Sere sudah terbangun dari tidurnya sejak pagi-pagi buta. Ia mempunyai kebiasaan unik, yaitu ketika bangun tidur, ia akan mencuci muka dan sikat gigi, lalu turun ke dapur untuk mengambil air putih. Sere akan minum 1 gelas air putih di dapur, lalu mengisinya gelas kosong itu kembali dan membawanya ke kamar. Sampai di kamar, ia akan menyiapkan buku-buku pelajaran yang akan dibawanya, kemudian duduk di tempat tidur sambil membaca buku atau menulis. sere selalu tidur dengan kondisi kamar yang gelap, namun ketika sudah terbangun, ia akan menyalakan lampu di meja belajarnya dan tidak menyalakan lampu kamarnya, uniknya, Sere tidak membaca buku di meja belajarnya itu, melainkan di tempat tidurnya. Meja belajar Sere berada di samping tempat tidurnya, jadi ketika membaca buku, hanya ada sedikit cahaya remang-remang yang membantunya membaca. Itulah Sere dengan kebiasaan unikyan.
Tok... Tok.... Tok.....
"Sere udah bangun nak?" tanya ibu di depan pintu tanpa membukanya
Sere membuka pintu dan menjawah "Udah bu" kepada ibunya.
"Oke, ibu ke dapur dulu ya, jangan lupa mandi terus siap-siap ya" Ibu Sere sambil mengusap keningnya.
Sere mengangguk dan tersenyum tipis kepada ibunya. Sere kembali menutup pintu dan melanjutkan bacaannya. Setelah dirasa cukup, Sere kemudian menyalakan lampu kamar dan mengambil handuk, kamar mandi Sere berada di dalam kamarnya. Setelah mandi dan bersiap-siap, Sere turun ke bawah menuju meja makan untuk sarapan bersama. Terlihat Ayah Sere yang sedang membaca koran dengan kopi dan roti panggang yang tersaji di hadapannya. Sere duduk dan meminum susu coklat hangat yang tersaji untuknya. Ibu Sere terlihat sedang mengemas bekal makanan untuk Sere dan Ayah.
"Tok... Tok..... Tok.... Permisi, Ibu Rahayu" terdengar suara perempuan dari depan pintu rumah
Ibu Sere hendak membuka pintu, namun melihat ibunya yang belum terburu-buru menutup bekal mereka, Sere pun mengajukan diri untuk membuka pintu.
"Biar Sere yang buka bu" katanya
Sere membuka pintu, ternyata ada Sean dan mamanya yang sedang berdiri.
"Eh Sere, maaf nak, ibu sama ayah ada?" tanya mama Sean
"Ada tante, mari masuk" Sere mempersilahkan.
Sean dan mamanya masuk ke rumah Sere, Sere merasa aneh melihat Sean yang senyum-senyum ketika melewatinya dan masuk ke dalam rumahnya.
"Ooh, Ayah Ibu Sere lagi sarapan ya, Maaf saya mengganggu pagi-pagi" Mama Sean
"Engga ko bu, enggapapa.. silahkan duduk kita sarapan sama-sama" Ibu Sere
"Terimakasih bu, tapi kami tadi sudah sarapan di rumah" Mama Sean menolak dengan ramahnya
"Baik, kira-kira ada apa ya bu, tumben nih pagi-pagi sudah datang?" Tanya Ibu Sere
"Begini bu, kebetulan papa Sean ada pekerjaan dan rapat mendadak siang kemarin di luar kota, dan sampai sekarang masih disana bu, kalau boleh dan tidak merepotkan, saya mau titip Sean untuk berangkat bareng sama Sere ke sekolah, kebetulan saya harus buat kue sekarang, jadi saya ngga bisa anter Sean ke sekolah" jelas mama Sean
"Ooh begitu, boleh bu, boleh banget" Ibu Sere
"Iya bu, boleh ko, nanti besok-besok kalau Sean ngga ada yang anter sekolah, bareng aja lagi ya sama Sere" kata Ayah Sere
"Terimakasih pak, bu" Mama Sean menyampaikan rasa terimakasihnya.
