Nyi Ayu sudah berisap merubah kepribadiannya untuk menjadi lelaki. Nyi Ayu bertekad untuk mendalami perannya dalam tubuh Ali agar ia bisa memecahkan masalahnya dan mencari penyebab, kenapa ia terdampar dalam tubuh Ali serta mencari jalan keluar agar jiwanya bisa kembali ke tubuh aslinya.
"Lu yakin, Del mau bawa Abang lu keluar rumah?" tanya Sarji penuh curiga, apalagi tatapan Iin dan Aji penuh khawatir dan curiga.
"Yakin Beh," jawab Adel, "kita gak bisa mengurung Bang Ali selamanya di dalam rumah kan?" jelas Adel meyakinkan kedua orang tuanya dan Aji. Kemudian tatapan mereka berpindah pada Ali yang terlihat sudah siap lahir dan batin.
"Tenang saja! Aku akan menurut pada Adel," Ali mengembangkan senyuman pasti. Mata Sarji dan Iin masih penuh kekhawatiran, "gua ikut sama Adel, Beh," Aji mengajukan dirinya, "biar ada yang bantuin jaga Bang Ali."
"Kita semua ikut deh," saran Iin cemas. Ali, Aji dan Adel terlihat terkejut mendengar usul Iin.
"JANGAN!" teriak Adel dan Aji bersamaan, "aku mau ajakin Bang Ali keliling sekitaran sini aja, Mak." Jelas Adel memastikan.
Iin terlihat tertunduk, "udah, Mak! Biarin mereka jaga Ali, lihat tuh Ali," tunjuk Sarji pada Ali yang sedang tersenyum yakin, "kita percayakan saja Ali sama Aji dan Adel!"
"Emak khawatir aja, Beh. Takutnya Ali berbuat aneh-aneh lagi." Guman Iin dengan nada berat.
**
Akhirnya Aji dan Adel membawa Ali keluar rumah untuk pertama kalinya sejak jiwa Nyi Ayu memasuki tubuh Ali. Rasa was-was dan cemas tersirat pada wajah Aji dan Adel. Wajah Ali langsung terpesona melihat pemandangan luar. Terlihat gedung-gedung pencakar langit.
"Wahhh, itu bangunan apa?" tunjuk Ali pada bangunan yang menjulang tinggi di seberang jauh tempat rumahnya berada.
Aji dan Adel menarik napas bersamaan, "Bang, lu aja yang jelasin deh!" jawab Adel lesu, "enak aja! Lu kan yang ngajak Bang Ali keluar, jadi lu yang jelasin!" sergah Aji tak terima.
Ali mengangkat bibir atasnya melihat perseteruan Aji dan Adel. Ali mengeluarkan ponselnya, "ok google, gambar apakah itu?" Ali berbicara pada ponselnya yang sedang mengambil gambar di hadapannya.
Setelah ponsel Ali berhasil mengambil gambar yang dimaksud oleh Ali, suara dari mesin pencarian itu berbicara membuat Ali tersenyum puas karena mendapatkan jawaban yang ia inginkan. Aji dan Adel langsung melongo, "ternyata Nyi Ayu cepat tanggap yah." Guman mereka berdua bersamaan.
"Mari kita pergi!" ajak Ali bersemangat meninggalkan mereka dan melangkah keluar gerbang rumah mereka. Aji dan Adel yang terpana cukup lama dengan tingkah Ali langsung tersadar saat mendengar jeritan orang di depan gerbangnya, "aaaaaa.."
Bughhhh...
Brakkkk...
Seseorang terjatuh dari sepeda motor yang melintas di rumah Ali. Aji dan Adel langsung berlari untuk menolong orang yang jatuh tersebut. Tetapi Ali bukannya ikut menolong orang tersebut, ia malah mengambil gambar motor yang dikendarai orang tersebut, "ini seperti kereta tapi rodanya di depan dan di belakang," gumannya.
"Dasar orang gila!" gerutu orang yang terjatuh tersebut.
Rupanya jiwa Nyi Ayu yang berada dalam tubuh Ali terkagum melihat sepeda motor yang melewati rumahnya. Ali mencoba mengambil gambar dan bertanya pada 'google', tapi tidak bisa karena sepeda motor tersebut berjalan cepat saat melaju di jalan. Kemudian Ali berdiri di tengah jalan untuk menghadang sepeda motor yang melewat. Orang tersebut adalah korbannya, setelah motornya berhenti, Ali menarik tubuh orang tersebut dari atas motor.
"Wah, ini namanya motor. Keren sekali," guman Ali puas, "bagaimana cara menaikinya?" tunjuk Ali pada motor tersebut.
Lelaki itu sudah bangkit dan hendak melayangkan tinju pada Ali, baghhh...
Ali langsung menangkis kuat, dan menarik tangan orang tersebut lalu memelintirkannya ke belakang, arrrgghhhh...
