Nyi Ayu belum pernah melihat gunung kembar sebesar itu, karena itulah ia merasa heran dan penasaran hingga melupakan kalau ia masih berada dalam tubuh Ali. Rasa penasarannya tak bisa terbendung, "itu gunung kembar atau buah semangka? Besar seperti buah semangka." ucapnya heran.
"Kenapa, Mas?" tanya wanita pemilik gunung kembar tersebut heran, suara Ali tak terdengar jelas. Wanita itu seperti tak menyadari kalau tatapan Ali terfokus pada gunung kembar yang menyumbur besar di dadanya. Wanita itu lebih fokus memainkan ponselnya.
Rasa penasaran Ali tak bisa ditahan. Tangannya mengulur menuju gunung kembar tersebut.
Tut..
Tutt..
Tuttt..
Wanita tersebut terkejut mendapatkan tekanan pada gunung kembarnya karena tangan Ali yang menekannya,
Aaaaaaa...
Teriakannya menggema membuat semua orang yang ada di salon tersebut menoleh.
Plakkkkk.....
Wanita tersebut malayangkan tamparan keras, dan mendarat di pipi Ali hingga tubuh Ali terpental, bughhhh...
"Dasar, laki-laki mesum!" gerutunya emosi, "akan aku laporkan kamu ke polisi!" ancam wanita tersebut, kemudian ia menekan-nekan ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Hallo, kantor polisi. Saya ingin melaporkan seseorang atas tindakan pelecehan seksual." Ucap wanita tersebut melirik penuh kebencian pada Ali yang masih telungkup di lantai.
Adel yang menyadari bahaya langsung berlari menghampiri Ali, "Bang, lu kenapa?" tanya Adel panik mendapati Ali masih telungkup di lantai, kemudian membantu Ali untuk bangun.
"Eh, Dek. Abang lu yah?" tanyanya pada Adel yang sedang membantu Ali untuk bangun, tapi Adel terlalu panik karena cemas dengan keadaan Ali.
Ali mencoba bangkit dibantu oleh Adel. Pipinya sangat merah karena mendapatkan tamparan keras dari wanita tersebut sedangkan hidungnya berdarah, "Bang, apa yang kamu lakukan sama Mbak itu?" tanya Adel panik.
"Maaf Mbak. Abang saya sedikit gak normal." Jelas Adel pada wanita itu seraya membungkuk meminta maaf.
"Oh, jadi Abang lu orang gila?" wanita tersebut masih terdengar emosi, "gak gila juga, cuma..." Adel kebingungan menjelaskannya, lalu menoleh karena Ali terdenger maringkih kesakitan, "aaahhhhh.. hidungku sakit sekali," ringkih Ali memegangi hidungnya.
Ali langsung terkejut ketika tangannya terlepas dari pegangan hidungnya, darah mengucur di tangannya, "Aaaaaaaa..." pekik Ali keras, kemudian tubuhnya kembali tumbang ke lantai, bughhhh....
Ali pingsan terkejut saat melihat darah, "Bang... Bang Ali..." teriak Adel panik seraya menepuk pundak Ali.
Wiuw... wiuww.. wiuwww...
Terdengar suara sisine polisi makin membuat Adel panik, apalagi mobil polisi tersebut terdengar berhenti di depan salon tempat mereka kini berada. Adel menoleh pada wanita tersebut, "kenapa ada polisi?" tanya Adel ragu dan cemas.
"Aku yang memanggilnya untuk menangkap Abang lu." Tegas Wanita tersebut seraya menyilangkan kedua tangannya di perutnya. Jelas menyilangkan kedua tangannya di perut, jika di depan dada pasti susah.
Terlihat Aji berlari panik memasuki salon setelah polisi masuk ke dalam salon, "ada apa ini?" tanya Aji makin panik, apalagi Aji terkejut melihat polisi tersebut hendak memborgol tangan Ali, "Del, Bang Ali kenapa?"
**
Ali sudah berada di kantor polisi ditemani Adel dan Aji yang terlihat panik. Polisi sedang mengintrogasi Ali yang sudah sadarkan diri dengan kedua tangannya diborgol. Ali duduk di hadapan polisi, sedangkan wanita tersebut duduk di kursi sebelah kanan Ali. Adel dan Aji duduk di samping kiri Ali.
"Coba Bu Seruni ceritakan lebih jelasnya! Kenapa Bu Seruni melaporkan saudara Ali sebagai kasus pelecehan seksual," pinta polisi tersebut terdengar bergetar. Polisi tersebut terlihat menelan salivanya saat matanya mendarat ke ukuran gunung kembar Seruni yang sebesar buah semangka, glekkk...
