Chereads / THE NEIGHBOR / Chapter 8 - TATAPAN SORE

Chapter 8 - TATAPAN SORE

Keesokan paginya setelah mendatangi rumah Sean.....

Sere bangun dari tidur lelapnya, mandi, dan sarapan bersama kedua orangtuanya. Pagi itu mereka beraktivitas seperti biasanya. Sere tidak bermain sepeda, ia ingin menggambar dan mewarnai saja diruang tamu. Sere anaknya yang pendiam, namun ia pandai menggambar dan mewarnai. Mungkin, karena ia bukanlah anaknya yang ekspresif melalui ucapan dan tingkah lakunya, jadi Sere menuangkannya lewat gambar dan perpaduan warna yang serasi. Ketika menggambar, Sere akan fokus dan bisa menghabiskan waktu yang lama. Sere suka menggambar dan mewarnai.

Ayah Sere tampak mulai sibuk mempersiapkan segala perlengkapannya untuk bekerja, ia akan mulai bekerja kembali setelah perpindahannya dari kampung halaman. Ayah Sere bekerja di bidang konstruksi pada sebuah perusahaan yang bergerak dibidang yang sama. Awalnya ayah Sere merupakan pekerja biasa, namun karena kinerja yang bagus, loyal dalam bekerja, dan skill yang mumpuni, akhirnya Ayah Sere mendapat promosi jabatan yang turut menghantarkannya pindah ke rumah yang nyaman dan lebih besar.

Sebelum menikah, Ibu Sere bekerja sebagai staf di sebuah perusahaan swasta dan bertahan sekitar satu setengah tahun setelah menikah, kemudian ia tidak lagi bekerja dan fokus mengurus keluarga kecilnya. Ibu Sere selalu menemani putrinya ketika senggang, ia selalu berusaha agar bisa terus mengawasi Sere dengan baik. Ibu Sere selalu membuatkan makanan maupun minuman kesukaan putrinya itu, ia juga selalu mencurahkan kasih sayangnya pada Sere.

Waktu berjalan hingga pada siang menuju sore hari, keluarga Sere masih sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Meskipun demikian, Ibu Sere tetap mengawasi putrinya itu dan menemaninya menggambar. Sere menggambar banyak gambar pada saat itu, salah satu yang paling menarik adalah ia menggambar Strawberry yang berwarna biru.

"Kok Strawberry nya warna biru nak?"

"Iya bu"

"Strawberry kan warna merah, ko ini biru?"

Sere hanya tersenyum kearah ibunya. Ibu Sere tampak bingung dengan putrinya yang juga tidak menjawab pertanyaannya. Sere lanjut mewarnai gambar bentuk jalanan dengan pohon-pohon dan bebatuan. Ibu Sere melihat-lihat kembali gambar yang sebelumnya sudah dibuat Sere dan terlihat senang dengannya yang cerdas itu. Sere beranjak dari duduknya.

"Mau kemana nak?"

"Minum bu, haus!"

Ibu Sere tertawa dan menyuruh Sere untuk duduk kembali. "Biar ibu yang ambilin, Sere duduk ya". Mendengar itu, Sere menuruti perintah ibunya.

Dewi mengambilkan segelas air, Strawberry, dan cemilan favorit Sere untuk menaminya menggambar. "Nih buat anak ibu".

"Terimakasih Ibu" jawab Sere sambil mengambil gelas berisi air putih itu.

"Sama-sama nak, yaudah ibu ke dapur dulu ya"

"Iya bu"

Ibu sere menuju dapur dan melanjutkan aktivitasnya sambil terus mengawasi Sere. Beruntungnya, rumah mereka adalah rumah yang tidak punya banyak dinding penyekat, jadi memudahkan Ibu Sere untuk bisa memasak namun tetap mengawasi buah hati tercintanya.

- - - - - - - - - -

Sementara di rumah Sean...

Sean bangun dari tidurnya dan mencari sang mama yang tidak ada di tempat tidur. Ia terduduk dan melihat ke sekelilingnya. Papa Sean masuk dari arah luar kamar dan mendapati putranya yang sudah bangun. Waktu menunjukkan pukul 7:05 pagi yang tergolong sudah siang untuk Sean.

