu," jawab Iin membuat mata Ali berembun, jawaban Iin terasa menyentuh hatinya.
Iin mengusap rambut baru Ali perlahan, "Emak tahu. Ali ataupun Nyi Ayu pasti kalian berdua sangat merindukan ibu kalian," Ali merasa hatinya makin tersentuh, ia melabuhkan tubuhnya dalam pelukan Iin.
Iin benar, ia sangat merindukan ibundanya, begitu juga Ali pasti merindukan Iin. Iin membalas pelukan Ali erat. Kasih seorang ibu dalam diri Iin tak pernah mempertanyakan siapa isi tubuh anaknya itu. Setelah puas memeluk tubuh Iin membuat rasa rindu Nyi Ayu pada ibundanya terobati.
"Lu masih Nyi Ayu," ucap Iin setelah tubuh Ali terlepas dari pelukannya dan Ali hanya mengangguk, kemudian Iin mengusap air mata Ali, "ada apa? Apa yang lu rasain?" tanya Iin lembut.
"Ceritain sama kita semua, biar kita semua bisa bantu lu," ucapan Iin di jawab dengan anggukan Sarji, Aji dan Adel, "bener Li. Lu tuh gak bisa ngadepin ini sendirian," ujar Sarji diiringi senyuman tulusnya dan disusul senyuman dari Aji dan Adel.
Ali menatap semua anggota keluarganya, ia merasa tak lagi sendirian, "terima kasih semuanya," jawab Ali merasa lega.
"Sekarang coba lu cerita ada apa?" tanya Iin yang masih penasaran dengan keadaan Ali. Ali mengembangkan senyumannya.
Jiwa Nyi Ayi merasakan lebih tenang, ia seperti mempunyai anggota keluarga baru. Walaupun ia tahu ibunda dan ayahandanya begitu peduli padanya, tapi mereka tak seperhatian keluarga Ali. Nyi Ayu sempat berpikir untuk mengakhiri nyawa Ali agar jiwanya segera kembali pada tubuh dan dunianya, tetapi melihat begitu pedulinya keluarga Ali pada dirinya, membuat Nyi Ayu ragu.
"Aku mendapatkan petunjuk baru," semua netra keluarga Ali terlihat berbinar-binar, mereka bersemangat menunggu kelanjutan ucapan Ali, "tanda ini," Ali menujuk pada punggung belakangnya dengan telunjuknya.
"Tanda ini akan menghilang selama 100 hari. Jika tanda ini menghilang, maka aku bisa kembali ke tubuh asliku," seluruh keluarga Ali tersenyum sempurna, "benarkah?" tanya Iin memastikan pendengarannya.
Anggukan kepala Ali membuat mereka bersorak gembira, "berarti kalau Nyi Ayu kembali pada tubuhnya, Bang Ali kembali juga?" tanya Aji yang tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya dan Ali kembali mangangguk.
Ali terlihat tertegun melihat kegembiraan keluarganya. Ternyata Iin menyadari kalau Ali tengah tertegun, "ada masalah apa lagi? Kenapa kamu terlihat tidak senang?" pertanyaan Iin membuat Sarji, Aji dan Adel berhenti tersenyum.
Rasa bingung Ali membuatnya ketakutan, apakah ia harus memberi tahu petunjuk terakhirnya, "Ali, kenapa lagi?" tanya Sarji penasaran.
"Tidak apa-apa?" kilah Ali menutupinya. Tapi Iin tak bisa dibohongi, ia tahu sirat kecemasan dalam wajah Ali, "Nyi Ayu, sekarang lu tuh ada dalam tubuh Ali anaknya Emak. Emak tahu isi hati anak-anak Emak. Jadi, lu gak bisa bohong sama Emak." Tegas Iin meyakinkan Ali.
"Babeh lu, Aji, Adel, pasti bisa lu bohongin," tambah Iin seraya menunjuk satu persatu anggota keluarganya, "tapi sama Emak, lu gak bisa bohong," jelas Iin yang bisa melihat rasa cemas dan khawatir pada wajah Ali,
"Ngomong, jangan lu pendam sendiri!"