Wanita tersebut bernama seruni langsung melotot tajam menyadari tatapan nakal polisi itu, "maafkan saya, Bu Seruni. Silahkan ceritakan kronoginya!" polisi tersebut yang bernama Junaedi langsung mengalihkan pandangnnya ke monitor di meja kerjanya dan bersiap mengetik penjelasan yang akan disampaikan Seriuni.
Ali hanya bisa tertunduk karena Adel dan Aji memintanya untuk diam. Ali memandangi besi yang mengikat kedua tangannya heran, "ini apa?' tanyanya seraya mengkat kedua tangannya pada Adel dan Aji, membuat Seruni tak jadi membuka mulutnya.
"Diam, Bang! Itu namanya borgol," bisik Aji gemetar ketakutan, tapi sayangnya rasa penasaran Ali tak bisa dikendalikan, "borgol untuk apa? Kenapa di pasang di tangan?" tanya Ali yang tak bisa menyembunyikan penasarannya.
Ali belum menyadari kalau ia sekarang berada di kantor polisinya. Adel dan Aji tersenyum kuda saat semua mata di kantor polisi itu memandang pada Ali yang kebingungan dan penasaran pada borgol yeng terpasang di tangannya, plakkkk...
Adel memukul keras bahu Ali, "Bang lu bisa diam gak!" greget Adel membuat Ali hanya mengangguk mengerti, matanya terus memandangi borgol di tangannya.
"Maafkan Bang Ali, yah. Otaknya emang bermasalah," jelas Aji karena Polisi bernama Junaedi yang menatap heran, sedangkan Seruni menatap penuh amarah, "silahkan dilanjutkan prosesnya." Pinta Aji canggung.
Cemas, takut, was-was dan malu menghinggapi Aji dan Adel. Seruni terlihat menghadap ke arah Junaedi bersiap untuk menjelaskan kronologinya, "jadi begini, Pak Polisi." Seruni memulai ucapannya lalu melirik Ali karena terdengar bunyi dari tangan Ali yang sedang memainkan borgol di tangannya.
Tingting..Ting..
Aji langsung meraih tangan Ali agar Ali bisa diam, "jangan berisik, Bang!" pinta Aji pelan dan greget.
Seruni melanjutkan penjelasannya setalah tak terdengar suara yang ditimbulkan oleh tangan Ali, "jadi, saat saya masuk ke salon. Saya kan langsung duduk persis di hadapan pemuda ini," suara Seruni mendayu manja, lalu melirik Ali, "saya udah merasakan aura aneh," ucapan Seruni terhenti membuat Junaedi melongo karena penasaran dengan ucapan selanjutnya, apalagi Seruni bersuara manja dan sangat lembut seperti seornag sinden yang menyanyikan lagu kidung.
"Karena saya merasakan aura aneh, akhirnya saya menatap pemuda ini, ternyata..." Seruni menjeda lagi membuat Junaedi, Aji dan Adel makin penasaran, "tiba-tiba... tangan pemuda itu menekan gunung kembar saya, seperti ini." Seruni mencotohkan langsung pada buah dada miliknya, membuat semua mata di ruangan interogasi polisi menoleh pada seruni. Pemandangan yang jarang terjadi namun sayang jika dilewatkan. Semua mata yang menatap tingkah Serini menelan saliva hampir bersamaan, glek...
"Ah.. terbuka.." suara Ali membuyarkan pandangan mereka yang sedang fokus menatap Seruni. Ali menujukan kedua tangannya yang sudah terlepas dari ikatan borgol itu, tangan kanannya mengangkat borgol yang terlepas. Wajah Ali tersenyum puas dan gembira seperti anak kecil yang berhasil memecahkan masalah.
Fokus mata mereka yang ada di sana beralih pada Ali yang berhasil membuka borgol terkunci, seperti lupa kalau mereka baru saja menyaksikan pemandangan langka dari Seruni.
"Aaaaaa..." pekik Seruni kencang, terkejut dengan perbuatan Ali, "ba.. bagaiman bisa?" suara Seruni bergetar ketakutan.
"Mbak, kan saya sudah jelaskan kalau Abang saya ini sedikit kurang normal," jelas Adel yang menyadari Seruni ketakutan, "Mbak lihat sendiri Abang saya kaya gimana? Masih mau menuntut Abang saya ini?" pertanyaan Adel mampu membuat Seruni makin ketakutan dan panik.
"Bang Ali aja bisa melepaskan borgol polisi, apalagi borgol itu?" Adel melirik ke arah gunung kembar Seruni membuat Seruni makin panik dan ketakutan, "maaa.. maafkan saya. Saya tarik tuntutannya." Seruni langsung melarikan diri.