Chereads / THE NEIGHBOR / Chapter 12 - RASA YANG ANEH

Chapter 12 - RASA YANG ANEH

Keesokan harinya, Sere berangkat sekolah sendiri dengan naik ojek yang sudah dipesan oleh ayahnya. Sesampainya disekolah, Sere langsung masuk kelas. Bel berbunyi, namun Sean belum juga datang, hal itu membuat Devan dan Arga menanyakannya pada Sere.

"Re, Sean ko belum dateng, ngga masuk atau telat?" tanya Devan

"Sean sakit" jawab Sere

"Hah? Sakit? Jangan-jangan gara-gara terlalu sibuk kemaren ya?" Mira mengira-ngira

"Iya, mamanya bilang, dia belajar sampe tengah malam" jawab Sere

"Tuh kan, tuh anak ngga pernah belajar, sekalinya belajar malah sakit, ngga cocok dia belajar" Devan menanggapi

Arga menyikut tangan Devan sebagai kode agar dia berhenti bicara karena Sere melihat ke arah Devan. Arga adalah ketua kelas dan Ara merupakan sekretaris di kelas mereka.

"Yaudah nanti pulang sekolah kita jenguk Sean ya" kata Arga si ketua kelas penuh perhatian

Mereka semua menyetujuinya, kemudian masuklah guru Bahasa Indonesia mereka, Pak Andi, dan kelaspun berjalan seperti mana biasanya. Hari itu dilalui seperti rutinitas biasa mereka. Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Sere, Ara, Mira, Devan, dan Arga langsung menuju rumah Sean. Di jalan, mereka sempat membeli buah untuk diberikan pada Sean.

"Permisi, Sean! Sean!" mereka memanggil Sean

Pintu rumah pun dibuka oleh Mama Sean, Dewi, yang terlihat terkejut sekaligus senang teman-teman Sean datang berkunjung.

"Wah ramainya, mari masuk yuk" Mama Sean mempersilahkan.

"Terimakasih tante" jawab mereka serempak sambil memasuki rumah.

"Tante, ini buah untuk Sean, kita boleh liat Sean ngga tante?" tanya Arga mewakili teman-temannya.

"Terimakasih, kok pakai repot-repot bawain buah. Boleh kok, kamar Sean ada di atas, Sere boleh ajak temen-temen keatas? Tante mau siapin minum buat kalian!"

"Boleh tante, yuk" kata Sere sambil mengajak teman-temannya naik ke lantai 2

Tok.... tok..... tok.....

Sere mengetuk pintu kamar Sean yang berwarna putih itu dengan pelan-pelan.

"Sean, masuk ya!" kata Devan

Setelah Devan bicara, tidak ada tanggapan dan jawaban dari Sean. Mereka saling melirik satu sama lain.

"Eh, Sean pingsan kali ya?" kata Devan sambil berbisik

"Huss... sembarangan aja kalo ngomong!" kata Ara sambil memukul pundak Devan

"Ya, lagian kamarnya sepi banget" lanjut Devan masih dengan berbisik sambil memegang pundak yang tadi dipukul Ara. Mereka terus mengetuk pintu dan memanggil Sean, namun belum juga ada tanggapan, jadi mereka tidak berani masuk. Mereka tetap diluar kamar Sean bahkan sampai mama Sean datang dengan nampan berisi minuman.

"Lho kok masih disini bukannya masuk?" tanya mama Sean

"Ehmm... ini tante... kayanya Sean tidur ya, dipanggilin ngga ada jawaban tante..." jawab Mira dengan gugup

"Oh ya? Tadi sebelum kalian datang Sean ngga tidur ko, coba tolong dibuka aja pintunya" Mama Sean menambahkan. Sere membuka pintu, dan ternyata sean sedang duduk ditempat tidurnya sambil membaca komik. Sean tampak tidak kaget melihat teman-temannya datang.

"Lho, ngga tidur ternyata" kata Devan yang kaget

"Emang engga" jawab Sean sambil meledek mereka

"Ih, kok ngga jawab si Sean, kita kan nungguin, mau masuk ngga berani!" kata Mira sambil cemberut.

"Hehe maaf, maaf" Sean tertawa kecil setelah mengerjai teman-temannya itu.

