Bel tanda waktu pulang sekolah berbunyi, Sere pulang naik angkot bersama Ara karena rumah mereka satu arah, namun Sere akan sampai terlebih dahulu sedangkan Ara masih terus lurus. Sere sampai di rumah dan langsung berganti baju. Setelah itu, Sere makan bersama ibunya. Selesai makan, Sere duduk di halaman belakang sambil melukis, suasana hatinya tidak begitu baik, tapi juga tidak begitu buruk. Sepintas Sere mengingat perkataannya pada Sere tadi malam, namun ia berusaha melupakannya dan membuang jauh-jauh pikiran itu.
Sere tidak tau apa yang ia lukis, di atas kanvas Sere membuat gambar abstrak dengan kombinasi warna gelap dan terang yang aestetik dan bagus. Ditengah-tengah menggambar, Handphone (HP) Sere berbunyi, rupanya Mira yang meneleponnya. Sere segera menjawabnya.
"Halo, Re, udah pulang?"
"Udah Mir, kenapa?"
"Tadi Vivi nanya gue buah buat orang demam itu apa aja, kok mencurigakan ya"
"Vivi sama Hana mau jenguk Sean besok"
"Hah! Serius nih?"
"Iya"
"Wah, bener-bener ya dia bedua"
"Biarin aja"
"Ngga bisa nih, ngga bisa dibiarin, besok kita juga mesti ke rumah Sean lagi"
"Ngapain? Kan udah?"
"Nggak! Kemaren diajak jenguk bareng-bareng ngga mau, sengaja banget!"
"Yaudah si nggapapa, niat baik mereka"
"Ngga, nanti gue bilang sama Ara, Devan, Arga buat besok ke rumah Sean, tapi rahasia, biar sekalian kita kerjain mereka"
"Terserah lu aja deh, gua ngga ikutan ya"
"Jangan dong, lu mesti ikut, titik!"
"Iya, iya"
"Oke, lu lagi ngapain?"
"Ngelukis"
"Oh, oke deh, lanjut ya Re, daaahhh"
"Daaahh"
Sere menutup telpon dan lanjut melukis. Vivi dan Hana adalah dua sahabat yang selalu bersama. Sere, Mira, Ara, Devan, dan Arga yakin kalau Hana menyukai Sean, namun dia malu, jadi Vivi yang sering mewakilinya untuk bertanya ini dan itu. Hana adalah perempuan yang pintar dalam bahasa Inggris, dikelas mereka, Hana dan Ara selalu menjadi saingan untuk nilai bahasa Inggris tertinggi. Bedanya, Ara anak yang agak tomboy dan tidak banyak bicara, sedangkan Hana dan Vivi sama-sama banyak bicara, tapi Hana akan jadi pendiam kalau bertemu dan berpapasan dengan Sean. Sean adalah salah satu siswa yang cukup populer di sekolah, meskipun masih SMP, tapi Sean banyak disukai oleh siswi-siswi disekolahnya. Jadi, tidak heran ketika mendengar kabar Sean sakit, banyak yang ingin menjenguknya.
Semua siswa dan siswi disekolah mereka tahu bahwa Sean dan Sere adalah teman dari kecil, serta rumah mereka saling berhadapan. Sere yang pendiam, tomboi, dan jenius itu mampu membuat mereka merasa minder dan segan kepadanya. Prestasi Sere banyak, terutama pada olimpiade Sains disekolahnya. Sere selalu menjadi pilihan untuk mewakili Sekolah, dan selalu mendapatkan juara. Para siswi yang menyukai Sean biasanya akan menjaga jarak dengan Sere, tatapan mata Sere mampu membuat nyali mereka ciut seketika. Sean selalu mengajak Sere dan bersama dengannya dalam berbagai kesempatan, Sean juga sering berangkat dan pulang bersama Sere, hal itu tentu membuat mereka iri dengan perlakuan Sean. Meskipun Sere cuek dan cenderung mengabaikan Sean yang terlalu aktif, namun Sean selalu perhatian dan baik kepada Sere. Oleh sebab itulah, Vivi dan Hana bertanya apakah mereka boleh menjenguk Sean besok kepada Sere.