Ringkihan orang tersebut menggema di udara. Aji dan Adel langsung memisahkan mereka berdua, "Bang Ali lepasin!" teriak Aji sambil menarik tangan Ali.
Arrrggghhh.. bukannya Ali menuruti permintaan Aji, tetapi malah mengencangkan pelintiran tangannya, "ampun Bang, ampun!" pinta orang tersebut, kemudian Ali mendorong tubuhnya.
Cepat-cepat orang tersebut bangkit, lalu meraih motornya dan melaju meninggalkan mereka dengan perasaan ketakutan bahkan laju motornya terseok-seok karena panik dan takut.
"Bang Ali. Lu gak boleh berbuat kaya gitu!" bentak Adel kesal, Ali lalu menunduk bingung. Ali merasakan kalau ia membuat kesalahan, "tapi orang itu hendak menyerangku."
"Lu yang nyerang dia duluan, Bang Ali," bentak Aji juga terbawa kesal, Ali melongo bingung memikirkan urutan kejadian sebelumnya.
Ali teringat bagian dia mendorong orang tersebut, lalu tertunduk dan merasa bersalah, "maafkan aku. aku terlalu penasaran." Suara Ali benar-benar penuh penyesalan.
Adel mencoba tenang dan menarik napas, "huhhhh... kita terangin dulu di sana!" tunjuk Adel menuju gang ujung yang berbelok ke arah jalan raya.
Adel memegangi tangan Ali agar Ali tak berontak. Sesampainya di jalan raya, mereka menjelaskan berbagai kendaraan umum dari mobil, angkot, bus dan kendaraan lainnya. Ali hanya tersenyum kagum, "sungguh luar biasa sekali." Guman Ali takjub.
Setelah itu mereka berkeliling di sekitar gang rumah mereka untuk menjelaskan tempat-tempat disekitarnya, "itu warung. Bang Ali bisa beli makanan, cemilan dan jajanan di sana!" tunjuk Aji bada warung kelontong samping belokan gang menuju rumahnya.
"Halo Bang Ijul." Sapa Aji pada pemilik warung kelontong, "mau pada ke mana? Itu si Ali udah sembuh?" tanya Ijul pemilik warung kelontong tersebut.
Aji dan Adel tersenyum ramah, sementara Ali hanya tersenyum canggung, "udah Bang. Makanya, kita ajalakin jalan-jalan." Jawab Aji lalu mereka berlalu ke tempat lain.
"Itu foto siapa?" tanya Ali menunjuk sebuah foto di depan salon kecantikan, "tampan sekali orang itu," guman Ali dengan mata berbinar-binar karena foto tersebut adalah salah satu member boyband korea.
Plakkk... Adel mendaratkan pukulan di punggung Ali, "aaarrgghh..."
Ali menoleh tak terima pada Adel, "inget yah! Bang Ali laki-laki, jangan suka sama laki-laki!" tegas Adel dengan nada tinggi, "tidak, aku suka dengan penampilannya. Aku ingin jadi seperti dia," kilah Ali menutupi kesalahannya.
Jiwa Nyi Ayu susah dibohongi saat melihat foto member boyband tersebut langsung terpesona. Adel terlihat berpikir kemudian tersenyum, "yakin, Bang Ali pengen kaya Jimin?" Ali mengangguk mendengar pertanyaan dari Adel.
"Del, lu jangan macem-macem, yah!" gertak Aji menatap Adel waspada, Adel mengulum senyum percaya diri.
"Tenang aja, Bang Aji! Gua cuma mau make over Bang Ali di salon Mpok Minah," tunjuk Adel pada salon yang menampilkan spanduk dengan foto Jimin dan tulisan 'Salon Minah Kece Badai'. "Bang Aji mendingan beliin air aja gih!"
Adel lalu membawa Ali masuk ke salon tersebut, "Bang Ali tunggu di sini! Ingat jangan ngapa-ngapain yah!" pinta Adel tegas, "iya, tenang saja!" jawaban Ali terdengar meyakinkan saat Adel memintanya untuk duduk di ruang tunggu, sementara Adel menuju tempat pendaftaran.
Mata Ali berkeliling mengitari isi ruangan tersebut. Rasa penasarannya memintanya untuk bergerak, tetapi ia teringat ucapan Adel. Tiba-tiba mata Ali tertuju pada sorang wanita yang baru saja masuk dan duduk di hadapan Ali. Mata Ali tertuju pada ukuran gunung kembar wanita tersebut.
"Itu gunung apa? Kenapa besar sekali?" ucap Ali heran karena baru pertama kalinya jiwa Nyi Ayu melihat ukuran sebesar itu.
Rasa penasaran Ali tak bisa ditahan. Tangannya mengulur menuju gunung kembar tersebut.
Tut..
Tutt..
Tuttt..