Air mata Ali seketika kembali tumpah. Sarji, Aji dan Adel hanya bisa tersenyum memandangi wajah Ali yang nampak terharu mendengar ucapan Iin. Ali terlihat mengatur napasnya lalu ia mengusap air matanya, "terima kasih sekali. Aku benar-benar terharu dan aku janji akan menjaga tubuh Ali sampai 100 hari ke depan, agan kalian bisa bertemu dengan Ali yang asli," ucap Ali terisak-isak.
Kemudian Ali menatap satu persatu wajah anggota keluarga Ali, "petunjuk tersebut mengatakan kalau tubuh Ali sedang dalam bahaya," suara isak Ali terhenti dan seluruh anggota keluarga Ali memasang ekspresi terkejut, "hanya aku yang bisa menyelamatkan tubuh Ali hingga 100 hari sampai tubuhku kembali ke duniaku. Jika tidak..." Nyi Ayu yang berbicara melalui bibir Ali terlihat ragu untuk menerukan kalimatnya.
"Jika tidak, apa? Jelasin yang lengkap, Ali!" pinta Sarji mendesak wajahnya terlihat cemas membuat wajah Ali terlihat berat, "jika tubuh Ali meninggal, maka jiwa Ali juga menghilang dan jiwaku kembali ke duniaku." Dengan nada berat akhirnya tubuh Ali menceritakan kejadian yang di alami Nyi Ayu.
Iin terlihat terkejut mendengar penuturan terkahir Ali, tangannya sampai terjatuh dari pangkuannya, "jadi, maksudnya kalau Nyi Ayu pengen kembali ke tubuh asli Nyi Ayu sekarang, maka tubuh Ali dan jiwa Ali meninggal?" suara Iin lirih perih, air matanya menetes dan Ali hanya bisa menganggukan kepalanya.
Hati Nyi Ayu teriris melihat air mata Iin menetes, "tapi aku janji! Aku akan menjaga tubuh Ali agar tetap sehat dan tidak meninggal. Hanya 100 hari, akan aku jaga dengan baik," jelas Ali meraih tangan Iin agar mempercayai ucapannya.
Tapi ada rona tidak percaya dalam wajah Iin dan juga anggota keluarga lainnya, "bagaimana kita percaya kalau Nyi Ayu akan menjaga tubuh Bang Ali? Sedangkan Nyi Ayu sendiri tak suka berada dalam tubuh Bang Ali?" ujar Aji jelas tak ada rasa percaya di wajahnya.
"Aji, aku sungguh-sungguh! Aku memang ingin kembali kepada tubuh asliku, tapi aku tidak ingin membuat kalian kehilangan Ali," jelas Ali, "aku tidak diajarkan egois. Aku akan membalas semua dukungan kalian, percayalah padaku!" tegas Ali meyakinkan, wajahnya terlihat bersungguh-sungguh.
Sayangnya Aji terlalu terkejut dan ketakutan sehingga tak bisa melihat wajah sungguh-sungguh Ali, "bagaimana caranya?" Aji menatap tak percaya pada wajah Ali, "lu sendiri bahkan merubah penampilan Bang Ali karena lu gak suka berada dalam tubuh Bang Ali." Cerca Aji terlihat kesal.
Wajah Ali terlihat kebingungan, ia tak tahu bagaimana caranya meyakinkan keluarga Ali kalau Nyi Ayu tersentuh dengan perlakuan lembut keluarga Ali, "aku bersumpah akan menjaga tubuh Ali," ucapnya dengan penuh keyakinan.
Tengggg... tiba-tiba kepala Ali terasa tertarik ke dalam hingga Ali memekik kesakitan dan memegangi kepalanya dengan kedua tangannya sampai ia tak bisa berpikir lagi apa yang harus ia katakan pada keluarga Ali. Tak hanya rasa sakit saja yang ia rasakan tapi telinganya terasa berdenging kencang, "ahhhhh...."
Keempaat anggota keluarga Ali terlihat panik saat Ali memekik kesakitan seraya memegangi kepalanya, "Bang Ali kenapa, Bang?" Aji yang tadi terlihat kesal dan tak percaya dengan Ali, langsung khawatir dan panik.
Begitu juga dengan Iin, Sarji dan Adel terlihat panik. Mereka semua memanggil nama Ali dan menanyakan keadaan Ali tapi Ali makin memekik berteriak kesakian, "ah kepalaku sakit sekali,"