Ditengah perbincangan orang tua mereka, sean melirik kearah Sere dengan tersenyum dan sesekali mengangkat alisnya. Sere heran dengan tingkah Sean yang tidak jelas itu, namun Sere tidak menghiraukannya. Tidak lama, mama Sean berpamitan pulang, Sean duduk di meja makan sambil menunggu Sere dan ayahnya selesai sarapan. Karena Sean sudah makan, jadi Ibu sere menyajikan Strawberry dan susu coklat hangat untuk Sean.
Sean duduk disamping Sere, sesekali Sean melirik ke arah Sere, namun Sere mengacuhkannya dan tidak sedikit pun menoleh, meskipun ia tau kalau sere melirik-lirik kearahnya. Ibu Sere duduk dihadapan Sere mengetahui kalau Sean berusaha membuat Sere menengok kearahnya, namun Sere acuh. Ibu Sere hanya tersenyum dan memberi tahu kepada Ayah Sere akan hal ini.
Setelah selesai sarapan, mereka pun berangkat. Biasanya Sere duduk dikursi depan samping ayahnya, namun karena ada Sean, ibu menyuruhnya untuk juga duduk dibelakang menemani Sean. Dengan terpaksa Sere duduk di belakang, Sere tidak begitu senang karena menurutnya, Sean tidak jelas sejak awal tadi datang ke rumahnya, dan Sere juga malas menanggapi Sean.
Selama perjalanan, Sean banyak bercerita dan bertanya berbagai macam hal kepada ayah Sere. Sere merasa terganggu dengan Sean yang berisik, namun ia diam saja. Sedangkan Ayah Sere terlihat senang-senang saja menjawab dan menanggapi Sean. Di perempatan menuju sekolah mereka, yang biasa dikenal dengan perempatan Cempaka, mobil mereka harus berhenti karena lampu merah yang menyala. Sean membuat lelucon yang membuatnya dan ayah Sere tertawa. Sere yang sudah tidak tahan dengan suara tertawa Sean, menepuk pundaknya dan berkata "Diem!". Seketika Sean langsung menghentikan tawanya. Ayah Sere yang melihatnya pun turut diam dan mengalihkan pandangannya.
Sean langsung diam dan duduk tegap seperti batu, ia tidak berbicara dan mematung.
"Ngeledek!" kata Sere lembut dengan nada sinis.
Sean langsung mengehntikan posisi mematungnya dan duduk seperti biasa sambil terus melihat ke jalanan dari kaca sebelahnya. Tidak ada percakapan lagi setelah itu sampai akhirnya mereka sampai di sekolah. Sere dan Sean keluar dari mobil Ayah Sere dan masuk ke gerbang sekolah setelah berpamitan.
"Terimakasih om, hati-hati di jalan!" kata Sean sambil melambaikan tangan
"Sama-sama, semangat belajar ya kalian berdua" kata Ayah Sere sambil menutup kaca mobil dan pergi bernagkat kerja.
Sere menatap Sean dengan tajam dan kemudian berjalan masuk ke gerbang sekolah meninggalkan Sean. Sean mengejar Sere sambil sedikit berlari.
"Re, semalem aku udah belajar lho... aku serius nih" katanya percaya diri
Sere tidak menghiraukan Sean dan terus berjalan.
"Re, kamu ngga mau ya satu sekolah lagi bareng aku?" tanyanya
Sere menghentikan langkahnya, berkata "Enggak" kepada Sean. Kemudian Sere berjalan kembali menuju kelasnya. Kali ini, Sean tidak mengejar Sere, ia berjalan seperti biasa dengan tertunduk lemas.
Sampailah mereka di kelas dan langsung dilanjutkan dengan mata pelajaran yang pertama, IPA. Sean yang biasanya mengobrol dan bercanda secara sembunyi-sembunyi kini diam dan fokus belajar, bahkan ketika ada yang melempar kertas dari belakang, Sean tidak menggubrisnya. Sere merasa pemandangan itu tidak biasa, namun ia tetap tidak peduli dan mengacuhkannya. Pemandangan itu terus berlanjut hingga jam kedua dan berganti pelajaran.
