Chereads / THE NEIGHBOR / Chapter 11 - KEKHAWATIRAN SERE

Chapter 11 - KEKHAWATIRAN SERE

Hari-hari berikutnya, Sean membuktikan kesungguhannya. Setiap malam Sean selalu membaca buku dan mengulang kembali pelajaran yang baru dibahas pada pagi hari disekolah. Sean berubah, biasanya jarang sekali ia mau membaca buku dan belajar, jangankan untuk hal itu, membuka buku saja pun bisa dihitung oleh jari selama masa ia sekolah. Meskipun Sean bukanlah anak yang rajin belajar, namun nilainya tidak terlalu buruh di sekolah. Kemampuan Sean memang bukan pada akademik, prestasinya diakui pada bidang olahraga seperti Footsal, Bulu Tangkis, Tenis Meja, Basket, hingga catur. Sean sering memenangkan juara baik individu maupun kelompok.

Pagi itu, suasana tidak secerah biasanya. Angin bertiup dan langit yang mendung itu mampu menyejukkan hari yang panas bulan-bulan yang lalu. Sere dan Sean tidak berangkat bersama, Sean sampai lebih dulu. Sere masuk ke kelasnya yang ramai itu, terlihat beberapa temannya yang menempelkan kepala mereka ke meja dan memejamkan mata. Suasana pagi itu memang mendukung sekali untuk bersantai dan tidur. Sere duduk di kursinya, sebelumnya ia melihat Sean yang sedang menulis, entah apa yang ditulisnya, namun terlihat sepertinya mengenai pelajaran. Sere menaruh tasnya dan lanjut membaca buku.

Tidak beberapa lama, datanglah 2 orang teman Sean yang merupakan saudara, Devan dan Arga namanya. Arga lebih tinggi dari Devan, mereka putih dan dan bersih. Devan mempunyai mata yang sipit.

"Wih, rajin banget pagi-pagi!" kata Arga

"Yoi, sekarang kan Sean jadi kutu buku, hahaha" lanjut Devan diiringi suara tertawanya

Sean hanya tersenyum kearah mereka dan langsung melanjutkan menulis.

"Wah.. Wah... kita ngga ditanggepin nih!" kata Devan

"Lagi serius dia" sahut Arga

"Maaf ya, lagi nanggung nih, bentar ya bentar" Sean menjawab

Devan dan Arga serempak mengangkat alis dan mengangguk, mereka pun duduk dan mengobrol seperti biasa. Belum sempat mereka mengobrol satu sama lain, bel berbunyi dan masuklah guru bahasa Indonesia, Bu Astri ke dalam kelas. Sean yang belum selesai mengerjakan soalnya langsung menutup buku dan menaruhnya di kolong meja. Mereka belajar seperti mana biasanya. Kemudian bel istirahat berbunyi, seperti biasa semua siswa langsung keluar menuju kantin, atau sekedar berkeliling lingkungan sekolah bersama teman-teman. Sere bersama kedua temannya, Ara dan Mira makan bekal bersama. Hal tidak biasa pada saat itu adalah, Sean tidak keluar kelas, ia kembali melanjutkan menulis apa yang tadi pagi belum selesai.

"Sean, ke kantin yuk" ajak Devan

"Duluan aja, nanti gua nyusul" jawab Sean,

"Bener nih, yaudah duluan ya" kata Arga

Arga dan Devan pergi bersamaan. Sean tampak serius mengerjakan soal sampai berkeringat. Ara yang duduk didepan Sere melihat nya dan memberi kode kepada Sere dan Mira dengan mengarahkan pandangannya kepada Sean. Sere dan Mira melihatnya.

"Tumben ngga ikut kekantin sama Devan Arga, Sean?" tanya Mira

"Tanggung nih" jawab Sean singkat.

Sean terus sibuk mengerjakan soal-soal itu hingga Sere, Ara dan Mira selesai makan. Mereka hendak keluar untuk ke kamar mandi dan membeli cemilan di kantin.

"Sean, kita mau ke kantin, mau bareng ngga?" tanya Mira

"Duluan aja, nanggung" Sean menjawab

"Nanggung tapi kok nggak selesai-selesai dari tadi?" lanjut Sere

"Hehe, tadi ada yang salah" ujar Sean

"Perasaan nggak ada PR deh, lu ngerjain apaan si?" tanya Ara heran

"Ini soal latihan aja" jawab Sean

"Tapi dari tadi lu ngga makan dan minum, sampe keringetan gitu. Istirahat aja dulu, nanti pingsan lu" Ara mengingatkan

"Iya, gua bawa makanan sama minuman, nanti gua makan, udah sana ke kantin" Sean menambahkan

"Yaudah kita ke kantin ya," Ara pamit bersama Mira dan Sere. Sean menganggukkan kepalanya.

Mereka bertiga keluar kelas dan menuju toilet. Karena waktu istirahat tinggal sebentar lagi, akhirnya Sere tidak ikut ke kantin karena harus ke perpustakaan, ia hanya menitip susu Strawberry kepada Ara dan Mira.

Waktu istirahat telah selesai, para siswa pun kembali ke kelas masing-masing dan melanjutkan pelajaran. Ketika masuk kelas, Sere tidak melihat ada air minummaupun bekas makanan di meja Sean. Sere yakin bahwa Sean belum makan, ia sibuk mengerjakan soal dan belajar, namun, Sere tidak menegur Sean, ia hanya memandang tajam Sean.