Sere selesai melukis, ia segera membereskan peralatan lukisnya dan hendak bermain sepeda disore itu. Ketika hendak mengeluarkan sepeda, Sere melihat beberapa teman Footsal Sean yang datang menjenguk. Sere menghentikan langkahnya menunggu mereka semua masuk. Setelah itu, barulah Sere keluar dan berkeliling perumahan tempatnya tinggal. Muncul dalam pikirannya untuk mampir melihat danau yang tidak jauh dari perumahannya. Untuk menuju danau itu, Sere harus keluar dari perumahannya dan melewati jalan raya sekitar 5 menit dan kemudian masuk ke gapura tempat danau itu. Sere mengelilingi di sekitar danau dengan menggunakan sepedanya. Setelah itu, Sere kembali pulang. Ketika Sere hendak masuk ke dalam kompleks perumahannya, seorang pengendara motor menabrak ban depan sepeda Sere dan membuatnya terjatuh. Sere terjatuh cukup keras dan menyebabkan luka parut di lututnya karena tergesek aspal jalanan. Celana panjang yang dikenakan Sere sampai robek. Para Security yang menjaga di pos depan komplek langsung menghampiri dan menolong Sere. Pengendara motor itu pun turut membantu Sere dan meminta maaf. Pengendara motor itu rupanya adalah Driver Ojek Online yang kaget melihat Sere karena ia sambil melihat HandPhonenya. Driver OJOL itu dimarahi oleh para Security, namun Sere menghentikannya dan berkata bahwa dia tidak apa-apa.
"Neng, lututnya berdarah, ke klinik aja ya" kata pak Bondan, salah satu security komplek
"Nggapapa pak, nanti Sere obatin di rumah" Jawab Sere
"Nanti infeksi neng, ke klinik aja ya," kata Driver OJOL itu
"Nggapapa bang, saya masih bisa jalan ko, saya ada obatnya dirumah, nanti saya obatin" kata Sere
"Neng, saya minta maaf ya, saya ngga sengaja" abang OJOL itu meminta maaf
"Nggapapa kok" jawab Sere santai
Abang OJOL itu mengantar Sere pulang dan meminta maaf kepada ibu Sere karena sudah menabrak putrinya. Ibu Sere dengan rendah hati memaafkan abang OJOL itu dan membolehkannya untuk pulang. Sere duduk di teras rumah dan menyeka darah yang keluar dari luka parut dilututnya itu. Diwaktu yang bersamaan, Sean dan mamanya mengantar teman-teman Footsal Sean sampai ke depan rumah karena mereka hendak berpamitan. Sean melihat keramaian dari rumah Sere. Setelah teman-temannya pulang, Sean dan mamanya langsung menghampiri Sere.
"Sere kenapa?" tanya mama Sean
"Nggapapa tante, tadi jatuh di depan" jawab Sere sambil tersenyum
"Kok bisa?" Sean terkejut
"Tadi pas mau pulang, ngga sengaja abang OJOL nabrak" jawab Sere
"Oh, jadi abang OJOL tadi yang nabrak" lanjut Sean
Sere mengangguk, mama Sean melihat luka Sere, untungnya luka tersebut tidak parah. Tidak lama, Ibu Sere menghampiri mereka dan membawa kotak obat. Karena Sere memakai celana panjang, jadi Sere mengganti celana terlebih dahulu kemudian kembali ke teras untuk mengobati lukanya. Ibu mengobati luka Sere dengan perlahan, selama diobati, Sere tidak berteriak ataupun menjerit, justru ia tidak berekspresi apapun, ia meringis sedikit saat lukanya disiram alkohol.
"Sere emang sakti!" kata Sean yang mengundang gelak tawa dari Mama dan Ibu.
"Lu ngapain disini? Bukannya istirahat" kata Sere
"Tadi nganter temen-temen gue, terus liat rame-rame disini, Sere.. Sere.. giliran gue sembuh, lu malah kena tragedi" kata Sean
Sean mendapat tatapan tajam dari Sere. Luka Sere yang terjatuh dari sepeda mengingatkan mereka akan kenangan bertahun-tahun yang lalu saat Sean jatuh dari sepeda. Mengingat itu, Dewi dan Rahayu tidak bisa menahan tawa mereka, terutama Dewi yang mengingat jelas tingkah putranya itu.
"Iya, bedanya, Sean nangisnya kenceng banget, sampe kedengeran dari luar, Heboh! Kaya digigit Harimau!" kata Sere yang semakin mengundang gelak tawa
"Ih, itu kan dulu, namanya juga anak kecil!" Sean tidak terima
"Uuh... ngga mau ngaku, iya deh!" kata mama Sean yang meledek anaknya.
"Ih udah ah, kok jadi aku yang diketawain, aku mau istirahat aja, kan kata dokter harus istirahat!" katanya sambil meninggalkan mamanya dan masuk ke dalam rumah
"Dih.. Dih.. ngambek!" kata Sere
Sambil tertawa, Mama Sean menyusul putranya itu dan ikut masuk ke dalam. Sere dan ibunya juga masuk ke dalam rumah karena langit mulai gelap dan ayah Sere yang akan segera pulang.