Sampai pada saat Sere sedang mengerjakan tugas, Sean menyodorkan kertas kecil kepada Sere. Sere membuka kertas tersebut.
"AKU BAKAL BUKTIIN! KAMU AKAN KETEMU AKU LAGI POKONYA!" isi kertas tersebut.
Sere membalasnya dengan menulis "Oke!" dengan kecil di bawah tulisan Sean yang besar, kemudian menyodorkannya kembali kepada Sean. Ternyata balasan Sere membangkitkan semangat Sean. Hatinya yang semula murung karena perkataan Sere saat masuk gerbang itu mulai mencair. Tidak berapa lama kemudian, suara bel istirahat berbunyi, semua siswa keluar dari kelas dan biasanya menuju kantin, sama seperti Sean dan teman-temannya. Sere tidak pergi ke kantin, ia selalu memakan bekalnya bersama dengan teman yang duduk didepan dan samping kanannya. Setelah selesai makan, biasanya Sere akan ke pergi ke perpustakaan, kemudian menuju kantin untuk sekedar membeli minuman.
Sampai di perpustakaan, Sere sedang memberikan buku yang hendak dipinjamnya kepada penjaga perpus, ternyata ia melihat Sean yang sedang membaca buku dan beberapa tumpukan buku di depannya. Sere kaget melihat Sean, namun Sean tidak mengetahui kalah Sere melihatnya.
"Tumben Sean baca buku" kata Asti, salah satu teman Sere yang ikut ke perpustakaan,
Sere tidak menanggapi apapun dan langsung kembali kekelas. Mereka belajar seperti biasa, hingga pada saat jam pulang sekolah tiba, seluruh siswa pun berhamburan keluar kelas. Ketika sedang merapihkan tas, Sean berkata "Mamaku jemput, yuk bareng!"
Mereka pun berjalan bersama, terlihat dari luar gerbang, ada papa dan mama Sean, rupanya papa Sean sudah pulang. "Papa, Mama, Sere pulang bareng kita ya!"
"Iya dong, yuk masuk!" kata mama Sean.
Sere dan Sean masuk ke mobil, selama perjalanan Sean beberapa kali mengobrol dan menanyakan berbagai hal kepada papanya itu selama kemarin pergi keluar kota. Sere hanya diam dan melihat jalanan dari kaca jendela sampingnya, situasi ini seperti dibalik dimana itulah yang dirasakan Sean tadi pagi ketika Sere menyuruhnya diam.
Perjalanan pulang hari itu tidak macet, jadi hanya butuh waktu sebentar untuk sampai dirumah, kebetulan sekolah mereka tidak jauh dari rumah. Sesampainya dirumah Sean, Sere turun dan permitan dengan mama papa Sean, juga dengan Sean.
"Om, Tante, Sean, Terimakasih ya!, Sere pulang" pamit Sere
"Iya Sere, terimakasih juga tadi pagi mau berangkat bareng Sean ya nak!" jawab papa Sean.
Sere berjalan menuju rumahnya, ketika hendak membuka pintu, Sean berteriak memanggil Sere.
"Sere!!!" teriaknya
Sere menengok kearah Sean. Sean terlihat membuat gerakan isyarat dengan tangan kanannya seperti bentuk "Oke" dan membuat isyarat dengan mulutnya tanpa mengeluarkan suara yang juga berkata "Oke" kepada Sere. Sere langsung mengerti maksud Sean yang masih berhubungan dengan kertas yang ditulisnya. Sere membalasnya dengan juga membuat isyarat "Oke" ditangannya tanpa berkata apapun dan langsung masuk ke rumahnya.
Sean tampak sumringah dan tersenyum semangat. "Kenapa sih?" tanya mama
"Aaah... nggapapa ma!" jawab Sean
Sean beserta kedua orangtuanya pun turut masuk ke dalam rumah mereka dan melanjtkan aktivitasnya masing-masing seperti mana biasanya.