"Eh, anak papa baru bangun" katanya sambil menuju tempat tidur.

Ardi duduk disamping Sean yang sedang mengucek-ucek matanya dan menguap, sepertinya ia belum sadar betul dari tidurnya.

"Whoaaaah" Sean menguap dan mulutnya ditutupi oleh telapak tangan papanya. Mereka tertawa bersama.

Terdengar suara gagang pintu dan pintu kamar mandi pun terbuka, kamar utama mereka memang terdapat kamar mandi didalamnya. Dewi keluar dari kamar mandi dengan handuk ditangannya. Ia menutup pintu dengan satu tangan, dan tangan yang lain mengusap-usap rambutnya.

"Eh, baru bangun anak mama" kata Dewi sambil mendekat ke tempat tidur. Sean tersenyum dan tenang ketika sudah melihat kedua orangtuanya.

"Mandi ya?" tanya mama Sean. Sean menggeleng-gelengkan kepalanya dan tidur dipangkuan papa. Papa Sean terkejut melihat putranya yang malah tertidur kembali seakan-akan paha papanya adalah sebuah bantal. Mama tersenyum kecil melihatnya.

"Ko bobo lagi, mandi dong sayang, abis itu kita sarapan" kata mama Sean sambil mengelus kepala Sean.

"Mau mandi sama mama" kata Sean

"Sama papa aja yuk, mama siapin sarapan" papa Sean membalasnya.

Sean memang biasa melakukan berbagai hal bersama mamanya, Sean sangat dekat dengan mamanya daripada dengan papanya. Setelah melakukan bujukan-bujukan halus kepada anaknya, akhirnya Sean bersedia mandi dengan papanya. Sedangkan, mama Sean mengeringkan rambutnya. Mama Sean lebih santai karena ia tidak memasak, karena menu sarapan pagi itu adalah roti tawar dengan selai, serta susu yang sesuai dengan request Sean tadi malam sebelum tidur.

Mereka melanjutkan aktivitas dengan sarapan bersama. Sean tampak antusias, tidak lagi murung.

"Papa, Mama Sean mau main sama Kyu" seru Sean ditengah sarapan mereka

"Boleh, abis sarapan nanti main sama Kyu" papa Sean membolehkan

"Mau main dimana nanti?" tanya mama

"Disitu" sambil menunjuk kearah ruang tamu. Papa dan mama Sean kompak membolehkannya.

Kyu adalah nama dari boneka hiu kecil kesayangan Sean. Sean punya banyak boneka bentuk hewan, terutama hewan air seperti hiu, paus, ikan, buaya, dan lain-lain. Sean anak yang suka dengan air. Setelah selesai sarapan, Ardi mengambilkan boneka dan mainan sesuai permintaan putranya. Sean asyik bermain sendiri bersama mainannya hingga sore hari, mama sibuk dengan aktivitasnya namun tetap mengawasi Sean, dan papa Sean yang sedang menggambar. Papa Sean adalah seorang arsitek yang dapat menghabiskan waktu berjam-jam untuk menggambar dan membuat rancangan bangunan ataupun gedung. Papa Sean sangat cerdas dan detail dalam merancang bentuk bangunan, oleh karenanya ia adalah arsitek kebanggaan dan cukup dikenal dalam dunia arsitektur bangunan.

Cuaca hari itu tampak agak teduh, tidak secerah kemarin. Langit tampak sedikit gelap, angin yang bertiup kencang membawa dedaunan dan debu halus bersamanya. Sean bermain di ruang tamu dekat pintu rumah. Saat itu, Sean tengah mengadu Kyu dengan boneka ikan paus miliknya (ceritanya mereka sedang bertengkar). Sean membentur-benturkan bagian kepala Ikan Paus itu dengan Kyu seraya bersorak kencang seakan pertarungan hebat sedang berlangsung.

"Hiattttt! Pyuh... Pyuh... Pyuh!!!"