"Iih, ngga boleh gitu ah, kasian temen-temen kamu, mereka bawain buah lho" kata mama Sean

"Oh ya? Kaya mau jenguk orang sakit aja bawa buah" Sean kembali bercanda

"Lah lah lah" Ara mulai kesal

"Iih tuh kan, udah ah" Mama menegur Sean

"Iya ma, bercanda" Sahut Sean

"Yaudah tente tinggal kebawah dulu ya" Mama Sean pun meninggalkan mereka

"Iya, makasih tante" mereka serempak

Mereka mengobrol dan bercanda tak henti-henti setelah mama Sean meninggalkan mereka. Sean tampak sudah membaik, meskipun masih terlihat sedikit pucat namun suasana senang dari teman-temannya mampu membuat Sean ceria kembali.

"Jadi kira-kira kapan lu sekolah lagi?" tanya Arga

"kalo nanti malam ngga demam, besok sih pengennya masuk ya" jawab Sean santai

"Kata dokter istirahatnya 3 hari"Sere dengan cepat memotong pembicaraan mereka. Mereka saling melihat satu sama lain dan mengakhirinya dengan melihat kearah Sean. Suasana mendadak hening, namun suasana terpecahkan oleh mama Sean yang datang membawa makanan ringan dan kue untuk mereka.

"Yuk kita makan kue nya yuk, tante dimakan ya" Devan mengajak teman-temannya. Devan mengambil kuenya pertama kali yang kemudian diikuti oleh teman-temannya.

Waktu menjelang sore, teman-teman Sean pun pamit pulang termasuk Sere. Sere pulang untuk berganti baju dan kemudian kembali lagi kerumah Sean. Sere menemui Sean dengan membawa buku catatan hari itu, agar Sean bisa mengikuti dan tidak tertinggal pelajaran.

"Wah, emang ya, Serena Putri Baskoro nggak ada duanya!" Sean dengan nada meledek. Sean mendapatkan tatapan tajam dari Sere setelah berkata seperti itu

"Iya.. iya.. makasih ya" Sean berterimakasih dengan lembut

"Biar lu bisa lolos tes bareng gue!" kata Sere yang langsung membalikkan badannya lalu pergi meninggalkan Sean. Sean heran, kaget, sekaligus senang mendengar kata-kata Sere. Jantungnya berdebar dan wajahnya memerah. Ia sangat senang akhirnya Sere bisa mengatakan hal itu padanya dengan jelas. Perkataan Sere mampu membangkitkan semangat Sean, ia langsung ke meja belajarnya dan menyalin catatan dari buku Sere.

Sere yang habis dari kamar Sean pun menuruni tangga dan berpamitan dengan Papa dan Mama Sean.

"Om, Tante, Sere pulang dulu ya"

"Ohiya Sere, terimakasih ya" sahut papa Sean

Sere langsung pulang ke rumah dan masuk ke kamar. Setelah menutup pintu kamarnya, Sere memegang dadanya yang berdebar kencang setelah mengatakan kalimat terakhirnya tadi kepada Sean. Sere melihat kesekelilingnya dan heran dengan jantungnya yang berdebar setelah mengatakannya. Sere heran, juga bingung akan perasaannya. Namun, ia mencoba melupakannya. Satu hal yang ada dipikiran Sere adalah "Pasti Sean GR", karena tadi ia melihat Sean yang tersenyum dan wajah yang memerah. Sere mengatur nafasnya dan kemudian membaca buku. Selama membaca buku, Sere tidak fokus, ia terus dihantui oleh jantungnya yang berdebar itu, Sere mengatur nafasnya berkali-kali dan akhirnya ia memutuskan untuk tidur, beruntungnya ia bisa memaksakan untuk tiru.

Matahari mulai terbit, Sere sudah siap dan tengah makan sarapan pagi bersama ayah dan ibunya. Pagi itu sere diantar ayahnya ke sekolah, Sean masih istirahat dan tidak masuk sekolah sampai besok. Sampai di kelas, Sere duduk di kursinya, Ara dan Mira tidak ada dikelas, namun tasnya ada, sepertinya mereka sedang ke toilet.

Dua orang siswa, Vivi dan Hana menghampiri Sere untuk menanyakan Sean.

"Sere, Sean sakit apa?" tanya Vivi

"Demam"

"Dirumah atau dirumah sakit?" Vivi kembali bertanya

"Dirumah"

"Besok kita jenguk Sean boleh ngga? Hari ini kita ada ekskul" Vivi melanjutkan pertanyaannya

"Boleh" jawab Sere singkat

Vivi dan hana saling menatap dan kembali ke kursinya masing-masing. Tidak lama, Ara dan Mira datang bersamaan dengan bel masuk pelajaran pertama. mereka belajar seperti biasanya sampai pelajaran selesai dan bel pulang sekolah berbunyi.