Sean masih terlihat berkeringat, Sere membuka tasnya dan mengambil tisu pada kemasan kecl yang biasa dibawanya, Sere berbalik badan dan memberikannya pada Sean. Sean menerimanya, tampak sekali sean sedang pusing dan lelah, wajahnya tidak secerah biasanya.

"Lu belum makan atau minum ya?" tanya Sere

Sean menggelengkan kepalanya sambil mengusap keringatnya. Kemudian Sere memberikan susu Strawberry yang ia beli tadi kepada Sean. Sean menolak, namun Sere memaksanya untuk minum karena Sean belum sempat makan dan minum di jam istirahat tadi.

"Mumpung belum ada guru yang masuk" kata Sere

Sean mengambil susu itu dan langsung meminumnya. Setelah itu, masuklah guru IPA mereka, dan pelajaran pun di mulai. Setelah IPA selesai, dilanjutkan dengan mata pelajaran bahasa Inggris, kesukaan Ara dan Arga. Setelah itu, bel pulang pun berbunyi. Sere berjalan bersama dengan Sean, Ayah Sere baru saja menelepon bahwa tidak bisa menjemput karena pekerjaannya tidak bisa ditinggal, jadi Sere pulang bersama Sean dengan naik ojek. Sebetulnya mereka bisa pulang dengan jalan kaki, namun karena Sean yang tampak lelah, jadi Sere memutuskan untuk naik ojek.

Mereka berhenti didepan rumah masing-masing, setelah membayar ongkos ojek para tukang ojek pun pergi. Sebelum masuk kerumah masing-masing, Sere berpesan pada Sean untuk segera mandi, makan, istirat, dan tidak perlu mengerjakan soal lagi. Sean mengiyakan dan mereka pun masuk ke rumah.

Sere menghabiskan waktunya dengan menggambar dan membaca buku hingga malam hari.

"Sere, nak kita makan yuk" kata Ibu

"Iya bu" jawab Sere

Sere menuju ruangmakan dan langsung makan bersama.

"Besok Ayah harus berangkat pagi-pagi banget nak, soalnya harus cek proyek di luar kota" kata Ayah kepada Sere

"Iyaudah, besok Sere berangkat sama Sean" kata Sere

"Kayanya besok Sean ngga masuk deh nak" kata Ibu

"Kok ngga masuk?" Sere heran

"Sean kan sakit, tadi ada dokter yang kerumah mereka, ibu tanya ternyata abis periksa Sean, Sean demam tinggi" kata Ibu

"Hah? Sean sakit?" Sere kaget

"Lho, memang kamu ngga tau, tadikan bareng?" tanya Ayah

"Iya, tapi Sere ngga tau kalo Sean sakit" Sere menjawab dengan cemas

"Yaudah, nanti abis makan kita liat Sean ya" kata Ibu

"Iya bu" balas Sere

Sere menyelesaikan makannya dengan cepat dan kemudian datang ke rumah Sean. Papa dan mama Sean mempersilahkan mereka masuk ke kamar Sean untuk melihat kondisi Sean. Sere melihat Sean yang tengah tertidur dengan kompres di kepalanya, ia memegang dahi Sean, syukurlah suhu badannya sudah menurun.

"Tadi suhu badan Sean tinggi dan ngga turun juga sampai sore, jadi kami panggil dokter untuk periksa kondisi Sean" kata Mama Sean

"Sean kebanyakan belajar ya tante?" tanya Sere

"Kayanya gitu, dia setiap suka baca buku sampe larut malam" Papa Sean menambahkan

Tidak lama kemudian Sean terbangun, dan melihat banyak orang di kamarnya.

"Sean, cepet sembuh ya, kalau belajar jangan terlalu diforsir ya" kata Ibu Sere

Sean menyeringai mendengar ucapan ibu Sere. Kemudian orang tua Sere dan Sean keluar dari kamar Sean meninggalkan Sere dan Sean.

"Belajar sewajarnya aja, jangan maksa!"

"Lu sakit, lu yang rugi!"

"Akademik lu ngga sekacau itu sampe harus ngejar belajar sebegininya!"

"Besok ngga usah sekolah! Istirahat! Ngga usah belajar dulu!"

Sere mengatakan semua itu secara bertahap dengan nada kesal, Sean menyeringai mendengarnya. Tidak biasanya Sere banyak berkata kepada nya, Sean juga senang karena Sere mengkhawatirkannya.

"Ngga usah senyam-senyum! Tidur!" Tambah Sere

Sere langsung keluar dari kamar Sean. Sean tersenyum dan kembali beristirahat mengikuti perintah Sere yang galak itu. Sere menemui kedua orang tuanya dan kemudian pulang. Sesampainya dirumah, Sere melihat rumah Sean lewat jendela dari balkon kamarnya, Sere terlihat cemas akan kondisi Sean yang sampai sakit karena ingin satu sekolah dengan Sere. Sere berdoa agar Sean lekas sembuh, dan hatii kecilnya juga turut berdoa agar Sean juga bisa lolos tes, sehingga mereka bisa bersekolah bersama.