Saking asyik dan semangatnya, Boneka ikan Paus itu hingga terlepas dari tangannya, ia terlempar jauh hingga ke depan pintu yang sedang terbuka. Dalam pertarungan itu, Kyu adalah pemenangnya. Mama Sean tertawa melihat semangat Sean dalam bermain sampai bonekanya terlempar. Sean ikut tertawa dan tersipu malu akan hal itu.

----------

Angin kencang disore itu sampai terasa ke dalam rumah. Pintu rumah Serem adalah pintu yang lebar, serta jendela yang juga dapat dibuka lebar. Ayah dan Ibu Sere suka membuka jendela mereka dengan lebar dan juga pintu mereka. Sere menyobek kertas yang sudah ia gambar Strawberry berwarna biru dari buku gambarnya. Sere suka menggambar dan akan menempelkan gambar yang menjadi favoritnya didinding kamarnya.

Setelah menyobek gambar itu, Sere menaruh didepannya, namun karena angin yang kencang, gambar itu pun ikut tertiup angin hingga ke depan pintu rumahnya. Sere segera bangun dari duduknya dan mengejar gambar itu. Sampailah ia didepan pintu dan mengambil gambarnya. Pada saat yang bersamaan, ternyata Sean juga ada didepan rumah mengambil boneka ikan Paus yang terlempar saat bermain tadi. Mereka saling melihat satu sama lain untuk beberapa saat. Sean tampak kaget melihat Sere.

"Sere!" Sean melambaikan tangannya

Sere terdiam dan tidak membalas lambaian tangan Sean terhadapnya. Sere menatapnya selama beberapa saat, dan kemudian kembali masuk ke dalam rumahnya meninggalkan Sean yang melihatnya juga dari depan pintu.

Lambaian tangan Sean perlahan mulai turun diikuti dengan senyumnya yang mulai hilang. Sean merasa sedikit sedih dan bingung dengan respon Sere terhadapnya. Sean masuk kembali ke dalam rumah dengan wajah sedihnya, ia menaruh boneka ikan paus yang diambilnya ke atas meja dan berjalan menuju mamanya. Ia langsung memeluk mamanya.

"Eh kenapa? Tadi seneng banget main sama Kyu" tanya Mama

"Sere marah sama Sean ya mama?" jawab Sean sedih

"Marah kenapa? Kemarin kan Sere bawain Strawberry buat Sean" Mama menjawab dengan lembut

"Tadi Sere marah mama" Sean mengadu

"Sere ngga marah nak, Sere mungkin ngga liat"

"Sere liat ko mama, tapi Sere diem aja"

"Engga ko, udah main lagi gih"

Sean akhirnya melepaskan pelukan mamanya dan kembali bermain, meskipun tidak seheboh sebelum Kyu berhasil mengalahkan boneka ikan paus yang sampai terlempar ke depan pintu.

Sementara setelah Sere masuk ke dalam rumahnya, ia tidak berkata apapun dan kembali menggambar. Ibu Sere mengetahui kalau tadi Sean menyapa Sere dengan semangat, namun Sere tidak membalasnya. Ibu Sere juga melihat Sean yang tampak Sedih karena sapaannya tidak dibalas. Ibu Sere juga tampak heran dengan tingkah putrinya. Ibu Sere menghampiri putrinya itu dan bertanya.

"Nak, tadi Sean ya?"

"Iya"

"Ko tadi Sean nyapa ngga dibalas nak?"

"Nggapapa bu"

"Tadi Sean sedih loh, ibu liat"

"Engga bu"

"Sere main kerumah Sean gih, main bareng"

"Engga mau" Sere menggelengkan kepala

Ibu Sere merasa tidak enak dengan Sean, namun ia juga tidak bisa memaksa putrinya, dan papa mama Sean juga sudah tau karakter Sere, jadi Ibu Sere sedikit tenang dan semoga mereka bisa memakluminya.

Hari itu Sere dan Sean tidak bermain bersama, mereka hanya sekali waktu melihat satu sama lain ketika didepan pintu. Setelah itu, mereka tidak keluar rumah dan bertemu, begitu pula dengan kedua orang tua mereka yang mulai sibuk masing-masing. Tidak lama setelah Sere dan Sean masuk kerumah, Hujan deras disertai angin kencang dan kilat mulai turun, hujan yang awet hingga malam hari.